News

Xanana Gusmao Resmi Dilantik Sebagai Perdana Menteri Timor Leste

Tokoh kemerdekaan Timor Leste, Xanana Gusmao, resmi dilantik sebagai perdana menteri di negara demokrasi termuda di Asia Tenggara itu. Pelantikan tersebut, yang digelar pada Sabtu (1/7/2023), sekaligus menandai kembalinya Xanana ke lingkar kekuasaan setelah hampir satu dekade meninggalkan pemerintahan.

Lebih dari 20 tahun setelah kemerdekaan, Timor Leste terus berjuang untuk mengembangkan ekonominya. Sebanyak 40 persen dari 1,3 juta penduduknya masih hidup dalam kemiskinan.

“Visi saya untuk rakyat adalah agar mereka lebih sejahtera, terdidik, berkualitas dan inovatif, menciptakan lebih banyak lapangan kerja dan mengutamakan sektor-sektor produktif sehingga kita dapat membangun ekonomi yang lebih baik,” kata Gusmao dalam pidato pelantikannya seperti dikuti AFP, Minggu (2/7/2023).

Partai besutan Xanana, Kongres Nasional untuk Rekonstruksi Timor (CNRT), berhasil memimpin perolehan suara dalam pemilihan legislatif pada akhir Mei dengan meraup 41,6 persen suara. Lawan utama partai dan pemimpin koalisi petahana Fretilin mendapat 25,7 persen, menurut komisi pemilihan.

Mantan pemimpin pemberontak berusia 77 tahun itu juga berjanji untuk memperbaiki undang-undang negara dan mengembangkan proyek pipa gas.

“Pemerintah akan memprioritaskan meninjau sistem peradilan serta pembangunan, mulai dari desa-desa, juga untuk membawa pipa Greater Sunrise ke Timor Leste,” katanya.

Anggaran negara bekas jajahan Portugis itu sangat bergantung pada pendapatan minyak, tetapi sumber pemasukan negara dari proyek bahan bakar fosil yang ada saat ini diperkirakan akan segera habis.

Pemerintah baru perlu menentukan opsi untuk mengembangkan proyek Greater Sunrise, yang bertujuan untuk memanfaatkan triliunan kaki kubik gas alam, dengan Australia atau China sebagai mitra potensial.

Timor Timur mengadakan pemilihan parlemen kelimanya bertepatan dengan hari peringatan kemerdekaannya yang ke-21.

Partai CNRT yang menyokong Gusmao berhasil merebut 31 dari 65 kursi parlemen, kurang dari suara mayoritas yang dibutuhkan, dan harus membentuk aliansi dengan Partai Demokrat untuk membentuk pemerintahan.

Xanana menghabiskan bertahun-tahun memimpin Front Revolusioner untuk sayap militer Timor Timur Merdeka (Fretilin) dalam perjuangan kemerdekaan negaranya.

Pemimpin karismatik itu menjadi presiden pertama Timor Leste pada 2002 setelah kemerdekaan yang mengakhiri 24 tahun kepemimpinan Indonesia.

Pada 2007, Xanana mendirikan partai CNRT, kemudian menjadi perdana menteri dan menjabat di posisi tersebut hingga 2015. Namun, ia memutuskan untuk mengundurkan diri untuk memberikan kesempatan kepada generasi pemimpin yang lebih muda untuk memimpin Timor Leste.

Back to top button