News

60+ Kata-Kata Najwa Shihab yang Bijak, Inspiratif, dan Penuh Makna

Bakal calon presiden, Ganjar Pranowo viral setelah meremehkan profesi jurnalis saat berdialog dengan Najwa Shihab dalam acara Mata Najwa yang berlangsung di UGM, Yogyakarta, pada Selasa 19 September 2023 kemarin.

Dalam diskusi tersebut, Ganjar menyinggung “lulusan 10 terbaik idealnya mengambil peran sebagai dosen, bukan sebagai pembawa acara atau master of ceremony (MC).”

Menyadari dirinya disindir, Najwa menegaskan bahwa dirinya adalah seorang jurnalis.  Lalu Ganjar mengoreksi bahwa profesi yang dimaksud adalah jurnalis.

Setelah mendapat tekanan lagi dari Najwa Shihab, Ganjar kembali mengoreksi pernyataannya kalau yang dimaksud adalah “bukan lulusan 10 terbaik”.

Siapa Najwa Shihab?

Najwa Shihab adalah presenter, jurnalis, dan aktivis Indonesia yang dikenal melalui acaranya sendiri, Mata Najwa di tahun 2009.

Sejak tahun 2000, Najwa Shihab telah tampil di berbagai media besar Indonesia sebagai presenter maupun news anchor.

Setelah beberapa tahun, Najwa Shihab yang terkenal dengan cara berpikirnya yang kritis ini akhirnya mendapat program gelar wicara sendiri yang bernama Mata Najwa di tahun 2009 yang tayang di salah satu televisi nasional Indonesia.

Di tahun 2017, Najwa Shihab mengumumkan pengunduran diri dan mulai mendirikan Narasi, perusahaan berita dan media omni-channel yang memproduksi konten-konten jurnalisme dalam bentuk video, perbincangan, reportase, dokumenter, opini, dan ruang interaksi.

Bisa dikatakan, selama 23 tahun berkarir, Najwa Shihab menjadi sosok inspiratif yang memotivasi generasi muda untuk belajar lebih dalam tentang jurnalisme.

Berikut 65 kata-kata Najwa Shihab yang bijak dan inspiratif yang memotivasi anak-anak muda.

