Kanal

Fenomena Dinasti Politik di Indonesia dan Dunia

Kaesang Pangarep pernah mengeklaim kalau dirinya punya gaji lebih besar ketimbang ayah dan kakaknya yang terjun ke dunia politik. Alih-alih ikuti jejak sang ayah dan kakak, ia pun lebih memilih menjalankan bisnis. Katanya, bisa santai sambil zoom call.

Tapi kini, pemuda 28 tahun itu menjadi sorotan setelah mendadak terjun ke politik. Dunia yang sebelumnya emoh ia gandrungi karena melihat sang ayah dan kakaknya yang ribet mengurusi rakyat. Malah tidak tanggung-tanggung, putra bungsu Presiden Joko Widodo itu langsung menjabat Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

Mungkin anda suka

Penunjukan Kaesang sebagai ketua umum disampaikan pada saat PSI menggelar Kopdarnas yang diadakan di Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Senin malam, 25 September 2023. Pengumuman Kaesang Pangarep menjadi ketua umum tercantum dalam Surat Keputusan Dewan Pembina yang dibacakan Wakil Ketua Dewan Pembina PSI Grace Natalie.

“Surat keputusan Dewan Pembina tentang pengangkatan ketua umum PSI menetapkan, Bro Kaesang Pangarep sebagai ketua berlaku sejak 2023 hingga 2028,” kata Grace dalam pidatonya.

Saat menyampaikan pidato perdananya sebagai Ketua Umum PSI, Kaesang mengaku terjun ke politik praktis karena terinspirasi dari sang ayah, Presiden Jokowi.

“Saya masuk politik itu, salah satu inspirasinya ya bapak saya sendiri,” kata Kaesang dalam pidatonya di Djakarta Theater, Jakarta, Senin, 25 September 2023.

“Kepada Bapak, saya ingin menyampaikan, izin saya mau menempuh jalan saya, Pak. Semoga Gusti Allah memberkahi jalan yang saya pilih ini,” ucap suami dari Erina Gudono itu.

https://i0.wp.com/c.inilah.com/reborn/2023/09/dinasti_politik1_da0b3fb3d7.jpg?ssl=1
Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kaesang Pangarep saat menyampaikan pidato pilitik perdananya di di Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Senin, 25 September 2023. [foto: Antara]

Direktur Eksekutif Voxpol Center Research dan Consulting, Pangi Syarwi Chaniago menilai ditetapkannya Kaesang sebagai Ketua Umum PSI semakin memperpanjang jajaran politik dinasti di Indonesia. Menurut dia, praktik ini dinilai sudah menjadi kebiasaan di Indonesia, dengan dalih semua orang memiliki kesempatan yang sama dalam berpolitik.

“Namun mereka lupa praktik politik semacam ini adalah ancaman serius terhadap penurunan kualitas demokrasi itu sendiri,” kata Pangi dalam keterangannya yang diterima Inilah.com, Jakarta, Jumat, 29 September 2023.

Berdasarkan hasil survei Voxpol, sebanyak 69,3 persen masyarakat tidak setuju dengan pemimpin yang masih memiliki hubungan kekeluargaan dengan pejabat politik lainnya. Ini merupakan akumulasi dari mereka yang tidak setuju sebanyak 59 persen dan sangat tidak setuju sebanyak 10,3 persen. Sedangkan 14,8 persen lainnya menyatakan setuju dan 15,8 persen memilih untuk tidak menjawab.

Selanjutnya, dalam survei ini juga menyatakan bahwa sebanyak 67,9 persen masyarakat percaya bahwa maraknya dinasti politik dapat menurunkan kualitas demokrasi di Indonesia. Jumlah tersebut merupakan akumulasi dari 17,6 persen publik yang sangat setuju dan 50,3 persen yang setuju.

Pangi pun menyebut bahwa hasil surveinya acapkali dikalahkan oleh realitas politik yang terjadi di lapangan. Melalui pemberian jabatan strategis Kaesang di PSI, yaitu ketua umum, justru menambah daftar kebenaran politik dinasti di Indonesia berjalan dengan mulus.

