Market

Perlambatan Ekonomi di China Bikin Cemas Pejabat di Lapangan Banteng

Selain resesi dunia, pemerintah Indonesia sangat was-was dengan perlambatan ekonomi di China. Ya, karena China adalah mitra dagang prioritas bagi Indonesia.

Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Abdurohman mengatakan, pemerintah saat ini, mewaspadai perlambatan ekonomi di negeri Panda itu.

“Salah satu negara yang punya hubungan kuat dengan Indonesia di mitra dagang adalah China. Ini juga diperkirakan akan mengalami perlambatan dan ini perlu kita waspadai karena 20 persen ekspor kita ke China,” kata Abdurohman dalam seminar Indonesia Economic Outlook 2024 di Jakarta, Selasa (21/11/2023).

Dia menjelaskan, perekonomian China terus mengalami perlambatan imbas dari ambruknya sektor properti serta investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI).

Pelemahan kedua sektor itu, berdampak signifikan terhadap perekonomian China. Lantaran keduanya menjadi tulang punggung bagi perekonomian negeri Tirai Bambu itu.

“Berbeda dengan Amerika Serikat dan kita yang lebih banyak didorong oleh konsumsi, perekonomian China lebih banyak didorong oleh investasi. Dan ini menjadi akar persoalan China, karena banyak investasi yang lari ke sektor properti. Sementara sektor itu sedang mengalami banyak krisis,” jelas Abdurohman.

Ia mengatakan persoalan lainnya yaitu banyak pemerintah daerah di China yang mengandalkan sektor properti untuk penerimaan daerah, sehingga ketika sektor properti di sana mengalami guncangan, penerimaan mereka tertekan dan menimbulkan peningkatan utang.

Di Indonesia, sektor ekspor mencatatkan perlambatan pada kuartal III lalu, di mana kinerja ekspor terkontraksi sebesar 4,26 persen (year-on-year/yoy) pada kuartal III, sementara impor terkontraksi 6,18 persen yoy.

Meski begitu, industri manufaktur tumbuh 5,20 persen yoy, berkontribusi 1,06 persen yoy terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Selain itu, permintaan domestik masih cukup kuat, yang tercermin pada kinerja konsumsi masyarakat dan investasi yang tumbuh masing-masing sebesar 5,06 persen dan 5,77 persen.

Kementerian Keuangan optimistis kinerja positif pada manufaktur dan konsumsi domestik dapat mengimbangi pelemahan kinerja ekspor. Secara bersamaan, pemerintah akan tetap mewaspadai gejolak yang terjadi pada sektor ekspor dan impor.

Back to top button