News

Tingkat Apolitis Generasi Muda Tinggi, Butuh Literasi Politik

Tingkat apatis generasi muda terbilang tinggi, akibat perubahan orientasi cara pandangan generasi muda. Hal-hal yang diminati anak muda hanya seputar gaya hidup, kemapanan, dan kebebasan, bukan politik.

Wakil Ketua Komisi II DPR, Yanuar Prihatin menegaskan, lingkungan pendidikan seperti sekolah dan kampus perlu mengambil langkah dalam meningkatkan pendidikan dan pengetahuan politik bagi generasi muda. Langkah ini dirasa perlu dilakukan untuk menekan angka apatis generasi muda terhadap dunia politik.

Hal itu disampaikannya saat menjadi pembicara dalam diskusi bertajuk ‘Pemilih Pemula dan Potensi Kaum Muda sebagai Bonus Demografi untuk Kemajuan Bangsa’ di Tangerang Selatan, Rabu (9/11/2022).

“Kurikulum perlu pertimbangkan aspek-aspek politik yang bisa menjadi pengetahuan politik untuk diserap anak-anak didik. Sosialisasi dan pendidikan politik perlu ditingkatkan termasuk di lembaga pendidikan sekolah,” katanya.

Soal penyebab munculnya fenomena sikap apolitis ini, dia nilai, akibat dari rendahnya sosialisasi dan pendidikan politik yang dilakukan pemerintah, partai politik (parpol) dan penyelenggara pemilu. “Kedua, aspek sistemik, terlihat dari anak sekolah yang tidak kenal nama-nama menteri, partai politik. Itu menunjukkan tidak adanya kesinambungan dalam kurikulum di sekolah,” ujarnya.

Penyebab lainnya, sambung dia, adanya perubahan orientasi cara pandangan generasi muda, beberapa dari meraka menilai politik sebagai opsi terakhir. Sebaliknya, lanjut dia, hal yang diminati kalangan generasi milenial saat ini hanya seputar gaya hidup, kemapanan, dan kebebasan.

Maka dari itu, tegas dia, harus ada orientasi patron bagi kalangan milenial sehingga elit politik harus adaptif terhadap isu generasi muda yang identik dengan dunia kreatif dan imajinatif. “Politik dianggap tidak kompatibel karena ada gap dengan anak muda. Pergeseran tersebut menjadi poin penting, ada perbedaan patron,” tutupnya.

Back to top button