Market

Tahun Politik Musim BUMN Merugi, Tantangan Berat Menteri Etho

Tahun ini yang juga tahun politik, Menteri BUMN Erick Thohir (Etho) mendorong BUMN menggenjot kontribusinya kepada negara. Rasanya sulit karena semakin banyak BUMN yang sempoyongan.

“Saya tidak jemawa kita sudah cukup, sudah baik dengan dividen yang diberikan ke negara sepanjang sejarah Rp80,2 triliun dengan keuntungan Rp205 triliun. Cukup? Tidak, harus bagus lagi. Oknum-oknum kami proses,” kata Menteri Etho, dikutip Sabtu (11/8/2023).

Informasi saja, Menteri Etho menargetkan setoran dividen BUMN pada 2024 yang berasal dari kinerja tahun buku 2023 dari perusahaan go public sebesar Rp53,7 triliun, sedangkan perusahaan pelat merah berstatus privat Rp26,5 triliun. Dengan demikian total setoran dividen tahun depan mencapai Rp80,2 triliun.

Menurutnya, target ini memang terhitung berat mengingat untuk tahun ini, pihaknya menargetkan pendapatan dari perusahaan BUMN sebesar Rp3.000 triliun, EBITDA mencapai Rp600 triliun, dan laba bersih tembus Rp250 triliun.

Bolehlah Menteri etho punya mimpi besar untuk selalu mengerek kontribusi BUMN terhadap keuangan negara. Sayangnya, daftar BUMN merugi semakin panjang saja. Artinya, kinerja BUMN semakin hari semakin ambruk.

Sebut saja PT Indofarma (Persero/INAF) Tbk yang mencatatkan kerugian yang lebih besar seiring anjloknya pendapatan di semester I-2023.

Penjualan bersih INAF merosot 36,59 persen menjadi Rp363,96 miliar di semester I-2023, sementara di semester I-2022 masih Rp574,05 miliar. Penurunan penjualan terjadi di sejumlah segmen bisnis.

Penjualan alat kesehatan juga turun menjadi Rp16,94 miliar dari Rp149,79 miliar per Juni 2022. Penjualan produk FMCG sebesar Rp84,76 miliar pada semester I-2023, turun dari Rp144,76 miliar per Juni 2022. Namun, penjualan vaksin naik menjadi Rp32,92 miliar dari sebelumnya Rp251,88 juta.

Indofarma membukukan rugi yang diatribusikan ke pemilik entitas induk Rp120,34 miliar pada semester I-2023. Rugi INAF membengkak dari sebelumnya Rp90,71 miliar. Nasib sama dialami Garuda dan PT Wijaya Karya (Persero/WIKA) Tbk.

Asal tahu saja, WIKA mencatatkan pembengkakan atas rugi bersih dari Rp13,32 miliar di semester I-2022, menjadi Rp1,8 triliun pada semester I-2023.

Padahal, pendapatan BUMN Karya ini masih tumbuh selama periode tersebut. Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2023, membengkaknya rugi bersih WIKA disebabkan oleh meningkatnya beban yang dipikul perseroan.

Semisal, beban dari pendanaan yang meningkat dari Rp550,22 miliar menjadi Rp1,23 triliun pada semester I-2023. Selain itu, terdapat pula kenaikan signifikan dari beban lain-lain yang tercatat Rp1,21 triliun, atau meningkat 211,8 persen secara year on year (yoy), dari posisi sebelumnya Rp391,02 miliar.

Emiten maskapai penerbangan pelat merah, PT Garuda Indonesia (Persero/GIAA) masih membukukan rugi bersih US$76,5 juta atau sekitar Rp1,14 triliun (asumsi kurs Rp15.000 per dolar AS) pada semester I-2023.

Meski demikian, pendapatan perseroan naik signifikan. Berdasarkan laporan keuangan di laman Bursa Efek Indonesia (BEI), GIAA mencatat rugi yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar US$76,5 juta, atau berbalik rugi dari periode sama 2022 yang mencetak laba US$3,76 miliar.

Back to top button