“Jokowi sepertinya sedang mempersiapkan kapal sekoci untuk mengamankan kekuasaannya setelah tidak lagi berkuasa dan skenario dan intrik politik di berbagai lini dilancarkan,” jelasnya.

Selain itu, ia mengatakan bahwa keterlibatan Kaesang di partai politik yang banyak terlihat akrab dengan Koalisi Indonesia Maju (KIM) dapat dinilai sebagai salah satu bentuk perlawanan Jokowi atas Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri karena sering kali disebut ‘petugas partai’. Sedangkan karir dan kesuksesannya dalam mengedepankan politik Indonesia dianggap tidak main-main.

“(Ini) mengirimkan pesan dan ancaman yang sangat serius bagi PDIP jika gerbong besar pemilih dan relawan Jokowi beralih memilih PSI,” ujar Pangi.

https://i3.wp.com/c.inilah.com/reborn/2023/09/dinasti_politik2_efe39da340.jpg?ssl=1
Hasil Survei Voxpol soal politik dinasti di Indonesia. [foto: dok.Voxpol Center]

Sementara itu, pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menyebut bahwa terbentuknya dinasti politik adalah hal yang biasa dalam sebuah demokrasi. Menurutnya, menjadi pemimpin melalui pemilu adalah hak asasi setiap warga negara. Prinsip inilah yang menjadi asal muasal lahirnya dinasti politik, bahkan di negara demokrasi paling modern sekali pun.

Dia merespons berbagai berita yang menunjukkan terbentuknya dinasti politik Presiden Jokowi di Indonesia, terutama pada periode kedua kepemimpinannya.

“Di samping Jokowi sendiri sebagai Presiden, juga anaknya Gibran sebagai Wali Kota Solo sejak 2021. Juga menantu Jokowi, Bobby Nasution, Wali Kota Medan tahun 2021. Terakhir, Kaesang anak bungsunya menjadi Ketua Umum PSI sejak 2023,” kata Denny dalam video yang diunggah akun media sosial Instagram miliknya, Sabtu, 30 September 2023.

Melihat apa yang terjadi saat ini, Denny menyebutkan di Amerika Serikat (AS) yang selama ini dikenal sebagai pusat demokrasi modern juga terbentuk dinasti politik.

“Salah contohnya di tahun 1960-an, keras terdengar dinasti Kennedy atau populer dengan sebutan The Kennedy Clan,” ujarnya.

Denny menambahkan dinasti politik tidak hanya terjadi di AS. Di India, ada dinasti Nehru, lalu turun ke anak dan cucunya, yakni Indra Gandhi, Rajiv Gandhi, dan Sonya Gandhi.

Dinasti politik juga terjadi di Filipina dari keluarga Marcos ke anaknya. Selain itu, Brasil, Jepang, dan Italia, jejak dinasti politik berlangsung dalam bingkai negara demokrasi.

“Dalam sejarah, dinasti politik paling tua adalah kerajaan. Pada bingkai kerajaan pun, tetap lahir raja yang hebat, peduli pada rakyat, ataupun raja yang buruk,” kata Denny.

https://i1.wp.com/c.inilah.com/reborn/2023/09/dinasti_politik2a_e0e721ccd1.jpg?ssl=1
Kolase foto Kaesang Pangarep, Jokowi, dan Gibran Rakabuming. [foto: Instagram]

Dalam bingkai dinasti politik era demokrasi, John F Kennedy dan Ted Kennedy dinilai sebagai pemimpin yang berhasil.

“Legacy mereka merawat liberalisme di AS sangat kental. Kegigihan mereka melindungi kaum minoritas, juga populer. Namun, dalam dinasti politik era demokrasi, juga ada keluarga seperti Marcos yang dianggap buruk karena korupsi besar-besaran,” terang Denny.

Menurut Denny, baik dinasti politik ataupun bukan, dua-duanya terbukti dalam sejarah mampu menghasilkan pemimpin yang baik ataupun pemimpin yang buruk.

