Hangout

WHO Ungkap Kasus Dengue Meningkat

Menurut Badan Kesehatan dunia (WHO) Dengue adalah infeksi virus DENV yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Ada 4 tipe virus dengue, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.

Sekitar separuh penduduk dunia berisiko mendapat dengue, dengan perkiraan sampai 100–400 juta infeksi setiap tahunnya.

“Dengue ini bervariasi gejala kliniknya, dari yang ringan sampai yang amat berat sampai kematian,” kata Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) kepada Inilah.com, Jakarta, Sabtu (09/03/2024).

WHO menyatakan insiden dengue meningkat secara dramatis dalam dekade terakhir di dunia, meningkat dari 505.430 kasus di tahun 2000 melonjak menjadi 5,2 juta pada tahun 2019.

Data lain berdasar modelling memperkirakan terjadinya 390 juta infeksi dengue setiap tahunnya di dunia, hanya sekitar 96 juta yang bermanisfestasi secara klinik dengan jelas.

“Jadi memang harus diketahui juga cukup banyak kasus yang tidak terdiagnosis dengan baik dan hanya disebut sebagai penyakit demam (febrile illnesses). Satu penelitian lain lagi bahkan menyebutkan bahwa ada sekitar 3,9 milyar penduduk dunia yang berisiko terinfeksi virus dengue,” tambahnya.

WHO menyatakan dengue tercatat sebagai penyakit endemik di lebih dari 100 negara di dunia.

“Disebutkan juga bahwa 70 persen kasus dengue di dunia terjadi di benua Asia. Data dari WHO Asia Tenggara menyebutkan bahwa Indonesia adalah salah satu 30 negara didunia yang endemik tinggi dengue (30 most highly endemic countries in the world),” katanya.

“Ada beberapa kemungkinan penyebab naiknya kasus dan harus dianalisa mendalam tentang apa yang sekarang terjadi di negara kita dan harus ditangani segera yang mungkin dilakukan tentu kalau musim hujan dan fenomena alam lain tidak dapat diintervensi,” paparnya. 

Berikut Sebab Tingginya Kasus Dengue 

  1. Seasonal patterns, sehubungan sekarang musim hujan
  2. Suhu udara dan lingkungan kini, serta aspek kelembaban
  3. Tingginya angka populasi nyamuk (High mosquito population)
  4. kerentanan pada serotipe virus yang bersirkulasi sekarang ini
  5. Kurangnya program proaktif yang selama ini berjalan, mungkin prioritas lain yang lebih dilakukan
  6. Lemahnya sistem surveilan. Ini akan menyebabkan kelambatan pencatatan pelaporan dan respon, serta juga luput dalam mengidentifikasi tanda dan gejala yang berhubungan dengan terjadinya penyakit dengue berat
  7. Ada keterbatasan alat diagnosis dini (dengue diagnostic kits)
  8. Peningkatan komunikasi risiko dan keterlibatan serta partisipasi aktif masyarakat.

Menurut WHO maka pencegahan dan pengendalian dengue utamanya bergantung pada pengendalian vektor, ini kunci utama pencegahan penularan. 

“Kalau sudah jatuh sakit maka tidak ada obat yang spesifik untuk membunuh virus dengue (DENV),” katanya.  

Deteksi awal dan akses pada pelayanan kesehatan yang baik merupakan kunci utama untuk menurunkan angka kematian, apalagi kalau diberitakan bahwa Indonesia target bersama mencapai nol kematian akibat dengue di tahun 2030.

” Jadi, pengendalian dengue memang harus bersifat menyeluruh,” tambahnya. 

Rekomendasi WHO untuk Atasi Dengue:

  1. Penanganan vektor kontrol yang efektif
  2. Surveilan entomologi
  3. Jaminan ketersediaan laboratorium
  4. Penanganan kasus
  5. Meningkatkan surveilan kasus
  6. Komunikasi risiko dan perlibatan aktif masyarakat.

“Tentang pendekatan dengan  nyamuk berWolbachia, sejauh ini memang masih merupakan penelitian dan belum merupakan program resmi,” tegasnya. 

Back to top button