News

65 Juta Kasus per Pekan, 85 Persen Warga China Kembali Terpapar COVID-19

China berada di ambang krisis kesehatan publik yang belum pernah terjadi sebelumnya. Gelombang baru kasus COVID-19 yang luar biasa sedang membanjiri Negeri Tirai Bambu tersebut, dengan pakar memperkirakan akan mencapai puncaknya pada Juni 2023 dengan 65 juta kasus per pekan. Sementara itu, sekitar 85 persen dari penduduk Tiongkok – sekitar 1,1 hingga 1,2 miliar orang – diperkirakan telah kembali terpapar virus tersebut, meningkatkan tingkat kekhawatiran dan menekan sumber daya kesehatan publik yang sudah diregangkan.

Mengutip kantor berita Xinhua, Sabtu (27/5/2023), data terbaru yang dirilis oleh Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (CDC) Kota Beijing menunjukkan bahwa antara 15-21 Mei, kota tersebut melaporkan 25.544 kasus COVID-19, angka ini empat kali lipat dari periode 24-30 April. Menurut CDC, hampir 96,5% dari kasus tersebut menyerang saluran pernapasan.

Tidak hanya Beijing, tapi seluruh kawasan China sedang berjuang untuk menangani lonjakan kasus ini. Lebih dari 2,1 juta kasus COVID telah dilaporkan di seluruh negeri selama bulan April, dengan 2.217 di antaranya mengalami kematian tragis.

Prof Zhong Nanshan, seorang pakar penyakit pernapasan, telah memperingatkan masyarakat tentang gelombang besar kasus yang segera tiba. Dia mencatat bahwa gelombang kecil kasus COVID-19 telah berhasil diantisipasi pada akhir April dan awal Mei. Namun, prediksi Zhong menunjukkan bahwa kasus akan melonjak menjadi sekitar 40 juta per pekan pada Mei, dan kemudian mencapai 65 juta kasus per pekan pada akhir Juni, dengan varian XBB yang mendominasi.

Profesor Zhong juga memperkirakan bahwa 85% penduduk China telah terpapar COVID-19, yang berarti sekitar 1,1 hingga 1,2 miliar jiwa penduduk China sekarang tidak lagi peduli pada gejala COVID-19.

Namun, ada beberapa berita positif yang datang. Dua jenis vaksin COVID-19 yang dirancang untuk melawan varian XBB telah disetujui oleh otoritas setempat, dan tiga atau empat jenis lainnya segera menyusul. “Dengan demikian, China akan menjadi yang terdepan dalam pengembangan vaksin yang lebih efektif,” kata Prof. Zhong.

Sejak 9 Desember 2022, otoritas China telah menurunkan status penanganan COVID-19, memberikan kelonggaran lebih dalam penanganan dan pengendalian pandemi. Penguncian wilayah secara ketat yang sempat diterapkan selama 2020-2022 kini sudah tidak lagi diterapkan jika ditemukan kasus positif.

Back to top button