PSSI mengonfirmasi koordinasi dengan FIFA yang menghasilkan persetujuan bahwa bendera Palestina boleh dikibarkan dalam kompetisi di bawah naungan FIFA. Hal ini diungkapkan oleh Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, yang menekankan pentingnya kebebasan berekspresi, terutama yang berkaitan dengan perlindungan HAM dan dukungan kemanusiaan.
Isu yang muncul mengenai sanksi terhadap Persiraja Banda Aceh akibat pengibaran bendera Palestina ternyata adalah disinformasi. Etho menegaskan bahwa kasus yang terjadi di Persiraja bukanlah karena bendera Palestina, melainkan karena insiden pitch invasion oleh suporter yang melanggar standar keamanan yang ketat, terutama setelah peristiwa Kanjuruhan.
Ketua Komite Hukum PSSI, Ahmad Riyadh, menambahkan bahwa PSSI tidak memberikan sanksi terkait pengibaran bendera Palestina dan menyambut aspirasi tersebut. Suporter diijinkan untuk menyampaikan solidaritas mereka di bangku dan tribun stadion, asalkan tidak melakukan pitch invasion yang melanggar peraturan dan keselamatan.
PSSI dan Federasi Sepak Bola Palestina memiliki hubungan yang spesial, dengan kerja sama dan pertandingan uji coba yang teratur. Etho bahkan telah menawarkan Indonesia sebagai ‘kandang’ bagi timnas Palestina untuk laga kandang mereka melawan Australia dalam kualifikasi Piala Dunia 2026.
Komunikasi antara PSSI dan Palestinian Football Association (PFA) terus berlanjut, dengan PSSI menyatakan solidaritas dan dukungan penuh terhadap Palestina, termasuk menawarkan fasilitas stadion di Indonesia untuk penggunaan timnas Palestina.
Susan Shalabi dari PFA menyampaikan apresiasi yang mendalam atas dukungan dari PSSI, yang tidak hanya penting secara moral, tetapi juga menunjukkan komitmen Indonesia terhadap Palestina.
Meski Palestina memilih Kuwait sebagai lokasi untuk pertandingan melawan Australia, tawaran PSSI tetap menjadi bukti dukungan kuat dan semangat persatuan Indonesia terhadap Palestina dalam komunitas sepak bola internasional.