Namun, pada ujungnya leadership dan kualitas seorang pemimpin tergantung pada individu itu sendiri, terlepas dia bagian dinasti politik atau bukan.

“Apalagi, kata akhir yang menentukan dia terpilih atau tidak adalah rakyat melalui pemilihan umum.” ujar Denny.

Kaum Muda dan Dinasti Politik

Jika membahas dinasti politik, contoh yang paling mudah kita amati adalah posisi Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang dalam waktu singkat meraih jabatan Ketua Umum Partai Demokrat –kurang lebih empat tahun setelah ia bergabung dengan partai itu. 

Ini tentunya tidak lepas dari posisi ayahnya, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), sebagai pendiri dan sosok penting dalam Partai Demokrat sekaligus presiden yang berkuasa selama satu dekade (2004-2014).

Hal serupa juga terjadi pada Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Presiden Jokowi, yang menang telak dalam Pemilihan Wali Kota Surakarta tahun 2020, meskipun ia baru masuk dunia politik tahun 2019.

Gibran tampaknya mengikuti jejak sang ayah, yang awalnya menjadi pebisnis lokal, kemudian menjadi politikus nasional mulai dari jabatan Wali Kota Surakarta.

Menantu Jokowi, Bobby Nasution, yang juga pendatang baru di politik, pun berhasil terpilih menjadi Wali Kota Medan pada Pilkada 2020–bahkan ia pun menang dengan mudah.

Mau dibantah seperti apapun, publik pasti bisa menilai bahwa ini menunjukkan proses pembentukan dinasti politik. Figur Jokowi tentu tak lepas dari kesuksesan mereka meraup dukungan masyarakat.

Yang terbaru ada Kaesang Pangarep, putra bungsu Jokowi, yang baru saja ditetapkan sebagai Ketua Umum PSI. Seperti halnya AHY, Kaesang hadir secara instan dalam partai dan langsung mengambil posisi yang paling penting. Kaesang menjadi Ketum PSI hanya dua hari setelah ia resmi bergabung dengan partai tersebut.

Padahal, umumnya butuh waktu bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun, bagi kader partai untuk mengabdi sebelum mereka bisa mendapat posisi penting di organisasi politik. Inilah mengapa sangat jarang ketua umum partai politik yang berusia di bawah 40 tahun.

https://i1.wp.com/c.inilah.com/reborn/2023/09/dinasti_politik3_4501d4bb80.jpeg?ssl=1
Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) saat menggelar jumpa pers di Kantor DPP Partai Demokrat, Jalan Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, Senin, 4 September 2023. [foto: Inilah.com]

Hadirnya figur-figur muda –yang berasal dari kekerabatan– dalam jabatan penting di partai politik secara tidak langsung menjadi sinyal betapa rapuhnya kemampuan partai dalam menghadirkan sosok-sosok pemimpin melalui kaderisasi partai yang ideal, yang bertumbuh dan berjuang bersama dalam proses keberlangsungan partai.

Keterlibatan kaum muda dalam politik praktis sejatinya akan membuka peluang besar untuk mendorong transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi aktif dalam proses demokrasi. Mereka bisa membawa semangat perubahan dan inovasi, serta perspektif baru dan solusi kreatif dalam merespons tantangan zaman.

Namun, fenomena dinasti politik pada akhirnya membuat lansekap politik Indonesia menjadi simbol dari sistem yang kaku dan tidak responsif terhadap kebutuhan dan aspirasi generasi muda itu sendiri. Melekatnya simbol warisan keluarga dan jaringan kekuasaan yang telah ada sejak lama justru dapat memperkuat status quo dan menghambat langkah perbaikan demokrasi.

Tak hanya di Indonesia, politik dinasti juga berkembang di sejumlah negara besar dunia. Bahkan, beberapa di antaranya dipercaya sebagai dinasti politik terbesar dan sangat berpengaruh di dunia.

Dilansir dari berbagai sumber, Inilah.com mengumpulkan deretan politik dinasti paling berpengaruh di dunia.

