Kanal

Stunting, Monkey Pox, Pneumonia, hingga Kasus COVID-19 Naik, Masyarakat Kini Tak Lagi Bebas Bergerak


Masyarakat Indonesia belum bisa benar-benar bernapas lega. Menyambut 2024 yang tinggal beberapa hari lagi, kasus kesehatan di Indonesia justru seakan tidak hilang, malah kini semakin tinggi menularkan warganya.

Isu kesehatan memang selalu menarik perhatian publik sepanjang 2023. Mulai dari kasus Ispa pada anak yang tiba-tiba tinggi dan menyebabkan IGD rumah sakit penuh, Monkeypox atau cacar monyet yang menyerang para LSL (Lelaki seks dengan lelaki), penanganan kasus stunting yang carut marut, hingga kembali melonjaknya kasus COVID-19 di akhir tahun 2023.

Potret tersebut menggambarkan seakan masyarakat Indonesia tidak bisa bebas bergerak karena masih terkepung dengan beragam penyakit yang tidak hanya menular tetapi juga mengancam nyawa.

Terlebih pada liburan akhir tahun 2023. Mobilitas masyarakat Indonesia terus meningkat. Hal ini dikhawatirkan dapat memicu peningkatan kasus COVID-19 yang semakin meroket.

Tidak heran ketika Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Maxi Rein Rondonuwu memprediksi adanya puncak kasus COVID-19 usai liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru).

“Kalau melihat dari pengalaman sebelumnya, kita mulai awal tren naik itu pada awal bulan Desember 2023. Akhir November dihitung dari itu, paling lama enam sampai delapan minggu puncaknya. Jadi kalau dihitung dari Desember ya mungkin puncaknya di awal Januari 2024 nanti,” kata Maxi kepada Inilah.com Jakarta, Jumat (22/12/2023).

Prediksi tersebut sejalan dengan angka jumlah pemudik pada akhir tahun 2023 yang meningkat tajam hampir 3 kali lipat dari tahun lalu.

Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan (Sekjen Kemenkes), Kunta Wibawa Dasa Nugraha menjelaskan meski kasus COVID-19 meningkat, prediksi jumlah pemudik Natal dan tahun baru 2024 juga meningkat hampir tiga kali lipat mencapai angka 107 juta. 

“Liburan Nataru tahun ini agak panjang dan mungkin ekonomi juga sudah mulai tumbuh. Jadi kalau enggak salah, jumlah pemudik itu juga semakin besar. Kalau tahun lalu hanya 44 juta, saat ini kemungkinan besar bisa mencapai 107 juta, hampir tiga kali lipat,” ungkap Kunta kepada inilah.com.

Berikut adalah beberapa kasus kesehatan yang menyita perhatian publik di sepanjang 2023: 

1.   Stunting

Masalah stunting di Indonesia seakan tidak ada habisnya. Presiden RI Joko Widodo menjelaskan dalam Rapat Kerja nasional BKKBN, Rabu, (25/12/2023), monegaskan stunting bukan hanya tentan tinggi badan tetapi yang paling bahaya adalah rendahnya kemampuan anak untuk belajar, mengalami keterbelakangan mental, hingga munculnya penyakit kronis.

Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) membeberkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) yang menunjukkan prevalensi stunting di Indonesia dari 24,4 persen di tahun 2021 menjadi 21,6 persen pada 2022.

“Karena itu target yang saya sampaikan 14 persen di tahin 2024. Ini harus bisa kita capai, saya yakin dengan kekuatan kita bersama semuanya bisa bergerak. Angka itu bukan angka yang split untuk dicapai asal semuanya bekerja sama,” kata Jokowi.

post-cover

Jokowi menjelaskan persoalan stunting juga terkait dengan infrastruktur. Mulai dari sanitasi, air bersih, dan rumah yang sehat.

“Jadi target 14 persen bukan target yang sulit hanya kita mau atau tidak mau. Asalkan kita bisa mengonsolidasikan semuanya dan mangan sampli keliru cara pemberian gizi,” tambah Jokowi.

