Hangout

Protein Hewani Bisa Cegah Stunting, Kemenkes Ajak Ibu Perhatikan MPASI


Dalam rangka memperingati Hari Gizi Nasional yang jatuh pada 25 Januari, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengajak para ibu untuk lebih memperhatikan makanan pendamping air susu ibu (MPASI) bagi anak-anak mereka. 

Hal ini bertujuan untuk mencegah dan mengatasi masalah stunting yang masih menjadi tantangan besar bagi Indonesia.

Menurut Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021, sekitar 21,6 persen anak Indonesia mengalami stunting dan 10 persen mengalami gizi kurang. Hal ini tentu berdampak negatif pada kualitas sumber daya manusia di masa depan.

“Kalo kita bandingkan prevalensi stunting di beberapa negara asia, Indonesia 21,6 persen, kemudian Malaysia di bawah kita 20,9 persen, Thailand jauh di bawah kita 12,3 persen, Jepang, 5,8 persen malah Singapur tuh hanya 2,28 persen,” jelas Direktur Pengembangan Kesehatan Masyarakat Kemenkes, Dr. dr. Ratna Dwi Restuti, Sp.THT-KL(K) pada Temu Media Kamis (25/1/2024).

“Kalau berdasarkan WHO saat ini, kalo di bawah 5 persen itu sudah baik, maka kita dalam kategori tinggi. Kita perlu menurunkan prevalensi stunting menjadi 5 persen untuk mencapai sumber daya manusia emas tahun 2045,” tambahnya.

Untuk mencegah dan mengatasi masalah stunting, Kemenkes terus melakukan berbagai upaya strategis, salah satunya dengan mengangkat tema “MPASI Kaya Protein Hewani Cegah Stunting” pada peringatan Hari Gizi Nasional ke-64 tahun 2024. 

Tema ini dipilih karena protein hewani merupakan salah satu zat gizi yang penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak, terutama pada 1000 hari pertama kehidupan.

Masih menurut Ratna, salah satu faktor penyebab stunting adalah kurangnya asupan protein hewani pada anak. 

Padahal, protein hewani merupakan sumber zat besi, zinc, vitamin B12, dan asam amino esensial yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan otak anak.

Oleh karena itu, Kemenkes mengimbau para ibu untuk memberikan MPASI yang kaya protein hewani, seperti telur, daging, ikan, susu, dan produk olahannya, kepada anak-anak mereka. 

MPASI protein hewani sebaiknya diberikan setiap hari, sesuai dengan usia dan kebutuhan anak.

Selain itu, Kemenkes juga menyarankan para ibu untuk mengolah protein hewani dengan cara yang tepat, agar tidak kehilangan kandungan gizinya. 

Misalnya, telur sebaiknya direbus atau dimasak matang, daging sebaiknya dipotong kecil-kecil dan dimasak dengan bumbu, ikan sebaiknya dibersihkan sisik dan durinya, dan susu sebaiknya disimpan di lemari es.

Kemenkes berharap, dengan meningkatkan konsumsi protein hewani pada anak, Indonesia dapat menurunkan angka stunting dan mencapai target Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) di bidang kesehatan dan gizi.

“Kita lakukan intervensi pada ibunya, calon ibu, kemudian lakukan intervensi untuk mencegah bayi, balita usia 0-23 bulan ini jangan sampai menjadi stunting. Disaat ini, bulan-bulan ini bayi itu mendapatkan makanan pendamping ASI, karena ASI saja sudah sangat tidak cukup,” tutur Dr. Ratna.

Back to top button