Institut Teknologi Bandung (ITB) sedang menjadi sorotan terkait isu pembayaran biaya kuliah menggunakan pinjaman online (pinjol). Menanggapi hal ini, Direktur Quantum Akhyar Institute, Ustaz Adi Hidayat (UAH) mengeluarkan pandangannya melalui tausiyah yang disampaikan di kanal YouTube-nya. UAH menekankan pentingnya solusi yang sesuai dengan nilai-nilai keagamaan dan pendidikan dalam menghadapi masalah pinjol di dunia pendidikan.
Isu ini mencuat setelah beredar unggahan di media sosial yang menyebut ITB bekerja sama dengan Danacita untuk membantu mahasiswa mencicil uang kuliah. Skema ini memungkinkan pembayaran 6-12 kali, namun menimbulkan kekhawatiran terkait dampak pinjol terhadap mahasiswa.
“Kita harus memastikan bahwa penggunaan harta, termasuk dalam konteks pinjol, tidak merugikan dan memberatkan diri,” kata UAH. Dia menegaskan bahwa solusi untuk masalah pinjol harus berdasarkan prinsip-prinsip agama yang menghindari riba dan tekanan finansial yang tidak perlu.
Wakil Ketua I Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyatakan bahwa pinjol tidak hanya menimbulkan masalah riba, tapi juga tekanan psikologis yang berat. Ia khawatir dampak ini terhadap dunia pendidikan, di mana mahasiswa dan lembaga pendidikan mungkin terjebak dalam skema pinjol.
Solusi Alternatif
Sebagai solusi, UAH menyarankan penguatan institusi seperti Baznas untuk memberikan dukungan finansial kepada pelajar yang membutuhkan. Dia juga mendukung penggunaan skema pinjaman tanpa riba yang sesuai dengan ajaran Islam.
UAH menyarankan agar elit politik dan pemerintah menyesuaikan alokasi anggaran untuk pendidikan.
“Pendidikan adalah investasi masa depan yang penting,” ujar alumni Islamic Call College Tripoli, Libya tersebut, seraya mengingatkan bahwa kampus harus menjadi tempat kondusif untuk belajar.
Di akhir tausiyahnya, UAH menyerukan agar semua pihak bekerja sama mencari solusi terbaik untuk masalah pinjol di dunia pendidikan. Ia berharap solusi yang ditemukan dapat membawa kemuliaan dan kebaikan untuk semua pihak.