Pemberian gizi untuk mengatasi stuntung agaknya tidak mudah dijalankan begitu saja. Belakangan penanganan kasus stunting di Depok mendapatkan sorotan dan cibiran dari netizen di sosial media.

Kisruh Pemberian Makanan Tambahan (PMT) disinyalir bermula dari menu yang diberikan tidak sesuai. Bahkan terakhir, menu kudapan PMT terlihat ada 3 potong bakwan yang kebanyakan tepung dan sedikit sayur diunggah netizen.

“Menu kudapan program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) di Kp Sidamukti Depok hari ini 3 potong bakwan. Tapi kebanyakan tepungnya min. Sayurannya dikit. Alhamdulillah,” tulis akun @depok24jam tersebut, dikutip Senin (20/11/2023).

Pemberian menu tersebut ternyata erat kaitannya dengan pembelian toples atau tempat makan.

Sehingga, menurut Anggota fraksi PKB DPRD kota Depok Babai Suhaimi terdapat kejanggalan dalam anggaran stunting.

“Dikatakan satu kecamatan membeli toples seharga Rp21.000 dan itu diberikan tiga kali, ada yang mengatakan Rp10.000, kita akan dalami ini,” katanya.

Karena kisruh tersebut, akhirnya pemberian PMT stunting sempat diberhentikan. Hal ini dilakukan karena adanya masukan dari pihak terkait termasuk media.

2. Rabies

Kasus rabies di Indonesia 95 persen disebabkan oleh gigitan anjing. Diketahui bahwa jumlah kasus gigitan hewan penular rabies mencapai 31.113 kasus, 23,211 kasus gigitan yang sudah mendapatkan vaksin anti rabies, dan 11 kasus kematian akibat rabies di Indonesia pada April 2023 ini.

Kasus rabies adalah salah satu kasus kesehatan terbesar di Indonesia dengan total 80.000 kasus dalam tiga tahun terakhir dan rata-rata angka kematian mencapai 68 orang.

“Terdapat beberapa hewan liar lainnya yang bertindak sebagai reservoir virus di berbagai dunia seperti kelelawar hingga rubah,” kata Imran Pambudi selaku Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular. 

Untuk menangani ini disiapkan 241.700 vial vaksian rabies dan 1.650 vial serum.

Masyarakat diharapkan bisa menerapkan sikap waspada dan bersegera untuk melakukan pertolongan pertama saat digigit hewan penular rabies dengan mencuci luka gigitan dengan sabun atar detergen pada air mengalir selama 15 menit dan memberikan antiseptik atau sejenisnya.

3.   ISPA

Data Kementerian Kesehatan menunjukkan, kasus ISPA non-pneumonia di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi (Jabodetabek) pada 29 Agustus sampai 6 September 2023 mencapai 90.546 kasus.

Pada 3 September 2023, dilaporkan kasus harian sebanyak 4.759 kasus.

Jumlah itu naik signifikan menjadi 11.116 kasus pada 4 September dan kembali meningkat menjadi 16.074 kasus pada 5 September.

Sekitar 55 persen terjadi pada usia produktif. Sementara pada kelompok usia lain terjadi pada anak balita (14 persen), anak (14 persen), dan warga lansia (8 persen).

Kenaikan kasus ISPA menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Imran Pambudi dipengaruhi oleh indeks kualitas udara, saat PM 2.5 memperlihatkan kenaikan indeks maka terjadi juga kenaikan kasus ISPA.

Tidak hanya itu, Kemenkes juga mencatat adanya kenaikan kasus ISPA di Jabodetabek rata-rata mencapai 200 ribu per bulan.

“Wilayah Jabodetabek terjadi peningkatan masalah polusi udara. Seiring dengan itu, data kami dari surveilans penyakit menunjukkan adanya peningkatan kasus ISPA yang dilaporkan di puskesmas maupun rumah sakit di Jabodetabek,” papar Maxi.