1. Dinasti Kennedy

Dinasti keluarga Kennedy dianggap sebagai dinasti paling populer dalam sejarah politik Amerika Serikat hingga saat ini. Diawali dari sang ayah, Joseph Kennedy, yang sempat menjabat sebagai Dubes AS untuk Inggris, sang anak sulung, Joe Kennedy, sempat dijagokan ke kongres namun gagal menjadi presiden. Baru John F. Kennedy yang berhasil menjadi Presiden termuda AS di usia 35 tahun.

Ketika berkuasa, kursi Jaksa Agung diberikan kepada saudaranya, Robert Kennedy dan Senat Massachusetts diberikan ke bungsu, Edward Kennedy. Bahkan, anak dari Edward Kennedy juga sempat menjadi Dubes AS untuk Rhode Island.

Meskipun impian ayah mereka terkabul, tapi tak satupun yang dapat menuntaskan tugasnya sebagai pemimpin. Banyak yang mengatakan sebagai ‘Kutukan Kennedy’.

https://i0.wp.com/c.inilah.com/reborn/2023/09/dinasti_politik4_1bfe3f392d.jpg?ssl=1
Presiden AS ke-35 John F Kennedy sesaat sebelum tewas terbunuh di Dallas, Texas, pada 22 November 1963. [foto: Getty Images]

John terbunuh di tahun 1963 saat ia menjadi presiden, demikian pula Robert yang terbunuh di tahun 1968 ketika ia memenangkan tiket Demokrat untuk jadi calon presiden.  

Edward sendiri gagal melawan Jimmy Carter untuk memperebutkan tiket capres dari Partai Demokrat tahun 1980. Ia menghabiskan karirnya sebagai Senator dan menjadi yang terlama di AS (1962-2009).

Tahun 2011, ketika anak Edward, Patrick, berhenti dari posnya sebagai Dubes AS untuk Rhode Island, itu dianggap menjadi pertanda berakhirnya dinasti Kennedy. Pertama kalinya sejak tahun 1947, tidak ada Kennedy yang bekerja di US Capitol.

2. Dinasti Bush

Jika Kennedy dianggap sebagai dinasti berpengaruh dari Partai Demokrat maka dinasti Bush adalah keluarga paling berpengaruh dari Partai Republik.

Publik AS mungkin tidak terlalu memandang keluarga Bush seromantis mereka mengenang Kennedy. Namun, tidak diragukan, dinasti Bush adalah yang paling sukses sebagai dinasti politik abad ke-20.

Tahun 1952, Prescott Bush terpilih sebagai senator dari Connecticut, dan anaknya, George H.W Bush pindah ke Texas dan mengikuti jejak sang ayah memenangnkan kursi di US House of Representative.  

George kemudian menjadi wakil presiden mendampingi Ronald Reagan (1981-1989) lalu ia ‘menyingkirkan’ Reagan dan menjadi presiden ke-41 (1989-1981).

Tapi sayangnya, ia dikalahkan seorang Demokrat, Bill Clinton pada tahun 1992. George W.H Bush adalah satu-satunya mantan presiden dan wakil presiden AS yang masih hidup. Meskipun sang ayah kalah di Washington, Bush Junior dan Jeb meliris karir yang bagus sebagai gubernur Texas dan Florida.

Di tahun 2000, Bush Junior memperkuat dinasti mereka untuk kembali memimpin AS sebagai presiden ke-43 hingga 2008 –dua periode.

https://i0.wp.com/c.inilah.com/reborn/2023/09/dinasti_politik5_2735829c19.jpg?ssl=1
Presiden AS ke-41 George Herbert Walker Bush (kiri) berpose bersama putranya Presiden AS ke-43 George Walker Bush. [foto: CNN]

3. Dinasti Nehru-Gandhi

Menurut The Economist, India memiliki dinasti keluarga terbesar setelah Sri Lanka. Setelah India merdeka, pemerintahan pusat Negeri Gangga dikuasi oleh Keluarga Nehru-Gandhi.

