Market

Neraca Perdagangan April 2023 Alami Surplus Ke-36, Angkanya Naik Jadi Rp59,1 Triliun

Hampir tiap bulan, surplus neraca perdagangan tembus rekor baru. Pada April 2023, neraca perdagangan Indonesia naik menjadi US$3,94 miliar. Atau setara Rp59,1 triliun (kurs Rp15.000/US$). Surplus besar ini karena turunnya impor migas.

Deputi bidang Metodologi dan Informasi Statistik BPS, Imam Machdi mengatakan, surplus neraca perdagangan pada April 2023 adalah yang ke-36. Surplusnya naik ketimbang Maret 2023 sebesar US$2,91 miliar, setara Rp43,65 triliun.

“Surplus terjadi akibat penurunan posisi impor yang lebih rendah dari ekspor. Impor nonmigas mengalami penurunan sepanjang April 2023 sebesar 22,27 persen secara tahunan,” ungkapnya, Jakarta, Senin (15/5/2023).

Dikatakan Imam, nilai impor April 2023 mencapai Rp15,35 miliar, atau turun 25,45 persen bila dibandingkan Maret 2023. Jika dirincikan nilai impor migas senilai US$2,96 miliar (rp44,4, triliun), atau turun 1,98 persen dibanding Maret 2023.

“Dalam 3 tahun terakhir perubahan impor April secara bulanan selalu turun, penurunan impor nonmigas sebesar 29,48 persen pada April 2023, karena ada perang dari beberapa komoditas,” papar Imam.

Imam menyebut, ekspor nonmigas April 2023 mencapai 18,03 miliar dolar AS, turun 18,33 persen dibanding Maret 2023, demikian juga turun 30,35 persen jika dibanding ekspor nonmigas April 2022.

Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-April 2023 mencapai 86,35 miliar dolar AS atau turun 7,61 persen dibanding periode yang sama tahun 2022. Sementara ekspor nonmigas mencapai 81,08 miliar dolar AS atau turun 8,62 persen.

Adapun penurunan terbesar ekspor nonmigas April 2023 terhadap Maret 2023 terjadi pada komoditas logam mulia dan perhiasan/permata sebesar 573,4 juta dolar AS (52,30 persen). Sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada bijih logam, terak, dan abu sebesar 166,8 juta dolar AS (26,16 persen).

Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari-April 2023 turun 12,89 persen dibanding periode yang sama tahun 2022, demikian juga ekspor hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan turun 10,86 persen, sedangkan ekspor hasil pertambangan dan lainnya naik 8,44 persen.

Ekspor nonmigas April 2023 terbesar menuju China atau Tiongkok, sebesar US$4,62 miliar (Rp69,3 triliun). Disusul Amerika Serikat US$1,57 miliar (Rp23,55 triliun), dan India US$1,54 miliar (Rp23,1 triliun). Dengan kontribusi ketiganya mencapai 42,92 persen. Sementara ekspor ke ASEAN dan Uni Eropa (27 negara) masing-masing sebesar US$3,16 miliar (Rp47,4 triliun) dan US$1,44 miliar (Rp21,6 triliun).

Menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari-April 2023 berasal dari Jawa Barat senilai US$11,45 miliar (13,26 persen), diikuti Kalimantan Timur US$10,35 miliar dolar AS (11,99 persen) dan Jawa Timur 7,76 miliar dolar AS (8,98 persen).

Sementara itu, penurunan ekspor migas disebabkan oleh menurunnya ekspor minyak mentah 59,37 persen, menjadi US$89,6 juta (Rp1,344 triliun) dan ekspor gas 7,95 persen menjadi US$667,2 juta (Rp10 triliun). Sedangkan ekspor hasil minyak naik 27,74 persen, menjadi US$501,9 juta (Rp7,5 triliun).

Imam menyebut, secara kumulatif nilai ekspor Indonesia periode Januari-April 2023 mencapai US$86,35 miliar (Rp1.295,25 triliun), atau turun 7,61 persen ketimbang periode yang sama tahun 2022. Sementara, ekspor kumulatif nonmigas mencapai US$81,08 miliar (1.216,2 triliun). Atau turun 8,62 persen.

Back to top button