4.   Monkeypox atau Cacar Monyet

Kasus Monkeypox atau cacar monyet merebak pada Oktober 2023 di Indonesia.

Menurut data harian yang diterima per tanggal 22 Oktober 2023, kasus konfirmasi dilaporkan bertambah menjadi 7 kasus sejak pertama kali dilaporkan pada 13 Oktober 2023, atau 8 kasus sejak pertama kali terkonfirmasi di pertengahan 2022.

Kasus Monkeypox yang terkonfirmasi berasal dari Jakarta. Rinciannya 1 kasus dari Jatinegara, Mampang 1 kasus, Kebayoran Lama 1 kasus, Setiabudi 2 kasus, Grogol Petamburan 1 kasus, dan Kembangan 1 kasus. 

Pasien Monkeypox adalah laki-laki usia produktif. Mayoritas atau sekitar 71 persen adalah laki-laki berusia 25-29 tahun, sementara 29 persen di antaranya adalah laki-laki berusia 30-39 tahun. 

Dari hasil penelusuran diketahui 6 pasien Monkeypox juga merupakan Orang Dengan HIV (ODHIV), dan memiliki orientasi Biseksual. 

Untuk mencegah penyebaran, vaksinasi Monkeypox dilaksanakan mulai 24 Oktober 2023 dengan jumlah sasaran sekitar 447 orang. Diberikan 2 vaksin dengan interval 4 minggu, terdapat 991 vial vaksin yang  sudah didistribusikan di Jakarta.

5.   Mycoplasma Pneumonia

Mycoplasma Pneumonia, yang melanda Tiongkok Utara dan mayoritas menyerang anak-anak, telah terdeteksi di Indonesia.

Mycoplasma pneumonia telah menginfeksi 6 pasian di Jakarta. Keenam pasien berusia antara 3-12 tahun.

Pasien-pasien ini menerima perawatan dari RS Medistra (2 rawat inap, 3 rawat jalan). Sementara satu pasien dirawat inap di RS JWCC.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Maxi Rein Rondonuwu menjelaskan gejala awal yang paling umum ditemukan, yakni panas dan batuk, sesak ringan hingga sulit menelan.

“Laporan dari rumah sakit, saat ini seluruh pasien telah sembuh,” terang Dirjen Maxi.

Masyarakat diminta waspada dan menggunakan masker karena penularan mycoplasma pneumonia dihasilkan dari droplet.

6.   Kesehatan Mental

Isu kesehatan mental menjadi sorotan masyarakat belakangan ini. Hal tersebut terlihat di sosial media banyak beredar kasus bunuh diri sepanjang 2023.

 Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut satu dari 10 orang di negeri ini mengalami gangguan mental.

Menkes Budi juga berpendapat deteksi gangguan jiwa memang masih lemah. Dirinya juga mengategorikan gangguan kesehatan jiwa menjadi tiga jenis, yakni kecemasan yang ditandai dengan perasaan resah dan tidak tenang, depresi, dan pada tahap akhir menjadi skizofrenia.

Dr. Khamelia Malik dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) menjelaskan secara fisik masa remaja merupakan periode paling sehat sepanjang hidup dari segi kekuatan, kecepatan, kemampuan penalaran, lebih tahan terhadap kondisi dingin, panas, kelaparan, dehidrasi dan berbagai jenis cedera. Namun ironisnya masalah kesehatan mental juga sangat rentan terjadi pada kelompok remaja.

“Justru angka kesakitan dan kematian meningkat hingga 200 persen di masa remaja akhir ini,” Kata Dr. Khamelia.

Dimana salah satunya disebabkan oleh ketidakmampuan dalam mengendalikan perilaku dan emosi yang mengakibatkan kesakitan dan kematian. 

Direktur Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan RI drg R Vensya Sitohang M Epid menyebut catatan kasus bunuh diri pada 2022 mencapai 826 orang. Angka ini meningkat 6,37 persen dibanding 2018 yaitu 772 kasus.

