Market

Setop Bicara Kedaulatan Pangan, Jumlah Warga RI Kelaparan Terbesar Kedua di ASEAN

Di tengah heboh putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang membolehkan anak bau kencur ikutan Pilpres 2024, ada informasi yang tak mengenakkan. Ternyata, Indonesia gudangnya orang kelaparan di Asia Tenggara (ASEAN).

Kepada Inilah.com, Jakarta, Senin (16/10/2023), Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI), Henry Saragih menyirit data Food and Agriculture Organization (FAO) yang menyebut jumlah warga Indonesia yang kelaparan untuk kawasan ASEAN, juara kedua setelah Timor este

Pada 2022, kata Henry, jumlah orang kelaparan di Indonesia mencapai angka 5,9 persen dari total populasi yang diasumsikan 274 juta tiwa. Atau setara 16,2 juta warga Indonesia tak mampu memenuhi kebutuhan makan.

“Posisi ini lebih buruk dibanding Filipina, Thailand, Vietnam, Kamboja, Laos, Myanmar, dan Malaysia. Adapun jika dilihat dari segi jumlah penduduk, angka kelaparan Indonesia menempati peringkat puncak di ASEAN. Sebanyak 16,2 juta orang kelaparan di Indonesia, kemudian diikuti Filipina 5,9 juta orang, dan Vietnam 4,9 juta orang,” kata Henry.

Henry mengatakan, penyebab utama krisis pangan berkaitan dengan orientasi tata kelola pangan yang masih mengacu kepada gagalnya program ketahanan pangan, bukan kedaulatan pangan.

“Kedaulatan pangan didefinisikan sebagai hak setiap bangsa dan setiap rakyat untuk memproduksi pangan secara mandiri. Di mana, hak untuk menetapkan sistem pertanian, peternakan, dan perikanan tanpa adanya subordinasi dari kekuatan pasar internasional,” terang Henry.

Dalam tataran implementasi, kata Henry, konsep kedaulatan pangan meliputi segala aspek di dalam sistem pangan. Mulai dari aspek atau subsistem penguasaan tanah (reforma agraria), model produksi (agroekologi), pengolahan dan penyimpanan (cadangan pangan), distribusi (tata niaga), konsumsi bagi kelembagaannya.

“Konsep ini sekaligus menjadi alternatif dan bahkan pengganti dari sistem pangan yang berlangsung selama ini. Tidak mementingkan siapa, bagaimana, dan kapan memproduksi pangan, serta dari mana asal pangan tersebut,” papar Henry.

Di sisi lain, lanjutnya,  model program ketahanan pangan yang diusung pemerintah, sangat rawan. Dan, sudah terjadi dengan terciptanya ketergantungan pada perdagangan dan pasar internasional, yang pada akhirnya memengaruhi tingkat kecukupan gizi. “Bahkan keamanan pangannya (food safety),” kata Henry.

Ancaman krisis pangan telah menjalar ke seluruh belahan dunia, ditandai dengan lonjakan harga pangan seperti beras, kedelai, dan jagung. Berdasarkan laporan FAO pada 2022, kenaikan harga pangan, pupuk, dan energi mendorong ancaman krisis pangan semakin nyata.

Back to top button