Kanal

Menunggu Kejutan Politik di Pilpres Tahun Naga Kayu


Setiap pemilihan presiden (pilpres), selalu ada kejutan. Bisa sosok yang tak diperhitungkan, atau terbentuk kelompok politik baru dari parpol yang sebelumnya kaku.

Mungkin anda suka

Hari pencoblosan Pilpres 2024, masih lama, kubu Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud sudah ancang-ancang bergabung.

Seolah-olah, kedua kubu ini sudah tahu bahwa Pilpres 2024 bakal dua putaran. Dan, salah satu dari mereka bakal lolos, melawan Prabowo-Gibran yang disokong penguasa.

Pada Jumat (19/1/2024) sore, mantan Gubernur DKI, Sutiyoso mengonfirmasi itu. Dewan Penasehat Timnas AMIN itu, mengungkapkan, memang sudah ada tim khusus yang dipimpin Sudirman Said. Tugasnya melobi kubu 03, paslon Ganjar-Mahfud.

“Sudah ada. Cuma tidak ada saya di situ. Saya hanya penasihat kan. Sudirman yang berunding, dalam politik sudah biasa kan itu,” kata Bang Yos, sapaan akrab pria yang kini umurnya sudah 80 tahun itu.

Mantan kepala Badan Intelijen Negara (BIN) ini, cukup optimistis bahwa pasangan AMIN bakal masuk putaran dua. Agar bisa menang mudah melawan paslon 02, perlu menggandeng kubu 03, yang penentunya adalah PDIP. Tentu saja, suara PDIP sangat ditentukan Megawati Soekarnoputri.

Hanya saja, membangun koalisi dengan PDIP, bukan perkara mudah. Tapi bukan pula tidak bisa. Di koalisi AMIN, ada PKS. Yang selama ini agak ‘sulit ketika harus bergandengan dengan PDIP.

Dalam sejarah perpolitikan, kubu Banteng juga jarang duduk bareng dengan PKS. Tapi, politik adalah politik. Harus ada ‘kecelakaan’ dulu agar bisa bergabung. “Politik itu kan seni kemungkinan. Menurut saya (PDIP dan PKS) tidak ada masalah,” kata Bang Yos.

Ketua DPP PKS, Mardani Ali Sera mengatakan, sebagai partai terbuka, PKS bisa bekerja sama dengan semua pihak. Termasuk dengan PDIP. “PKS punya pengalaman berjalan bersama PDIP di pilkada. Toh, tidak ada masalah,” kata Mardani.

Pernyataan Mardani, bukan kaleng-kaleng. PKS dan PDIP memang berkoalisi di 13 pilkada serentak pada Desember 2020. Sedikit memang, tapi ‘nendang’. Tentu saja, ke-13 koalisi itu mendapat persetujuan dari elit PDIP maupun PKS.

Untuk membuktikan PKS adalah parpol yang terbuka, sebenarnya tidak perlu jauh-jauh. Lahirnya duet Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, adalah contoh.

Sebelum PKB masuk, koalisi Partai Demokrat, PKS dan Partai NasDem sepakat mengajukan Anies. Tiba-tiba, PKB masuk barisan yang membuat AHY terpental dari posisi cawapres. Dampaknya, Partai Demokrat balik kanan.

Kala itu, bisa saja, PKS ikut jejak Partai Demokrat. Karena, PKS sudah sering bekerja sama dengan Demokrat. Selain itu, PKS agak kurang akur dengan PKB.

Tapi memang perbedaan antara kedua parpol berbasiskan islam ini, tidaklah sekuat PDIP dengan PKS. Di sinilah muncul kejutan baru, PKS dan PKB dipersatukan dalam Pilpres 2024.

Mardani menyebut, tak berlaku lagi perumpamaan minyak dan air untuk menggambarkan hubungan PKS dengan PKB. “Sekarang bahkan seperti gula dan kopi,” kata Deputi Netralitas Penyelengaraan Pemilu Timnas AMIN itu.

