News

Ukraina Cemas Terancam Ditinggal AS Hadapi Rusia

Masa depan bantuan Amerika Serikat untuk Ukraina berada dalam ketidakpastian menyusul kesepakatan terakhir untuk menghindari penutupan atau shutdown pemerintah AS. Meski Presiden AS Joe Biden sudah meyakinkan Kiev bahwa hal itu tidak akan terjadi, namun warga Ukraina sudah sangat cemas.

Dewan Perwakilan (DPR) AS pada Minggu (1/10/2023) malam akhirnya meloloskan rancangan undang-undang pendanaan sementara untuk 45 hari ke depan. Namun, di UU ini disebut-sebut tak ada rincian anggaran untuk membantu Ukraina. Kompromi yang dicapai di Kongres AS membatalkan pendanaan baru untuk Ukraina di tengah penentangan dari kelompok garis keras Partai Republik. 

Berarti masih belum jelas apa yang mungkin terjadi selanjutnya. Biden dan partai Demokratnya mengatakan AS mempunyai kewajiban untuk membantu Ukraina menghadapi invasi Presiden Rusia Vladimir Putin, dan memperingatkan bahwa kegagalan dalam melakukan hal tersebut dapat membuat negara-negara lain semakin berani di masa depan.

Masalah ini telah menjadi sangat dipolitisasi di Washington sehingga nasib bantuan militer yang penting kini berada dalam bahaya, sama seperti Kyiv yang mencoba membuat kemajuan dalam serangan balasannya yang lamban sebelum musim dingin tiba.

Apa yang terjadi di Washington saat ini juga membuat warga Ukraina sangat khawatir. Ahli logistik Ukraina Tetiana Ostapchuk mengatakan Ukraina benar-benar membutuhkan dukungan dari negara lain, karena kita tak bisa melakukan sendiri. 

“Bantuan sangat penting. Jika tiba-tiba Amerika tak lagi membantu kami, maka kami akan berjuang untuk mempertahankan tanah air kami, hingga sumber terakhir,” kata Ostapchuk, mengutip CNN. Ostapchuk menyadari menjaga negara dari pasukan Rusia tidaklah mudah dan tetap memerlukan bantuan senjata.

Tak hanya Opstachuk, kepala akuntan di Ukraina Yulia Mueller juga memberi prediksi suram jika AS betul-betul menarik bantuan. Semua orang yang melihat kekejaman di Ukraina memahami bahwa hal ini juga bisa menyebar ke negara lain. “Jika Amerika berhenti membantu kami, akan ada konsekuensi yang sangat sulit bagi semua orang,” ungkap Mueller.

Bagi sejumlah warga di ibu kota Ukraina, Kyiv, menganggap drama di Kongres tak lebih dari kebisingan di tengah perang. “Itu permainan warga Amerika. Dan Ukraina adalah tuan rumah untuk diskusi tersebut, ini perang internal,” kata petugas layanan Ukraina, Volodymyr Kostiak.

Biden Yakinkan Ukraina

Di tengah kekhawatiran itu, Biden berusaha meyakinkan Ukraina bahwa AS tetap berada di sisi mereka. Ia mengatakan bantuan ke Ukraina akan terus mengalir untuk saat ini seiring upayanya meyakinkan sekutunya untuk terus mendukung upaya perang tersebut.

“Dalam keadaan apa pun, kita tidak boleh membiarkan dukungan Amerika terhadap Ukraina terganggu,” kata Biden. “Kita punya waktu, tidak banyak waktu, dan ada perasaan mendesak yang sangat besar,” katanya, seraya menyebutkan bahwa RUU pendanaan hanya berlaku hingga pertengahan November.

Biden mendesak Kongres untuk merundingkan paket bantuan sesegera mungkin. “Mayoritas besar dari kedua partai – Demokrat dan Republik, Senat dan DPR – mendukung bantuan terhadap Ukraina dan agresi brutal yang dilakukan Rusia terhadap mereka,” katanya dalam pidato dari Gedung Putih.

“Berhentilah bermain-main. Selesaikan ini,” kata Biden, seraya menambahkan bahwa ia mengharapkan Ketua DPR dari Partai Republik Kevin McCarthy segera meloloskan rancangan undang-undang terpisah untuk pendanaan Ukraina. “Saya ingin meyakinkan sekutu Amerika kami, rakyat Amerika dan rakyat Ukraina bahwa Anda dapat mengandalkan dukungan kami. Kami tidak akan pergi,” katanya.

AS telah menjadi pendukung utama Ukraina setelah Rusia menginvasi Ukraina tahun lalu. Biden berupaya menggalang dukungan dunia, serta negaranya sendiri, untuk mempertahankan dukungan tersebut.

Biden meyakinkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy selama kunjungannya ke Washington bulan lalu bahwa dukungan kuat AS terhadap perangnya untuk mengusir penjajah Rusia akan tetap dipertahankan meskipun ada tentangan dari beberapa anggota parlemen Partai Republik. 

Biden mendesak Partai Republik untuk bergerak cepat guna menghindari krisis lain di bulan November. “Kerusakan ini harus diakhiri. Dan seharusnya tidak ada… krisis lagi,” katanya. “Saya sangat mendesak teman-teman saya dari Partai Republik di Kongres untuk tidak menunggu. Jangan buang waktu seperti yang Anda lakukan sepanjang musim panas. Mengesahkan perjanjian anggaran selama setahun. Hormatilah kesepakatan yang kita buat beberapa bulan lalu.”

AS telah menyetujui empat putaran bantuan kepada Ukraina sebagai respons terhadap invasi Rusia, dengan jumlah total sekitar US$113 miliar atau sekitar Rp1.760 triliun, dan sebagian dari dana tersebut digunakan untuk mengisi kembali peralatan militer AS yang dikirim ke garis depan. Pada bulan Agustus, Biden meminta Kongres untuk menyediakan tambahan US$24 miliar atau sekitar Rp369,33 triliun

Ketidakpastian Bakal Berlanjut

Persoalan bantuan AS kepada Ukraina ini memang rumit. Jika saja DPR AS tetap meloloskan RUU bantuan ke Ukraina, masalah lain juga muncul. Misalnya, skeptisme dari anggota DPR lain yang menilai kebutuhan belanja AS di luar negeri mencapai rekor tertinggi di tengah inflasi.

Masyarakat AS juga mulai lelah dengan perang Ukraina-Rusia yang sudah berlangsung lebih dari 1,5 tahun. Pemerintah Washington dan Kyiv khawatir jika warga yang terkena dampak inflasi punya pandangan serupa terkait anggaran belanja. 

Lalu, yang membuat masalah ini semakin sulit adalah penyelidikan pemakzulan terhadap Biden atas kesepakatan bisnis anaknya, Hunter, di Ukraina. Tak hanya itu, pemerintah Ukraina juga bakal gigit jari jika Donald Trump, yang disebut dekat dengan Rusia, menang dalam pemilihan presiden tahun depan.

Back to top button