Jawaharlal Nehru, adalah perdana menteri pertama India (1947-1964). Ia adalah anak dari Motilal Nehru pejuang kemerdekaan India.

Jawaharlal adalah ayah dari Indira Gandhi –yang mendapat nama Gandhi dari suaminya dan tak ada kaitannya dengan Mahatma Gandhi. Perempuan itu juga menjadi perdana menteri, bahkan selama empat periode. Indira tewas ditembak pada tahun 1984. Kepemimpinannya diambil alih oleh Rajiv Gandhi, putranya, yang kemudian juga terbunuh di tahun 1991.

Banyak yang mengatakan adalah Indira-lah yang patut disalahkan atas politik dinasti di India. Dia yang membuat semacam ‘institusi’ tradisi keluarga di Partai Kongres.

https://i1.wp.com/c.inilah.com/reborn/2023/09/dinasti_politik6_efc9eb47de.jpg?ssl=1
Indira Gandhi, Perdana Menteri India periode 1966-1977 dan 1980-1984. [foto: Getty Images]

Keluarga Nehru-Gandhi sempat absen selama enam tahun. Namun, setelah menang pemilu di tahun 2004, kongres dipimpin oleh Sonia Gandhi, janda Rajiv yang terkenal sebagai perempuan paling kuat se-India.

Lahir di Italia dan mengenyam pendidikan di Inggris, Sonia memegang rekor kepemimpinan presiden Partai Kongres selama 10 tahun berturut-turut dari tahun 1998. Tahun 2004, Sonia menolak untuk dicalonkan sebagai perdana menteri dan menominasikan Manmohan Singh.

Namun, dinasti politik Nehru-Gandhi tampaknya harus berakhir. Seperti dituliskan oleh The Guardian, generasi ‘terakhir’ Nehru Gandhi, Rahul Gandhi (anak dari Rajiv dan Sonia) dikalahkan oleh Narendra Modi.

4. Dinasti Bhutto

Kematian tragis Benazir Bhutto membuat dinasti ini absen dalam kepemimpinan Pakistan. Benazir Bhutto adalah anak dari Zulfiqar Ali Bhutto.

Zulfiqar adalah menteri luar negeri Pakistan, dan yang menjadi pertama sekaligus satu-satunya orang sipil yang menjadi administrator pemerintahan militer.

Zulfiqar lalu menjadi presiden dan perdana menteri, namun kepemimpinannya berakhir dengan tragedi. Ia dihukum gantung, setelah Muhammad Zia-ul-Haq melakukan kudeta. Benazir muda saat itu menjadi tahanan rumah.

Perempuan itu dan keluarganya diperbolehkan keluar Pakistan setelah tekanan internasional kepada Zia-ul-Haq karena tidak memperbolehkannya berobat, seperti dikutip dari Times 0f India.

https://i0.wp.com/c.inilah.com/reborn/2023/09/dinasti_politik7_c5e145a818.jpg?ssl=1
Perdana Menteri Pakistan Benazir Bhutto. [foto: Getty Images]

Di pengasingan, Benazir dikejutkan oleh kematian saudara laki-lakinya akibat diracun. Ia pun kembali ke Pakistan dan mendapat sambutan yang hangat.

Pada tahun 1988, pemilu digelar kembali di Pakistan setelah kematian Zia-ul-Haq karena kecelakaan pesawat terbang. Benazir menang telak dan memimpin negara itu, meski proses pengalihan kekuasaan dari militer ke pihaknya menemui banyak sandungan.

Kepemimpinannya pun harus berakhir saat isu korupsi menerpa dirinya. Perempuan kelahiran 1953 harus ‘diasingkan lagi’ dan suaminya masuk penjara.

Tahun 2006, setelah 11 tahun berada di pengasingan di Inggris dan Dubai, Benazir kembali ke Pakistan dan mencoba peruntungan di dunia politik. Malang, ia terbunuh dalam ledakan bom yang dipercaya dilakukan oleh Taliban. Namun di tahun 2013, Jenderal Perves Musharraf disalahkan atas kematiannya karena gagal melindunginya.

