Hangout

Semangat Hijrah dan Amalan Terbaik di Tahun Baru Islam

Rabu (19/7/2023) bertepatan dengan 1 Muharram, bertebaran gambar dan ucapan tahun baru Islam di berbagai media sosial. Semangat hijrah menjadi tema utama yang diusung dalam peringatan tahun baru Islam ini. Sudah tahukah kita bahwa hijrah Nabi Muhammad itu bukan pada bulan Muharram? Apa saja keistimewaan dan amalan terbaik di bulan ini?

Bulan Muharram itu adalah bulan pertama seperti bulan Januari dalam kalender masehi. Tapi peristiwa hijrah Nabi itu sendiri terjadi pada bulan Rabi’ul Awwal, tepatnya tiba di Madinah pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal. Lalu, mengapa tema hijrah selalu menjadi tema pada acara tahun baru Islam? Tak salah pasangkah? Bolehkah? Bid’ahkah?

Menurut Karen Amstrong dalam bukunya berjudul “Muhammad: A Biography of the Prophet” menyebut hijrah Nabi Muhammad bukan sekadar pindah alamat dari Mekkah ke Madinah. Hijrah menandai awal era baru Muslim karena pada titik perpindahan inilah Nabi Muhammad bersama umat muslimin mampu menerapkan gagasan-gagasan al-Qur’an secara maksimal. Dengan hijrah, Islam telah hadir menjadi faktor penting dalam sejarah. Hijrah bahkan menjadi sebuah langkah yang revolusioner.

Menurut catatan sejarah, tanggal hijriah pertama kali diperingati pada masa Khulafaur Rasyidin Umar bin Khattab. Semua itu bermula ketika Umar bin Khattab merasa perlu dan penting untuk mengabadikan peringatan hijrah Nabi Muhammad dari Mekkah ke Yatsrib (Madinah).

Jika kita memperingati 1 Muharram sebenarnya memperingati ulang tahun kelahiran Al-Madinah Al-Munawwarah. Sebab pada dasarnya penetapan kalender hijriah itu dari kepentingan sistem adminstrasi negara. Umar serta para shahabat ketika itu setuju untuk memulai hitungan tahun pertama adalah sejak berdirinya negara Madinah, yang secara politis bersamaan dengan tahun ketika Nabi SAW hijrah dan tiba di Madinah.

Tema apapun sebenarnya boleh dalam merayakan tahun baru Islam. Menurut Prof Dr KH Ahmad Imam Mawardi, dalam sebuah tulisannya, Rasulullah tidak pernah membuat kalender hijriah, jadi belum ada tahun baru. Pada masa Abu Bakar juga belum ada. Pada masa Umar bin Khattablah mulai muncul kalender hijriyah dengan berbagai pertimbangan. Jadi Al-Sanah Al-Hijriyah mulai berlaku pada masa Khalifah Umar bin Khattab.

“Tidak semua yang baru itu bid’ah yang sesat selama bukan dalam kaitannya dengan ibadah mahdlah yang sudah pasti. Semua jenis kebaikan yang berkemaslahatan dipersilahkan untuk dilakukan,” ungkapnya.

Bulan yang istimewa

Yang jelas, bulan Muharram merupakan salah satu dari empat bulan haram, yang berarti bulan yang istimewa. Apa saja keistimewaannya? Mengutip Daarut Tauhiid, keistimewaan Muharram adalah menjadi awal perhitungan kalender tahun baru hijriyah berdasarkan peredaran bulan (Qomariyah). Imam Hasan Al Bashri menyampaikan, “Sesungguhnya Allah Ta’ala membuka awal tahun dengan bulan Haram (suci) dan menutup akhir tahun dengan bulan haram pula. Tidak ada bulan yang lebih agung di sisi Allah Azza Wajalla setelah Ramadhan dibandingkan bulan Muharram”.

Sesungguhnya zaman telah berputar sebagaimana keadaannya pada hari Allah menciptakan langit dan bumi, dalam setahun ada dua belas bulan, darinya ada empat bulan haram, tiga di antaranya adalah Dzulqaidah, Dzulhijjah, dan Muharram. Sedangkan Rajab adalah bulan Mudhar yang terdapat di antara Jumadats Tsaniy dan Syaban.” (HR. Bukhari no. 3197 dan Muslim no. 1679).

Keistimewaan lain bulan Muharram adalah termasuk bagian dari Asyhurul Hurum (Bulan Suci). Muharram adalah satu dari empat bulan suci dalam Islam. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an,

Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang takwa.” (QS. At-Taubah: 36).

Keistimewaan berikutnya adalah bulan Muharram adalah Syahrullah atau Bulannya Allah. Sebagaimana disebutkan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam dalam sabdanya, “Puasa yang paling afdal setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada Syarullah Al Muharram.” (HR. Muslim).

Keistimewan terakhir adalah bulan Muharram memiliki hari Asyura. Secara bahasa, Asyura berasal dari bahasa Arab yang artinya hari kesepuluh. Kata Asyura diambil dari kata Al’Asyirah yang artinya permuliaan dan kesucian. Bulan ini menjadi suci dan istimewa karena di dalamnya terdapat sepuluh hari istimewa.

Amalan terbaik di bulan Muharram

Dengan berbagai keistimewaan di bulan Muharram, masih mengutip Daarut Tauhiid, ada beberapa amalan sunnah yang sangat dianjurkan untuk dilakukan. Salah satunya memperbanyak puasa di bulan Muharram disunahkan karena ia merupakan pembuka tahun baru. Karena sudah semestinya tahun baru dihiasi dengan amal saleh dan puasa karena termasuk amalan yang paling utama.

Sunah berpuasa di bulan Muharram bisa dilakukan selama sepuluh hari pertama. Hal demikian mengacu pada sejumlah hadits, salah satunya yang diriwayatkan Abu Hurairah. “Puasa yang paling utama setelah puasa di bulan Ramadhan adalah puasa di bulan Allah yang kalian sebut dengan Muharram.” (Al-Baihaqi).

Amalan berikutnya adalah mememperbanyak amal shalih. Sebagaimana perbuatan dosa pada bulan ini akan dibalas dengan dosa yang besar maka begitu pula perbuatan baik. Bagi yang beramal shalih pada bulan ini ia akan menuai pahala yang besar sebagai kasih sayang dan kemurahan Allah kepada para hambanya. Seperti bersedekah, zikir, memperbanyak tilawah, menyambung silaturahim, menyenangkan hati keluarga, dan seterusnya.

Sebagaimana dalam sebuah hadits , Jabir bin Abdullah ra mengatakan, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa melapangkan keperluan orang lain pada hari Asyura, Allah akan melapangkan untuknya sepanjang tahun itu.” (HR. Al-Baihaqi dan Ath-Thabarani).

Anjuran lainnya adalah bertaubat di bulan Ramadhan. Bagi seorang Muslim apabila ia terjatuh dalam dosa dan maksiat agar segera bertaubat, tidak menunda-nundanya, karena dia tidak tahu kapan kematian akan menghampirinya. Menyesali atas dosa yang telah lalu, meninggalkan seketika itu juga dan bertekad untuk tidak mengulanginya kembali. Seperti muhasahah diri.

Semoga di bulan Muharram kita bisa menjadi insan yang semakin hari semakin baik. Jangan sampai setiap tahun berganti, namun kita hanya menjadi manusia yang tidak ada perubahan ke arah yang lebih baik. Wallahu a’lam bishowab.

Back to top button