Pasang-surut Surya Paloh dan Megawati

Kalau PKS sudah Oke, bagaimana dengan parpol lain. Di kubu 01, ada Surya Paloh, pemilik saham terbesar. Karena, sejak awal dia telah mewakafkan Partai NasDem untuk kendaraan Anies Baswedan masuk gelanggang pilpres.

Dia pula yang menenteng Anies untuk mencari dukungan dari parpol lain. Termasuk faktor penentu siapakah sosok cawapres yang cocok bagi Anies.

Dalam percaturan politik, hubungan elit parpol biasalah mengalami pasang surut. Termasuk hubungan Surya Paloh dengan Megawati, sempat renggang pada 2019. Pemantiknya sepele tapi namanya politik, melebar ke mana-mana.

Pada 24 Juli 2019, Surya Paloh menggelar pertemuan dengan Anies Baswedan yang masih menjabat Gubernur DKI. Pertemuan itu dinilai sebagai tandingan bagi Megawati yang menggelar pertemuan dengan Prabowo pada saat bersamaan. Kala itu, Megawati kurang sreg dengan Anies.

Perseteruan semakin meruncing ketika Surya Paloh melontarkan pernyataan pedas. Bahwa ada parpol partai yang merasa hebat dan sombong. Hal itu disampaikannya dalam Rakernas NasDem di JCC, Jakarta, 17 Juni 2022.

Pernyataan itu membuat Megawati agak-agak panas. Selang beberapa hari, Megawati membalas. Bahwa selama memimpin PDIP, tidak pernah menjelek-jelekan partai lain.

“Ada orang mengatakan: Ibu Mega sombong banget ya. Ada juga yang mengatakan: ‘ada partai yang sombong sekali’. Lah piye, kok aku dibilang sombong. Emangnya kenapa sih,” ujar Megawati.

Asal tahu saja, kenapa Megawati kurang sreg dengan Anies? Ini ada kaitannya dengan Pilkada DKI pada April 2017.

Kala itu, Anies berpasangan dengan Sandiaga Uno, berhasil menekuk duet Basuki Tjahja Purnama atau Ahok, bersama Djarot Saiful Hidayat. Anies yang tidak diperhitungkan bisa menang tebal, hampir 16 persen.

Kini, seperti disampaikan Ketua DPP Partai NasDem, Tafik Basari, hubungan politik antara Surya Paloh dengan Megawati, sudah tidak ada masalah.

“Kedua tokoh demokrasi itu punya pemikiran dan semangat yang sama. Sehingga akan sangat mudah menemukan gagasan yang sejalan,” kata dia.

Terkait langkah membangun koalisi di putaran dua, menurut Tobas, sapaan karibnya, sangat memungkinkan namun prematur untuk diformalkan.  “Kan kita masih dalam ranah persaingan demokrasi. Setelah pencoblosan, baru komunikasinya diseriusi,” kata dia.

Dari kubu Banteng, Ketua DPP PDIP, Puan Maharani mengakui sudah ada hubungan antara kubu Banteng dengan kubu 01. Bahkan, konunikasinya sudah bersifat formal. “(Sudah jalin komunikasi) informal dan formal” ujar Puan di Istora Senayan, Minggu (14/1/2024).

Meski begitu, keputusan untuk melebur antara Anies dan Ganjar akan dipikirkan setelah hari pemungutan suara Pilpres 2024, yakni 14 Februari 2024. Sebab, menurut Puan, membangun sebuah bangsa harus dilakukan secara bergotong-royong.

“Kami lakukan bagaimana nantinya setelah 14 Februari itu, membangun bangsa itu harus bersama-sama tidak mungkin sendirian,” jelas putri Megawati itu.

Selain itu, membangun bangsa juga harus diserahkan kepada rakyat. Pasalnya, rakyat memilih calon pemimpin sesuai hari nuraninya. “Pilih pemimpin yang memang bisa pilihan rakyat, sehingga rakyatnya yang akan menjadi juaranya,” ucap Puan.

