Kanal

Tembak Balon China, Amerika Serikat Lebay

Konflik China dan Amerika Serikat (AS) memanas gara-gara balon. AS menembak jatuh balon milik China yang memasuki wilayah udaranya dengan alasan spionase. Saling memata-matai antarnegara sebenarnya hal yang lazim. AS juga melakukan hal sama di beberapa negara.

China mengklaim bahwa itu adalah balon cuaca yang meledak dan menuduh AS bereaksi berlebihan. Beijing mengatakan balon tersebut sebagai ‘pesawat’ yang digunakan untuk keperluan meteorologi sipil dan tujuan ilmiah lainnya yang tersesat ke wilayah udara AS.

Insiden ini menambah ketegangan baru di tengah hubungan kedua kubu yang dingin dalam beberapa tahun terakhir. AS menyebut insiden ini sebagai pelanggaran nyata kedaulatan negara, sehingga menyebabkan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menunda kunjungan yang telah lama dinantikan ke China.

Tidak jelas aksi mata-mata apa yang mungkin diperoleh China dari balon miliknya yang berada di wilayah AS. Ada kekhawatiran bahwa balon itu mengidentifikasi silo rudal AS, tetapi ini adalah target besar yang mungkin sudah diketahui oleh China.

China sebaliknya menduga Presiden AS Joe Biden memerintahkan penembakan balon agar dapat memberi tahu publik sebagai propaganda bahwa ia akan menyelamatkan warganya dan mempelajari kemampuan China dari puing-puing balon tersebut.

Saling memata-matai

Robert E Kelly, Profesor Hubungan Internasional di Departemen Ilmu Politik di Universitas Nasional Pusan mengungkapkan, seharusnya bukan hal yang mengejutkan jika negara-negara besar dan kuat terlibat dalam spionase intelejen terhadap negara-negara lain.

“China telah mengirim balon pengintai lainnya ke AS dalam beberapa tahun terakhir. AS juga telah melakukan aksi memata-matai selama beberapa dekade terhadap negara-negara yang tak sejalan dengan pemerintahannya serta dengan sekutunya,” ungkap Prof Kelly, mengutip Channel News Asia.

Insiden spionase yang paling terkenal adalah penggunaan pesawat mata-mata U-2 yang ditempatkan di ketinggian oleh AS di atas wilayah Uni Soviet selama tahun-tahun awal Perang Dingin. Soviet berhasil menembak jatuh U-2 pada 1960. Seperti alasan China pekan lalu, tanggapan pertama AS ketika itu adalah mengklaim bahwa pesawat sedang dalam operasi cuaca. Pada tahun 1962, Kuba juga menembak jatuh U-2 lainnya di tengah krisis misil.

Demikian pula, AS secara rutin menerbangkan pesawat pengintai di dekat batas wilayah udara resmi Korea Utara dan China. Salah satu pesawat itu ditabrak jet tempur China pada tahun 2001 dan awaknya ditangkap.

Negara-negara saling memata-matai adalah hal biasa terutama musuh-musuh yang memiliki kekuatan besar, kata Asisten Profesor Evan Resnick dari Sekolah Studi Internasional S Rajaratnam. “AS dan China terlibat dalam spionase satu sama lain dengan berbagai cara dan teknik… ada banyak upaya yang dilakukan pemerintah AS saat ini, tetapi semua orang tahu bahwa ini adalah masalah rutin,” katanya masih kepada Channel News Asia.

Dr Scott Kennedy, seorang analis dari think tank AS, mengatakan dia mempercayai laporan AS bahwa balon itu untuk pengumpulan intelijen. Dia percaya itu bukan satu-satunya balon, tetapi bagian dari armada balon dengan yang lain terbang melintasi berbagai wilayah.

“Kedua belah pihak terlibat dalam pengumpulan intelijen satu sama lain melalui berbagai cara. Itu bukan kejutan, tetapi ada aturan dan bagaimana itu harus terjadi, dan saya pikir AS sedang mencoba untuk mengklarifikasi apa aturan itu sekarang,” katanya.

Bagian yang paling aneh dari insiden ini, justru, adalah kecurigaan terhadap balon yang sangat umum berada di atas benua AS. Orang-orang dengan kamera standar maupun dengan lensa zoom dapat melihatnya dan membuat videonya serta menaruhnya di media sosial.

Tidak mengherankan, aksi AS terhadap balon ini memicu banyak komentar dan liputan berita populer, yang sangat tidak biasa di dunia intelijen. Mungkinkah aksi ini untuk mengobarkan debat nasional di AS sebagai tujuan, atau mungkin untuk meningkatkan dukungan politik?

Mengelola pertikaian

Prof Kelly kembali mengungkapkan, sebagai dua negara besar, kaya, dan kuat secara militer dengan ideologi yang berbeda, persaingan antara AS dan China tidak dapat dihindari. Aksi-aksi intelijen, mata-mata, peretasan, jangkauan satelit, adalah bagian dari ini yang pasti akan menciptakan gesekan. Peristiwa ini menegangkan, menciptakan risiko geopolitik yang nyata, yang seringkali menjadi inspirasi dalam film-film Hollywood.

Namun yang terpenting, pertengkaran ini juga dapat dikelola. Selama 45 tahun Perang Dingin, aksi-aksi intelijen seperti ini tidak pernah menyebabkan pecahnya konflik atau secara tegas mengubah keseimbangan militer melawan AS atau Uni Soviet.

Kedua belah pihak mengakui bahwa keduanya melakukan aksi saling mata-matai. Selama ini atas pelanggaran hukum internasional ini, AS dan Soviet berhati-hati dalam mengeksploitasi ketegangan yang diakibatkannya. Soviet memulangkan Francis Gary Powers, pilot U-2 yang jatuh ke AS dan kemudian presiden John Kennedy menolak tekanan untuk menyerang Kuba setelah penembakan U-2 tahun 1962.

Presiden Biden sebaiknya melakukan hal yang sama. Jika dia terus menunjukkan sikap tajam terhadap China atas insiden balon ini, pada akhirnya akan ditampilkan sebagai orang munafik karena AS hampir pasti juga memata-matai China.

Back to top button