Angka tersebut ternyata lebih tinggi dibanding Singapura 476 kasus. Untuk 2023, Kementerian Kesehatan masih mengumpulkan data dan melakukan validasi lebih lanjut.

7.    Nyamuk Berwolbacia

Keberadaan penyebaran nyamuk berwolbacia menuai kontroversi di kalangan masyarakat. Penolakan demi penolakan terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Hal tersebut terjadi di Bali dan juga Jawa Barat.

Nyamuk berwolbachia disebar di Indonesia sebagai bagian dari program pemerintah untuk mengendalikan demam berdarah dengue (DBD).

Masyarakat yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Anti Naymuk menuntut agar pelepasan nyamuk tersebut pertama kali dilepas di rumah Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin.

DPR RI juga memanggil Menkes Budi dan pejabat di Kemenkes terkait kisruh penyebaran nyamuk berwolbachia tersebut. Anggaran yang digelontorkan untuk program tersebut mencapai Rp16 miliar.

“Kami pakai anggaran tidak banyak, hanya Rp16 Miliar untuk lima kota, yang berarti sekitar Rp3 Miliar per kota,” jelas Budi. 

8.   COVID-19

Penyebaran COVID-19 di akhir tahun 2023 semakin meningkat terlebih mendekati liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru).  

Menurut data terbaru dari laman kemkes.go.id, kasus terkonfirmasi hingga Kamis, 21 Desember 2023 terdapat 453 kasus dan yang meninggal dunia sebanyak 9 orang. Total kasus aktif mencapai 2.761 orang.

Angka tersebut tidak sedikit, karena pertambahan kasus harian bisa mencapai hamper 500 kasus. Hal ini tidak bisa dianggap remeh karena penularan COVID-19 semakin cepat. 

Meningkatnya jumlah kasus juga sangat dipengaruhi oleh varian baru yang terus bermunculan. Salah satu varian baru di Indonesia yang juga menjadi penyebab melonjaknya kasus di Singapura adalah varian COVID-19 JN.1.

Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin menjelaskan naiknya kasus saat ini menjadi dominasi jumlah kasus COVID-19 di Indonesia dipastikan dibawa oleh pelaku perjalanan dari luar negeri.

“Omicron ini intinya kan lebih lemah tapi lebih cepat penyebarannya. (Kasus ini) banyak dari luar negeri, (perjalanan) liburan atau dinas,” kata Menkes Budi kepada Inilah.com, Jakarta, Sabtu (16/12/2023).

Dia mengimbau kepada masyarakat untuk tetap menjalankan protokol kesehatan (prokes) dengan ketat. Hal ini agar memutus mata ratai penyebaran COVID-19 yang begitu cepat.

post-cover
Dokumentasi: Inilah.com/ Febri)

Selain itu, masyarakat diimbau untuk melengkapi dosis vaksinasi COVID-19. Aturan ini tertuang dalam Surat Edaran Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Nomor IM.02.04/C/4864/2023 tertanggal 15 Desember 2023.

Ini merupakan bagian dari upaya untuk mengantisipasi lonjakan kasus COVID-19 di tengah masyarakat saat libur Natal dan tahun baru (Nataru).

Apalagi, situasi COVID-19 di Indonesia saat ini menunjukkan adanya tren peningkatan kasus sejak pekan ke-41 atau periode 8-14 Oktober 2023. 

Untuk itu, perlu ada upaya pencegahan penularan yang dilakukan serentak oleh seluruh elemen masyarakat.

“Untuk itu, masyarakat diimbau untuk segera melengkapi dosis vaksin COVID-19, segera datangi fasilitas pelayanan kesehatan terdekat di Puskesmas atau Kantor Kesehatan Pelabuhan, jangan ditunda-tunda,” ujar Dirjen Pencegahan dan Pengendalian (P2P) Dr. Maxi Rein Rondonuwu.

Back to top button