Market

Tak Serius di Gresik dan Babel, Masih Percaya Xinyi Investasi Rp175 Triliun di Rempang?

Rekam jejak investasi Xinyi Glass, anak usaha Xinyi Group yang digembar-gemborkan bakal membangun industri kaca dan panel surya senilai US$11,6 atau setara Rp175 triliun di Pulau Rempang, ternyata tak mulus-mulus amat. Bahkan boleh dibilang banyak ‘bopeng’-nya.

Ketua Umum (Ketum) DPP Nasional Corruption Watch (NCW), Hanifa Sutrisna menyebut investasi Xinyi Glass di Gresik (Jawa Timur) dan Sadai (Bangka Belitung/Babel), saat ini, terbengkalai.

Kata Hanifa, pada 2020, Xinyi Glass diinformasikan kepincut investasi senilai US$6 miliar-US$7 miliar di Kawasan Industri Sadai, Babel. Anggap saja US$7 miliar, kalau dirupiahkan setara Rp105 triliun (kurs Rp15.000/US$).

“Dari data NCW, pada 2020, Xinyi Glass menandatangani MoU untuk investasi di Sadai, Bangka. Namun hingga kini tidak jelas,” kata Hanifa, Jakarta, dikutip Selasa (3/10/2023).

Sama dengan Pulau Rempang, Kota Batam, Kepri, kata Hanifa, Xinyi Glass tertarik untuk membangun hilirisasi pasir kuarsa atau silika di Sadai. Xinyi mengeklaim bakal membangun pabrik kaca terbesar di ASEAN.

Rencana investasi itu, disampaikan General Manager (GM) International Business Development Xinyi Group, Cheng Gang kepada Pj Gubernur Provinsi Babel. Ridwan Djamaluddin di Pangkalpinang pada November 2022.

“Namun, begitu akan dilanjutkan ke MoA (Memorandum of Agreement), Xinyi Glass seperti raib dan hilang tanpa kabar berita. Alasannya, karena belum tersedia gas,” papar Hanifa.

Tak berhenti di situ, dirinya juga mempertanyakan keseriusan Xinyi Glass berinvestasi di Gresik, Jawa Timur. Rencana investasinya senilai US$700 juta, setara Rp10,5 triliun pada 2022 itu, tak jelas hingga sekarang.

Padahal, Xinyi sepakat untuk menggaet mitra lokal yakni PT Berkah Kawasan Manyar Sejahtera (BKMS) dalam pembelian lahan yang digunakan untuk pabrik kaca.  

“Berdasarkan perjanjian, BKMS telah setuju untuk menjual lahan, dan Xinyi setuju membelinya untuk pabrik kaca Xinyi di Kawasan Ekonomi Khusus Java Integrated Industrial Port Estate (KEK-JIIPE),” kata Hanifa.

Selanjutnya, Hanifa membeberkan hasil audit EY Ernst & Young’s terhadap laporan keuangan Xinyi Glass Holdings Limited Tahun 2022. 

Hasilnya, mencengangkan. Xinyi Glass tidak termasuk perusahaan kaca berkelas dunia dengan jangkauan pasar global yang dominan. Karena, 68 persen penjualan Xinyi Glass berkutat di China saja. Artinya, anya 32 persen yang dilego ke pasar dunia.

Selain itu, audit EY Ernst & Young’s menyebut nilai property plant equipment Xinyi Group hanya US$2,2 miliar, sedangkan sales revenue di kisaran US$3,4 miliar. Untuk consolidate net cash flow hanya US$41 juta.

“Bagaimana mungkin Xinyi Group investasi hingga 11,5 miliar dolar AS di Rempang Eco City? Apakah ini cara-cara untuk menggoreng saham Xinyi Glass Holding Limited agar naik dan menguntungkan pihak-pihak yang terlibat dalam persekongkolan jahat,” kata Hanifa. 
 

Back to top button