  1. “Tiap orang bisa punya mimpi, tapi tak semua bisa bangkitkan semangat tinggi.”
  2. “Di tengah pusaran kegelapan, kejahatan kerap dimaklumi sebagai kewajaran.”
  3. “Pemuda hari ini harus turun tangan, berkarya nyata menjawab semesta Indonesia.”
  4. “Bagaimana anak muda bisa diam ketika aparat justru miskin teladan.”
  5. “Jangan bosan bicara tentang kebenaran, agar demokrasi tak berakhir dengan kesia-siaan.”
  6. “Mulai tanamkan kepekaan terhadap sesama dan kurangi keegoisan dalam diri.”
  7. “Meski perkuliahan adalah perguruan tertinggi yang bisa dicapai seseorang, namun kita bisa belajar dari berbagai hal termasuk pengalaman.”
  8. “Pendidikan adalah awal dari perubahan, tanpa pendidikan tidak ada peradaban.”
  9. “Negara kita sangat beragam, butuh kemampuan toleransi guna mencari jalan tengah untuk menghadapi perbedaan.”
  10. “Sebagai generasi muda yang peduli terhadap negara dan bangsa, jadilah seorang pembaharu agar hidupmu lebih bermakna.”
  11. “Soal kalah menang jangan Anda bilang sekarang, kita berjuang dulu.”
  12. “Belajar tentu keharusan yang tak boleh diabaikan, namun merugilah jika belajar disempitkan semata perkuliahan.”
  13. “Buat apa wilayah seluas Sabang sampai Merauke, jika pemudanya kehilangan idealisme.”
  14. “Demokrasi tidak untuk melayani penguasa, demokrasi ditujukan memuliakan warga negara.”
  15. “Kita perlu belajar dari sejarah yang begitu jelas, mengurangi gaduh politik yang kerap tak berkelas.”
  16. “Menjadi pejabat berarti melayani rakyat, itulah pemerintahan yang akan mendapat hormat.”
  17. “Menjaga negara dari gelap mata kuasa, berpihak pada setiap masalah nyata warga negara.”
  18. “Pejabat yang gemar mencari rente dengan menjual negerinya, pada dasarnya telah membinasakan dirinya.”
  19. “Ketamakan & kebodohan sungguh telah menghukumi, mereka yang mabuk kekuasaan & lupa diri.”
  20. Sejarah akan menghitamkan mereka yang layak dijatuhkan, sejarah akan meninggikan mereka yang memang layak dimuliakan.”
  21. “Tidak gampang marah karena publik rajin menuntut, bekerja dengan dedikasi yang absolut.”
  22. “Usia muda adalah modal agar tangan terus terkepal, untuk arungi medan politik yang terjal.”
  23. “Kepemimpinan yang gigih bekerja, niscaya hasilkan perubahan yang kasat mata. Mengentaskan persoalan dengan nyata, bukan sekadar bumbu retorika.”
  24. “Dalam kondisi darurat korupsi, pejabat negara tetap mencuri silih berganti. Sebanyak koruptor masuk penjara, sebanyak itu pula regenerasinya menggarong negara.”
  25. “Di pundak pemimpin yang bebas korupsi, di situlah masa depan negeri.”
  26. “Wajah penjara cermin hukum negara, sungguh-sungguh atau pura-pura.”
  27. “Zona nyaman selalu menghadirkan ketenangan, tak semua siap menghadapi guncangan.”
  28. Kaum mapan adalah musuh utama, bagi pemimpin untuk mengubah kota.”
  29. “Kebenaran & kepastian mengapung, di antara uang & kuasa yang mengepung.”
  30. “Sekolah perlu terus membuka diri pada perubahan, guru jangan segan beradaptasi dengan kebaruan.”
  31. “Nasionalisme bukan slogan mati, tapi pengorbanan kolektif membela visi.”
  32. “Karena kita harus berlari cepat, sebelum semuanya jadi terlambat.”
  33. “Berpolitik jadi sebuah pilihan yang mesti dipertimbangkan, bagi siapa pun yang menghendaki perubahan. Karena perubahan tak datang tiba-tiba, hanya berkat doa di tengah malam buta.”
  34. “Apa karena hidup orang kecil patut menderita, dan orang miskin pantas terhina? Sebagai tumbal mereka tersisa jadi catatan kaki.”
  35. “Ambisi politik tentu wajar saja, selama pandai menginsyafi batasan etika.”
  36. “Pejabat publik tutup mata, uang haram tak lagi berdosa. Sekeras itu hukum dibuat, sepandai itu pula praktik muslihat.”
  37. “Banyak kasus terpendam, berakhir pada si kambing hitam. Sedang para pelaku utama, tetap nyaman di singgasana.”
  38. Jakarta kota yang tunduk selera pribadi, menawarkan mimpi dan ilusi.”
  39. “Kemampuan membaca medan, kecerdikan melihat kesempatan, dibutuhkan di tengah persaingan.”
  40. “Rakyat perlu para penegak yang berwibawa, bekerja lurus demi keadilan dengan bangga. Karena kita tidak membayar seragam mereka, hanya untuk menegakkan hukum rimba.”
  41. “Kita mungkin bosan dengan muka yang itu-itu saja, tapi yang muda juga harus kasih bukti yang jelas dan nyata.”
  42. “Selama ini raga koruptor terpenjara, tapi bisnis dan hidup sosialnya lancar jaya. Ada yang salah dalam sistem hukum kita, terutama bobot hukuman dan efek jera.”
  43. “Harta dan tahta, memang dua sisi yang tak bisa dipisahkan. Perputaran uang, jadi bahan bakar kekuasaan.”
  44. “Inspirasi menjadi kunci, agar semua mau berpartisipasi. Bahu-membahu perbaiki negeri, bersama-sama mengabdi tanpa henti.”
  45. “Jika sejarah menjadi guru kebijaksanaan, tokoh sejarahlah yang mengkongkritkan keteladanan.”
  46. “Semakin menor Jakarta terlihat, logika publiknya sungguh jauh tersesat.”
  47. “Apa arti ijazah yang bertumpuk, jika kepedulian dan kepekaan tidak ikut dipupuk?”
  48. “Disiplin ilmu hanyalah modal pertama, ijazah cuma selembar kertas di atas meja.”
  49. “Kalau soal cinta itu, jangan cari pembenaran di akal. Enggak akan pernah ketemu. Cari pembenaran tuh di sini (hati)”
  50. “Cuma perlu satu buku untuk jatuh cinta pada membaca. Cari buku itu, mari jatuh cinta!”
  51. “Karena itu jadilah seorang pembaharu, biar orang lain yang ikut meniru.”
  52. “Berani muncul melawan arus, mendobrak kepalsuan yang terlanjur serius.”
  53. “Hukum yang dibiayai transaksi suap, membuat wajah peradilan begitu gelap.”
  54. “Bagaimana mencari pemimpin dengan hemat dan bebas korupsi, di tengah kondisi kepartaian berbiaya mahal tapi miskin legitimasi.”
  55. “Saat pembangunan meperparah kemiskinan, ada perempuan yang utama menjadi korban.”
  56. “Kontes-kontes kecantikan, jadikan perempuan sebagai objek perdebatan.”
  57. “Perempuan yang cantik dan seksi, selalu  dituduh penyebab dekadensi.”
  58. “Tindakan perempuan diilhami hidup sehari-hari, langkahnya panjang sebab tak hanya mengurus diri sendiri.”
  59. “Media yang kuat butuh rakyat yang terlibat, mengelola kebebasan dengan bertanggung jawab.”
  60. “Bukankah melelahkan jika selalu ikut tren, apalagi hanya agar dianggap keren.”
  61. “Mengisi ruang kosong pemerintah, bertindak nyata bukan dengan banyak kata.”
  62. Kasus misterius dibuka dengan data, mengusik mereka yang berdosa. Membuka jalan agar keadilan tak kandas, asalkan hukum tak dipangkas.”
  63. “Jabatan menjadi berhala, ketika penguasa lebih sayang dukunnya.”
  64. “Jangan bermain sama nasib kamu sendiri, lakukan totalitas bahkan ketika itu adalah hal pertama yang akan kamu lakukan.”
  65. “Membangun karya dalam sunyi, dengan ikhlas karena cinta pada negeri.”

Baca berita dan artikel menarik lain Inilah.com di Google News.

Back to top button