News

Beda Prakiraan Cuaca Ekstrem dengan BMKG, BRIN: Tergantung Parameter

Rabu, 28 Des 2022 – 14:24 WIB

Badai Dahsyat

Ilustrasi. Warga Berjalan Sambil Membawa Payung Saat Hujan Di Kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Senin (1/12/2021). (Foto: inilah.com/Didik Setiawan)

Peneliti Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Andi Pangerang Hasanuddin menanggapi soal perbedaan pandangan antara BMKG dengan BRIN tentang prediksi badai dahsyat yang sebelumnya diperkirakan akan terjadi pada hari ini, Rabu (28/12/2022).

Andi menjelaskan, setiap model teknik matematis atau numeris, baik itu prediksi, sistem pengambilan keputusan atau DSS (Decision Support Systems) maupun model numeris lainnya, tak lepas dari faktor paramater. Parameter merupakan nilai besaran yang menjadi acuan dan variabel dalam membuat suatu model hingga akhirnya menjadi suatu keputusan.

“Jika nilai awalnya sudah berbeda, kemudian model yang dibentuk itu juga berbeda dan parameter yang digunakan juga berbeda. Maka, output atau hasil atau keluaran yang dihasilkan oleh model itu pun akan berbeda. Jadi, untuk perbedaan hasil prediksi secara numeris dan matematis itu wajar untuk tingkat riset,” ungkap Andi kepada Inilah.com melalui keterangan tertulis, di Jakarta, Selasa (28/12/2022).

Lulusan Universitas Dipenogoro (Undip) pada 2009 itu menjelaskan lebih jauh terkait perbedaan model tersebut, antara BMKG dengan BRIN soal prediksi badai dahsyat 28 Desember 2022.

Awalnya, kata Andi, penelitian klimatologi atau cuaca, memang sudah ada dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Pusat Riset Dirgantara (Pusriga) pun menjadi yang pertama dalam menjalankan penelitian soal cuaca itu. Namun ia kemudian dipecah menjadi satuan kerja tersendiri.

“Dulu Pusriga saat masih di bawah LAPAN itu hanya ada 2 kelompok penelitian, yaitu kelompok penelitian ionosfer dan antariksa. Yang kedua adalah kelompok penelitian atmosfer. Kelompok penelitian ionosfer dan antariksa berubah menjadi Pusat Pemanfaatan Sains dan Antariksa. Kemudian sejak bergabung ke BRIN mengganti nama menjadi Pusat Riset Antariksa,” jelasnya.

Namun di sisi lain, ungkapnya, penelitian atmosfer menjadi satuan kerja yakni Pusat Pemanfaatan Sains dan Teknologi Iklim. Kemudian berubah nama menjadi Pusat Sains Teknologi Atmosfer sejak bergabung ke BRIN. “Karena di BMKG juga punya Pusat Penelitian Klimatologi. Akhirnya, Pusat Penelitian Klimatologi ini melebur dengan PSPA dan menjadi Pusat Riset Iklim dan Atmosfer,” kata Andi.

“Nah yang mempunyai model selama Pusat Penelitian Klimatologi di BMKG berdiri, modelnya masih dipegang oleh BMKG. Sementara di PSPA sendiri itu juga membangun model yang bernama Sadewa (Satellite Early Warning System). Dulu namanya Sadewa Lapan. Karena bergabung ke BRIN, menjadi Sadewa BRIN. Nah model inilah yang akhirnya menjadi berbeda,” jelasnya. Inilah yang menjadi penyebab dari perbedaan pandangan BMKG dengan BRIN soal badai dahsyat tersebut.

Sementara apa yang sebelumnya Peneliti Klimatologi pada Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Erma Yulihastin sampaikan terkait badai dahsyat di kawasan Jabodetabek pada 28 Desember 2022, dan terlanjur tersampaikan kepada publik. Andi berpendapat, akan jauh lebih etis jika Peneliti BRIN tersebut sebelumnya melakukan koordinasi terlebih dahulu ke berbagai pihak yang terdapat di satuan kerja lembaga tersebut.

“Alangkah lebih etisnya kalau kita berkoordinasi bahkan bisa berkolaborasi dan bersinergi dengan lembaga yang memang sudah diamanatkan dan menjadi tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dalam melakukan setiap tugasnya,” tuturnya.

Namun Andi memberi catatan, ia tak bermaksud mengatakan apa yang Peneliti BRIN itu sampaikan kepada publik tak etis. “Bukan bermaksud saya menyebut bahwa Bu Erma tidak etis ya, bukan,” tuturnya. Melainkan, seharusnya perlu melakukan pengecekan berbagai hasil terlebih dahulu kepada berbagai pihak yang terdapat dalam BRIN, sebelum disampaikan kepada publik.

Andi juga menyampaikan, meski Jakarta hari ini terpantau cerah. Namun, berdasarkan model Sadewa BRIN, setelah dzuhur berkumandang diprediksikan akan turun hujan. “Memang hingga siang ini Jakarta masih terpantau cerah berawan. Namun memang ada kemungkinan hujan akan turun setelah Dzuhur. Itu menurut model Sadewa yang sudah dikembangkan oleh Bu Erma dan kawan-kawan ya,” tandasnya.

Back to top button