Market

Beras Premium Tembus Rp16.200/Kg, Bos Bapanas Gagal Jalankan Tugas


Fenomena beras mahal dan langka, bukti kegagalan Badan Pangan Nasional (Bapanas) di bawah nahkoda Arief Prasetyo Adi dalam menjalankan tugas sebagai penjaga stabilitas stok dan harga bahan pangan.

“Ya, gagal dong. Saya kira, Bapanas tetap perlu dilakukan revisi dan reposisi. Agar amanat itu terpenuhi dengan produksi dalam negeri. Jadi, tak perlu impor,” papar Henry Saragih, Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) saat dihubungi Inilah.com, Jakarta, Selasa (20/2/2024).

Kata Henry, keberadaan Bapanas untuk menjaga stabilitas ketersediaan dan harga bahan pangan, khususnya beras, masih diperlukan. “Hanya saja dasar hukumnya harus dirubah. Kembalikan ke UU Pangan, bukan Perppu UU Cipta Kerja. Karena itu pintu masuknya bagi gagalnya Indonesia meraih kedaulatan pangan,” kata Henry.

Selain itu, kata Henry, sudah waktunya Bapanas mengevaluasi harga eceran tertinggi (HET) beras. Sebaiknya disesuaikan lagi dengan harga pokok penjualan atau HPP. “HET harus dirubah dan disesuaikan lagi dengan HPP. Jangan terlalu jauh antara HPP dengan HET, seperti sekarang ini,” ungkapnya.

Berdasarkan data dari panel harga Bapanas, Selasa (20/2/2024), harga beras premium menembus Rp16 ribu. Tepatnya Rp16.200/kilogram (kg). Menjauhi HET beras premium di kisaran Rp13.900-Rp14.800/kg.

Sedangkan harga beras medium pun naik 0,36 persen, menjadi Rp14.130/kg. Menjauhi HET beras medium di kisaran Rp10.900-Rp11.800 per kilogram.

Dengan perkembangan harga saat ini, jangan heran jika sulit menemukan adanya ritel modern yang menjual beras.

Karena, harga belinya saja sudah mahal, di sisi lain, ritel modern harus menjualnya sesuai HET.  

Celakanya lagi, meski Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) telah meminta Bapanas mengerek HET, agar bisa jualan, Bapanas bergeming.

Arief memerintahkan Perum Bulog menurunkan harga jual beras kepada ritel modern. Selain itu, Arief meminta pengusaha ritel untuk sementara waktu menurunkan margin alias cuan. Agar harga jualnya tidak melampaui HET yang ditetapkan.

Ternyata, langkah Arief tidak efektif. Harga beras terus melambung dan peritel tak mau menjual beras. 

Back to top button