Hangout

Warga Indonesia Kurang Piknik! Ini Dampaknya bagi Kesehatan Mental

Warga Indonesia kurang piknik! Itulah temuan data terakhir dari Organisasi Pariwisata Dunia. Data ini harus mendapat perhatian mengingat kurangnya aktivitas healing juga bisa mempengaruhi kesejahteraan mental dan pada akhirnya juga berpengaruh pada produktivitas.

Data yang dikutip dari United Nations World Tourism Organization (UNWTO) 2019, terbukti jumlah perjalanan wisatawan nusantara per penduduk di Indonesia masih rendah yakni 2,6 kali per tahun.

“Indonesia itu penduduknya termasuk jarang piknik mengutip data UNWTO 2019. Angkanya jauh dibandingkan dengan masyarakat dunia lainnya,” kata Herdy Rosadi Harman Direktur SDM dan Digital PT Aviasi Pariwisata Indonesia atau InJourney, di Gedung Kementerian BUMN, Senin (12/12/2022).

Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan negara tetangga Malaysia dengan 10,3 kali melakukan perjalanan dalam satu tahun. Sementara setiap warga Australia tercatat melakukan 14,3 kali perjalanan dalam satu tahun dan Korea Selatan sebanyak 6,6 kali dalam satu tahun.

Tingkat stres lebih tinggi

Menarik melihat data ini, karena banyak para ahli berpendapat kurangnya hiburan, piknik atau healing bisa mempengaruhi tidak hanya kesehatan fisik tetapi juga kesehatan mental. Terlalu banyak bekerja atau sibuk berbisnis untuk mendapatkan penghasilan selain membuat tubuh lebih capai dan kurang istirahat juga membuat tingkat stres makin meningkat.

Ada kekhawatiran bahwa jika berlibur membuat mereka tampak kurang berkomitmen dibandingkan rekan kerjanya. Padahal, tekanan pekerjaan, tantangan yang besar dalam berusaha hingga masalah kemacetan yang harus dihadapi dalam aktivitas sehari-hari tentu menjadikan mental lebih lelah. Ketika semua itu membebani maka keseimbangan kehidupan akan rusak. Salah satu penyeimbang itu adalah berlibur.

Penelitian menunjukkan bahwa mengambil waktu dari pekerjaan dapat memiliki manfaat kesehatan fisik dan mental. Orang yang berlibur memiliki tingkat stres yang lebih rendah, risiko penyakit jantung yang lebih kecil, pandangan hidup yang lebih baik, dan lebih banyak motivasi untuk mencapai tujuan.

Sejak merencanakan liburan saja akan meningkatkan kebahagiaan seseorang hingga dua bulan sebelum perjalanan. Ada beberapa manfaat kesehatan lebih besar dari berlibur. Kita mulai dari manfaat fisik.

Stres dapat menyebabkan penyakit jantung dan tekanan darah tinggi. Bagi pria dan wanita, New York Times melaporkan, berlibur setiap dua tahun dibandingkan setiap enam tahun akan mengurangi risiko penyakit jantung koroner atau serangan jantung.

Ahli saraf telah menemukan bahwa paparan kronis terhadap stres dapat mengubah struktur otak Anda dan menyebabkan kecemasan dan depresi. Saat Anda berlibur, perasaan tenang muncul dan menghilangkan stres, yang memungkinkan tubuh dan pikiran pulih dengan cara yang tidak bisa dilakukan jika masih dalam tekanan.

“Menghabiskan waktu di luar telah terbukti secara signifikan menurunkan kadar kortisol, alias hormon stres utama,” jelas Alyssa Scolari, Licensed Professional Counselor (LPC), pembawa acara Podcast Light After Trauma di New Jersey.

Menghirup udara segar di tempat wisata dapat memberikan keajaiban bagi kesehatan mental Anda. Demikian pula menghabiskan waktu di luar terbukti mengurangi tingkat kecemasan dan menurunkan tingkat aktivitas di bagian otak yang berhubungan dengan penyakit mental. Waktu di bawah sinar matahari juga terkait dengan peningkatan suasana hati dan penurunan tingkat stres bagi seluruh keluarga.

Manfaat positif lain dapat meliputi sistem pencernaan, meningkatkan tekanan darah dan detak jantung, membuat lebih bahagia, memperkuat sistem kekebalan tubuh, membersihkan paru-paru, memberi lebih banyak energi dan pikiran yang lebih tajam.

Motivasi dan kesejahteraan mental

Mengutip Allinahealth, studi Gallup mengungkapkan, orang yang selalu menyediakan waktu untuk perjalanan rutin memiliki skor 68,4 pada Indeks Kesejahteraan Gallup-Heathway, dibandingkan dengan skor 51,4 untuk orang yang jarang bepergian.

Sebuah penelitian menemukan bahwa tiga hari setelah liburan, keluhan fisik, kualitas tidur, dan suasana hati subjek meningkat dibandingkan sebelum liburan. Keuntungan ini masih akan terasa hingga lima minggu kemudian, terutama pada mereka yang memiliki lebih banyak waktu pribadi dan kepuasan secara todal selama liburan mereka.

Dampak lain yang sangat penting adalah peningkatan motivasi mental. Banyak yang kembali dari liburan lebih fokus dan produktif. Studi telah menemukan bahwa stres kronis dapat membuat sulit untuk mencapai tugas-tugas tertentu dan menyebabkan masalah memori. Mengambil cuti bisa seperti melakukan penyetelan otak, meningkatkan kesehatan mental dan kognisi Anda.

Para ahli menyebutkan, karyawan yang meluangkan waktu secara teratur untuk bersantai cenderung tidak mengalami kelelahan, membuat mereka lebih kreatif dan produktif daripada rekan kerja mereka yang terlalu banyak bekerja dan kurang istirahat.

Cara lain untuk mengelola kelelahan adalah melalui Aturan Masker Oksigen: “Amankan masker Anda sebelum membantu orang lain.” Dengan kata lain, penuhi kebutuhan mental, fisik, dan spiritual Anda sebelum melakukan tanggung jawab untuk memberi manfaat bagi orang lain di luar keluarga dekat Anda.

Manfaat lainnya adalah dengan liburan dan berarti menghabiskan waktu menikmati hidup bersama orang tersayang dapat menjaga hubungan tetap kuat. Sebuah studi oleh Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan Arizona menemukan bahwa wanita yang berlibur lebih puas dengan pernikahan mereka.

Intinya adalah, berliburlah jika Anda bisa. Ketika Anda mengambil waktu dari tekanan pekerjaan dan kehidupan sehari-hari, itu dapat meningkatkan kesehatan fisik dan mental, meningkatkan motivasi, hubungan, kinerja dan perspektif pekerjaan. Liburan dapat membantu merasa segar dan lebih siap menghadapi apa pun yang datang saat Anda kembali.

Back to top button