Kanal

Apalah Arti Sebuah Nama?


“Aku beri nama bayi ini Muhammad.” Kata Abdul Mutholib dengan bangga, sambil menggendong tubuh mungil bayi mulia itu, “Artinya yang terpuji.”

Sebelumnya, tak ada orang Arab yang memberi nama anak-anak lelaki mereka Muhammad. Itu adalah nama yang aneh. Tetapi, nama itu memang indah. Nama terindah yang pernah ada. Apalagi karena yang menyandang nama itu pertama kali ada sosok paling mulia yang terindah akhlaknya—tak ada tandingannya.

Sejak nama itu ada, kira-kira tahun 632 masehi, hari ini, 15 abad kemudian, nama itu menjadi nama paling populer di dunia. Menurut survei Global Index, sebuah lembaga ternama di Inggris, pada tahun 2023 nama ‘Muhammad’ adalah nama paling populer di dunia. Tak pernah ada nama yang dipakai paling banyak orang di dunia sebelumnya selain ‘Muhammad’, 133.349.300 orang jumlahnya.

Demikianlah keindahan dan keistimewaan Baginda Nabi, bahkan namanya pun menjadi mukjizat tersendiri. Siapapun yang memakai nama itu, yang menyandangnya, boleh jadi bukan orang berperangai baik, bukan ahli ibadah, bahkan mungkin penjahat atau pembunuh yang tinggal di penjara. Tetapi tak ada yang berubah dengan makna nama itu. Muhammad tetaplah nama yang terpuji!

Hari ini, orang boleh menghina nama itu atau mempertanyakannya, seperti para pembenci Sang Nabi dulu melakukannya. “Muhammad pembohong! Muhammad orang gila! Muhammad penipu!” Tapi lihatlah kontradiksinya: Disandingkan dengan kata buruk apapun, dipakai siapapun, direndahkan dengan cara apapun, Muhammad tetaplah ‘Muhammad’, yang terpuji.

Seorang petinju legendaris, Cassius Clay Jr namanya, orang Amerika Serikat berkulit hitam, suatu hari mengganti namanya menjadi Muhammad Ali. Karena karir dan kiprahnya yang luar biasa, dunia ingin mengabadikan namanya di Walk of Fame Holywood. Namun, waktu itu ia menolak, “Jangan, aku tidak mau!” Katanya, “Aku tidak mau nama Muhammadi diletakkan di lantai dan orang-orang menginjaknya.”

Ya Sayyidi, Ya Rasulullah, maafkan kami. Maafkan kami yang masih gagal memahami makna namamu. Maafkan mereka yang belum bisa menjadi ‘yang terpuji’ padahal telah memiliki namamu.

Namun, demikianlah Engkau, wahai Rasulullah, seandainya hari ini masih ada, mendengar namamu diolok-olok, bahkan jika dirimu disakiti, Engkau akan berdoa seperti saat orang-orang melemparimu dengan batu hingga berdarah di Thaif—

“Sungguh Allah tidak mengutusku untuk menjadi orang yang merusak dan bukan (pula) orang yang melaknat. Akan tetapi Allah mengutusku untuk menjadi penyeru dan pembawa rahmat. Ya Allah, berilah hidayah untuk kaumku karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui!” (HR Al-Baihaqi).

FAHD PAHDEPIE, CEO Inilahcom

Back to top button