Satu-satunya anak Benazir, Bilawal Bhutto Zardari, pada 2014 mencoba peruntungan mengembalikan dinasti Bhutto ke pemerintahan Pakistan. Setelah bertahun-tahun di Inggris, dia kembali ke Pakistan memimpin PPP-Pakistan People Party, partai kakek dan ibunya.

5. Dinasti Kim

Dinasti Kim memimpin Korea Utara sejak negara itu didirikan. Adalah Kim Il-sung, yang disebut sebagai ‘bapak negara’ pendiri Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK) pada tahun 1948.

Kim Il-sung muda adalah seorang gerilyawan melawan Jepang pada tahun 1920-an. Ia bergabung dengan Rusia dan belajar banyak teknik militer dan ideologi komunis. Kim sempat tinggal di Negeri Beruang Merah. Tahun 1945, Kim kembali ke Korea

Kim Il-sung fokus pada pembangungan militer dan industrialisasi di Korut. Namun, pihak Utara menemui kesulitan saat Uni Soviet runtuh dan semakin menutup diri dari dunia internasional. Namun, itu justru yang ditakuti oleh Amerika dan sekutunya.

Dengan segala informasi yang dibatasi dan tidak ada demokrasi di sana, rumor beredar Korea Utara mengembangkan kekuatan dan senjata nuklir. AS menawarkan bantuan kemanusiaan ditukar dengan perjanjian untuk menghentikan pembangunan senjata nuklir. Sayangnya, Kim Il-sung meninggal sebelum pertemuan AS dan Korut dimulai. Takhtanya diberikan kepada anaknya Kim Jong-il.

Saat kepemimpinan Kim Jong-Il lah, Korea Utara menjadi negara yang ditakuti. Kim Il-sung dikenal sebagai ‘pemimpin paling berani’, sedangkan Kim Jong-il dikenal sebagai ‘pemimpin paling ditakuti’.

Kim Jong-il sangat mengkontrol negaranya, termasuk membangun militer yang sangat kuat. Kim Jong-il menghilangkan title presiden dan kantor presiden. Ia menjuluki dirinya pemimpin tertinggi negara.

Rezim dinasti Kim berlanjut hingga sekarang. Negara paling tertutup di dunia kini dipimpim oleh Kim Jong-un, anak dari Kim Jong-il, cucu Kim Il-sung.

https://i0.wp.com/c.inilah.com/reborn/2023/09/dinasti_politik8_791bc9c18a.jpg?ssl=1
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un. [foto: KCNA]

Bagaimana negara ini ‘sukses’ dengan dinasti keluarganya. Menurut Ken E. Gause, Ketua Komite Hak Asasi Manusia Korea Utara, keberhasilan rezim dinasti ini adalah kontrol yang sangat kuat.

“Tekanan dan intimidasi dan ancaman aparat yang sangat kuat kepada rakyat sehingga menebar ketakutan,” seperti dikutip oleh Cato. “Belum lagi nilai-nilai loyalitas yang sangat ditekankan. Sekali tidak loyal, hukuman mati di depan mata,”

Kim Jong-un mendapat julukan ‘cute leader’ atau ‘pemimpin imut’ oleh negara-negara barat. Dia dianggap hanya ‘meniru’ gaya kakek dan ayahnya. Namun, di balik itu semua, ia berhasil mengadopsi ‘nilai dan kepemimpinan’ kakek dan ayahnya. Kim Jong-un menjadi pemimpin Korut  yang sampai sekarang dapat mengkontrol seluruh rakyat dan jajaran pemerintahnya. Dengan menebar ketakutan.

Sejumlah negara lain yang juga diwarnai oleh dinasti politik adalah Argentina yang dikuasai oleh keluarga Peron, Kuba yang dipimpin oleh keluarga Castro, hingga Filipina yang sempat dikuasai oleh keluarga Aquino dan Marcos.

Back to top button