News

Putaran Kedua Pilpres Turki: Erdogan Lebih Diunggulkan dari Kilicdaroglu

Capres pertahana Turki Recep Tayyip Erdogan dan rivalnya Kemal Kilicdaroglu memberikan suara mereka di tempat pemungutan suara (TPS) secara terpisah dalam pemilihan putaran kedua negara itu pada Minggu (28/5/2023).

Reuters melaporkan, Erdogan dan Kilicdaroglu masing-masing memberikan suara di Istanbul dan Ankara, tepat setelah tengah hari waktu setempat.

Kedua capres disambut para pendukung di luar TPS ketika masyarakat Turki memberikan suara dalam pemilihan presiden, yang dapat membuat Erdogan memperpanjang kekuasaannya hingga dekade ketiga.

Berbicara kepada wartawan setelah melakukan pencoblosan, Erdogan mengatakan bahwa dirinya mengharapkan proses pemilihan yang lancar dengan hasil yang dikeluarkan lebih cepat ketimbang putaran pertama dua pekan lalu.

Erdogan, 69 tahun, unggul hampir lima poin atas Kilicdaroglu di putaran pertama pada 14 Mei lalu. Namun dia gagal memenuhi 50 persen suara yang dibutuhkan sehingga maju ke putaran kedua

Keunggulannya yang tak terduga, di tengah krisis biaya hidup yang dalam, dan kemenangan dalam pemilihan parlemen untuk koalisi Partai AK (AKP) yang berakar dari Islam konservatif, yakni MHP nasionalis dan lainnya, juga dukungan para juru kampanye veteran yang akan memilihnya.

Pemungutan suara dimulai pada Minggu pagi pukul 08.00 (12.00 WIB) dan akan selesai pada pukul 17.00 (21.00 WIB). Hasilnya diharapkan mulai menjadi jelas pada sore hari waktu setempat.

Kilicdaroglu, 74 tahun, adalah kandidat dari aliansi oposisi enam partai, dan memimpin Partai Rakyat Republik (CHP), yang dibentuk oleh pendiri Turki Mustafa Kemal Ataturk. Kubunya telah berjuang untuk mendapatkan kembali momentum setelah secara mengejutkan membuntuti suara Erdogan di babak pertama.

“Saya memerintahkan untuk menyingkirkan rezim tiran ini… Saya mengundang semua warga negara saya untuk memberikan suara mereka,” kata Kilicdaroglu, setelah memberikan suaranya di Ankara.

Kecenderungan pemilih ke Erdogan

Presiden Turki ini menjadi menarik perhatian saat kampanye berlangsung. Dia terus berjuang untuk dapat bertahan dari ujian politik terberatnya. Dia menjadikan kesetiaan yang kuat, dari orang-orang Turki yang saleh, yang pernah merasa dicabut haknya ketika Turki dipimpin sekuler. Karir politiknya menanjak dan selamat dari kudeta yang gagal serta tuduhan skandal korupsi.

“Turki memiliki tradisi demokrasi yang sudah berlangsung lama dan tradisi nasionalis yang telah berlangsung lama, dan saat ini jelas nasionalislah yang menang. Erdogan telah memadukan kebanggaan agama dan nasional, menawarkan pemilih anti-elitisme yang agresif,” kata Nicholas Danforth, sejarawan Turki dan rekan non-residen di lembaga pemikir, ELIAMEP.

“Lebih banyak Erdogan berarti lebih banyak Erdogan. Orang-orang tahu siapa dia dan apa visinya untuk negara ini, dan tampaknya banyak dari mereka yang setuju (memilihnya),” imbuhhnya.

Erdogan telah mengambil kendali ketat atas sebagian besar institusi Turki dan mengesampingkan kaum liberal dan kritikus. Human Rights Watch, dalam Laporan Dunia 2022, mengatakan pemerintah Erdogan telah mundur dari catatan hak asasi manusia Turki selama beberapa dekade.

Back to top button