Market

RI Penghasil Sampah Plastik Terbesar di Dunia, Industri Lirik Produk Ramah Lingkungan

Indonesia penghasil sampah plastik terbesar kelima di dunia.

Ini jelas bukan predikat yang mengenakkan hati. Indonesia ternyata penghasil sampah plastik terbesar kelima di dunia. Industri harus putar otak untuk memproduksi barang ramah lingkungan.

Dikutip dari data World Population Review, Selasa (18/10/2022), volume sampah plastik di Indonesia terbesar kelima di dunia. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan, total sampah nasional pada 2021 mencapai 68,5 juta ton. Dan, sebanyak 17 persen, atau sekitar 11,6 juta ton berupa sampah plastik.

Lembaga OECD Global Plastics Outlook yang berbasis di Paris, Prancis mencatat, sebanyak 460 juta ton plastik digunakan pada 2022. Atau hampir dua kali lipat dibanding 5 tahun sebelumnya. Sementara data Making Oceans Plastic Free, rata-rata terdapat 182,7 miliar botol plastik digunakan di Indonesia per tahun.

Mencermati masalah ini, Stanley Black and Decker (SBD), perusahaan dunia bidang manufaktur terus berinovasi. Menunjukkan komitmennya untuk mendukung penanganan sampah plastik di dunia dengan meluncurkan seri produk yang ramah lingkungan.

Komitmen itu diwujudkan dengan meluncurkan power tools sustainable yakni Black + Decker Reviva yang diluncurkan secara global pada September 2022. Kini, produk tersebut resmi masuk Indonesia.

Product Marketing Manager Black + Decker, Irma Dwi Oktaviani, menyampaikan, produknya merupakan sustainable power tools pertama di Indonesia. “Power tools Black+Decker Reviva, merupakan wujud nyata kami untuk melahirkan produk yang lebih ramah lingkungan untuk peralatan listrik dan rumah tangga,” ucap Irma, Selasa (17/10/2022).

Produk ini, kata dia, sejalan dengan visi perusahaan untuk membuat tools yang dapat digunakan kembali, dapat didaur ulang, atau dapat dibuat sebagai alat multifungsi. Black+Decker Reviva menjadi inovasi baru bagi produk tools, mengingat terbuat dari bahan yang tahan lama namun ramah lingkungan dengan komposisi 50 persen lebih dari plastik daur ulang seperti berasal dari botol minuman setara dengan 8 botol air minum kemasan sekali pakai.

Pendekatan dan inovasi yang dilakukan perseroan, kata dia, memberikan kehidupan kedua bagi plastik sekali pakai. Selain menggunakan bahan daur ulang ini, kemasannya dapat terurai dengan dengan sendirinya sehingga konsumen dapat berkontribusi untuk menurunkan emisi karbon.

Asal tahu saja, semakin mudah sebuah kemasan didaur ulang, maka semakin rendah emisi karbon yang dihasilkan, sehingga sangat bagus untuk keberlangsungkan lingkungan hidup.

Sementara dari sisi baterai, dapat diisi ulang, dan sisi baiknya, Black+Decker telah berfokus pada penyediaan metode daur ulang baterai dan alat akhir masa pakai yang ramah lingkungan.

 

Iwan Purwantono

 

Back to top button