Wakil Sekretaris Dewan Syuro DPP PKB, Maman Imanulhaq mengatakan, Timnas AMIN tidak keberatan adanya komunikasi politik dengan berbagai pihak.

Termasuk dengan Ganjar-Mahfud, namun sifatnya masih personal. “Karena kami masih fokus memenangkan AMIN, kalau bisa satu putaran. AMIN,” kata dia.

Bak orang pacaran, kata Maman, proyeksi membangun koalisi dengan kubu 03, masih tahap kenalan. Atau bahkan masih lirik-lirikan. Jadi, ya bisa jadi lanjut, atau malah batal. Semuanya sangat bergantung hasil Pilpres 2024.

Namun demikian, lanjut Mamang, langkah-langkah penjajakan untuk pembentukan koalisi, memang harus dilakukan sejak awal. Mengingat terbatasnya waktu pilpres 2024. Apalagi lawannya adalah Prabowo-Gibran yang didukung penuh penguasa.

“Komunikasi yang dilakukan oleh 01 dan 03 menjadi sangat penting dan menjadi kata kunci. Bila seandainya 01 masuk di putaran dua, melawan 02,” kata Maman.

Amarah Kubu Merah

Konsultan politik senior yang disebut-sebut ‘dewanya’ survei, Eep Saefulloh Fatah, meyakini betul bahwa Pilpres 2024 bakal seru karena penuh kejutan. Mulai dari yang kecil, lumayan besar hingga besar.

“Berupa titik pecah (konflik) dan di sisi lain adalah titik temu (koalisi). Semuanya tidak pernah ada dalam banyangan kita, sebelumnya,” kata CEO PolMark Research Centre itu.

Kejutan besar berupa konflik, menurut Eep, terjadi antara Jokowi dengan Megawati. Sebelumnya, tidak pernah ada yang membayangkan itu. Sehingga, pertarungan sengit bakal terjadi antara paslon 02 dan 03.

“Semangat perlawanan Bu Mega, sudah tidak dapat ditutupi lagi. Bahasa-bahasa kemarahan, perlawanan, yang keras, eksplisit, sudah tumpah ruah. Dari Bu Mega berhadapan langsung dengan kekuasaan,“ ungkap Eep dikutip dari sebuah podcast.

Sehingga tak heran, Megawati mendorong PDIP dan parpol anggota koalisi pendukung Ganjar-Mahfud untuk all out. Khusus di wilayah dan segmen basis yang telah coba diambil pasangan 02.

Kejutan lainnya, Eep menyebut, PKS dan PDIP bisa jadi akan bersatu untuk melawan kekuasaan di putaran 2. “PDI Perjuangan dan PKS, jangan-jangan besok menjadi satu kelompok yang melawan tuh (Prabowo-Gibran) di putaran dua. Boleh jadi,” prediksi Eep.

Alasan Eep begitu yakin bahwa Pilpres 2024 bakal dua putaran, berdasarkan hasil surveinya pada November 2023. Di mana, paslon nomor urut 1 dan 2, berpotensi melenggang ke putaran dua.

“Banyak lembaga survei menyatakan, pasti satu putaran. Tapi, data November 2023, tidak seperti itu,” kata Eep.

Dibeberkan bahwa dari ketiga paslon Pilpres 2024, belum ada memperoleh dukungan 40 persen. Dan, sebanyak 14-15 persen belum menentukan pilihan. Sebanyak 28 persen responden sudah punya pilihan namun masih bisa berubah.

“Artinya, ada sekitar 43 persen pemilih yag masih cair dan diperebutkan. Jadi, terlalu pagi kalau orang mengatakan ini sudah pasti satu putaran,” imbuhnya.

Dengan data ini, Eep memperkirakan, pada hari pencoblosan 14 Februari 2024, tidak satupun paslon yang mencapai perolehan suara di atas 50 persen. “Itu gambaran data kami sementara ini,“ kata Eep. (Diana,Syahidan,Vonita).

 

 

 

 

Back to top button