News

Anies Jadi Bacapres Pertama yang Sigap Terima Tantangan Debat BEM UI: Yuk, Kapan?

Bakal calon presiden dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan menjadi bacapres yang pertama sigap merespons tantangan debat dari Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI).

Anies yang diusung Partai NasDem, Demokrat, dan PKS, menyatakan kesiapannya untuk debat visi-misi capres dan adu gagasan tersebut. “Siap menerima undangan…?” kata Anies di akun Instagram resminya, dikutip di Jakarta, Senin (21/8/2023).

“Yuk, kapan?” ujar Anies di akun Twitter-nya @aniesbaswedan, di hari yang sama.

Sebagaimana diketahui, putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 65/PUU-XXI/2023, melarang total kampanye politik dilakukan di tempat ibadah, namun di tempat pendidikan dan fasilitas pemerintahan dibolehkan sepanjang ada izin dari penanggung jawab tempat dimaksud dan hadir tanpa atribut kampanye pemilu.

Pascaputusan MK terkait larangan kampanye di tempat-tempat tertentu itu, muncul tantangan debat di kampus untuk kandidat bakal calon presiden (capres) dari BEM UI. Dari tiga kandidat capres yang diprediksi berkompetisi di Pilpres 2024, Anies menjadi yang pertama siap menerima tantangan BEM UI itu.

Menanggapi kesiapan tersebut, Juru Bicara Bacapres Anies Baswedan, Tatak Ujiyati, mengatakan bahwa Anies sudah sangat terbiasa melakukan adu debat atau adu gagasan. “Kalau Pak Anies kan memang terbiasa mengedepankan hal-hal seperti itu, adu debat, gagasan atau program. Jadi tidak heran kalau Pak Anies menyambut baik,” ujar Tatak kepada Inilah.com di Jakarta, Senin (21/8/2023).

Mantan Anggota Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) saat Anies Baswedan menjabat Gubernur DKI Jakarta itu menjelaskan, Anies selama ini selalu membuka peluang untuk berdiskusi hingga berdebat dalam adu gagasan atau program. “Hal itu yang justru diperlukan oleh publik atau masyarakat untuk mengetahui kualitas masing-masing kandidat capres,” kata Tatak.

Tatak yang memiliki pengalaman lebih dari 20 tahun dalam bidang penelitian kebijakan, hukum, advokasi, dan politik itu menuturkan Anies baru-baru ini juga mengikuti acara tanya jawab dengan masyarakat melalu program acara “Desak Anies”.

Acara tersebut merupakan program inisiasi “Ubah Bareng” yang hadir sebagai respons atas ragam cibiran, pesimisme, dan misinformasi yang selama ini ditujukan kepada Anies, baik terkait kebijakan maupun sisi personalnya. “Jadi Pak Anies tentunya sudah siap dan menyambut positif adanya tantangan dari BEM UI itu,” ucap Tatak yang juga dikenal sebagai peneliti ahli Tata Pemerintahan dan pernah bekerja sebagai governance specialist di ADB dan Oxfam.

Adapun Direktur Eksekutif Politika Research and Consulting (PRC), Rio Prayogo, menilai kesigapan Anies untuk menghadapi debat di kampus, sebagai hal yang bagus. Dia menekankan bahwa semua capres harus siap dan berani “ditelanjangi” sejauh mana kapasitas wawasan, wacana pemikiran serta substansi intelektualitasnya.

“Dengan begitu, Anies menunjukkan keberanian dirinya “diobok-obok” wacana intelektualitas dan komitmennya oleh komunitas kritis dan intelek progresif di kampus,” kata Rio dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Senin (21/8/2023).

Ia juga memandang debat kandidat capres di kampus sebagai ide yang perlu diikuti seluruh kandidat. Menurutnya, hal yang ideal jika seluruh calon presiden diuji kapasitas intelektual dan kepemimpinannya di di hadapan kaum intelektual progresif, yakni mahasiswa dan pengajar di lingkungan akademis kampus.

“Saya sebagai mantan presiden BEM, turut mendukung ajakan dan seruan oleh Ketum BEM UI ini. Berharap semua BEM universitas seluruh Indonesia mengundang para kandidat capres untuk mendebat isi pikiran dan gagasan mereka seperti apa jika nanti jadi presiden,” ungkap Rio.

Lebih jauh, menurut Rio, ada proses pengujian intelektualitas dan komitmen terhadap berbagai isu struktural yang bisa dibedah dari kapasitas intelektual para kandidat capres. Menurutnya, roh dari debat di kampus itu akan mengembalikan budaya dialektika intelektual yang sehat dan bagus sebagaimana yang kerap dilakukan para founding fathers Indonesia.

“Ini akan mengembalikan proses kandidasi ke arah awal berdirinya republik ini, di mana percakapan intelektualitas menjadi benchmark rekrutmen kepemimpinan nasional. Dulu, hampir semua tokoh pendiri bangsa punya legitimasi intelektual, ideologi dan bangunan dialektika yang kokoh”, tuturnya menambahkan.

Back to top button