Market

Tambal Defisit Kedelai 3,97 Juta Ton, Bos Gakoptindo Usulkan Ini

Terkait kekurangan pasokan kedelai hingga 2,97 juta ton, Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo), Aip Syarifuddin mengaku punya solusi.

‘Kita pernah usulkan ke Presiden Jokowi agar petani kita bisa menanam kedelai rekayasa genetika atau Genetically Modified Organism (GMO). Karena, kedelai GMO ini akan lebih menguntungkan petani, ketimbang menanam kedelai biasa, atau non GMO,” kata Aip, saat dihubungi, Jakarta, Senin (30/10/2023).

Sebagai perbandingan, kata Aip, setiap hektare tanaman kedelai GMO menghasilkan 4-5 ton. Sedangkan kedelai non GMO hanya 800 kilogram hingga 2 ton saja.

Bila diasumsikan harga jual kedelai sebesar Rp10 ribu/ilogram (kg), maka petani kedelai GMO meraih penghasilan Rp50 juta (maksimal). Sedangkan petani kedelai biasa hanya Rp20 juta.

“Kalau tanam kedelai non GMO, dapatnya cuman Rp20 juta dalam 100 hari, makanya petani kedelai malas. Mereka pindah tanam padi atau cabai, atau lainnya karena hasilnya lumayan. Akibatnya apa, produksi kedelai dalam negeri, turun,” jelas Aip.  

Asal tahu saja, kebutuhan kedelai nasional mencapai 3 juta ton. Hanya saja, produksi dalam hanya 0,3 juta ton. Artinya masih ada kekurangan 2,97 juta ton yang dipenuhi dari impor.

Masih kata Aip, kedelai GMO yang terbukti lebih produktif, dilarang masuk apalagi ditanam di Indonesia. Alasannya, dianggap membahayakan kesehatan.

“Lho, 30 tahun kita selalu impor kedelai GMO, toh tidak ada masalah. Tidak ada keluhan dari masyarakat. Artinya, aman dikonsumsi,” ungkapnya.

Presiden Jokowi, kata Aip, punya concern tinggi terhadap masalah ini. Secara tegas, Presiden Jokowi pernah menyampaikan agar petani Indonesia mulai menanam kedelai GMO.

“Padahal, Presiden Jokowi sudah bilang agar petani tanam kedelai GMO, tapi kok enggak jalan-jalan sampai sekarang. Akibatnya, kita akan selalu tergantung kepada impor kedelai,” kata Aip.

Kalau sudah begitu, kata Aip, perajin tahu dan tempa yang kena pulungnya. Ketika nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS, anjlok, berdampak kepada mahalnya harga kedelai impor.

“Saat ini, sudah kami rasakan. Kedelai di Jawa harganya Rp13.500 per kilogram. Dampak menguatnya dolar AS. Apalagi ada perang di Ukraina-Rusia dan Palestina, harganya bisa naik lagi. Biasanya Rp10 ribu lebih dikit. Ini perlu bantuan dari pemerintah,” pungkasnya.

Back to top button