Hangout

Mengingat Sejarah Meletusnya Gunung Krakatau 1883 yang Menggemparkan Dunia

Senin (19/6/2023) pagi, dikabarkan Gunung Anak Krakatau mengalami erupsi dan menyemburkan abu vulkanik setinggi 1,5 meter. Erupsi ini terjadi tepat pada pukul 08.22 WIB dengan tinggi kolom abu mencapai 1.500 kilometer di atas puncak.

Ini bukan pertama kalinya anak Gunung Krakatau mengalami erupsi. Pada Minggu, 11 Juni 2023, sekitar pukul 00.30 WIB sempat terjadi erupsi dengan ketinggian semburan mencapai 2.000 meter dari atas puncak.

Saat ini, Gunung Anak Krakatau dalam status siaga atau berada di level III. Petugas pos pemantau gunung api Anak Krakatau juga menghimbau masyarakat dan nelayan untuk tidak mendekati kawah dalam radius 5 kilometer.

Berita erupsinya Gunung Anak Krakatau tidak hanya mencuri perhatian masyarakat Indonesia saja. Media global turut menyorot dan mengikuti perkembangan erupsi gunung berapi ini, mengingat sejarahnya letusannya yang begitu menyeramkan di tahun 1883.

Peristiwa meletusnya Gunung Krakatau memang tidak dirasakan oleh semua orang. Namun, sejarah letusannya yang sangat besar membuat banyak orang takut akan mengalami kejadian yang serupa di masa lampau.

Dilansir dari berbagai sumber, sejarah meletusnya Gunung Krakatau terjadi pada Agustus, 1883. Lokasi gunung ini berada di kepulauan vulkanik tepatnya di Selat Sunda, antara Pulau Jawa dan Sumatra.

Gunung Krakatau terbentuk dalam jutaan tahun terakhir yang membangun gunung kerucut yang terdiri dari batuan vulkanik dan lapisan abu. Gunung ini berada di 1.000 kaki atau 300 meter dari bawah permukaan laut, sedangkan kerucutnya diproyeksi mencapai 1.800 meter di atas laut.

Sekitar tahun 416 M, puncak gunung itu hancur dan membentuk kaldera atau cekungan berbentuk mangkuk dengan lebar 6 km.

Kaldera tersebut membentuk empat pulau kecil yang terdiri dari Sertung (Verlaten) di barat laut, Lang dan Polish Hat di timur laut, dan Rakata di Selatan.

Situasi masih kondusif, hingga beberapa tahun kemudian, tiga kerucut baru terbentuk dan menyatu menjadi satu pulau yang besar. Kerucut tertingginya bisa mencapai 813 meter di atas permukaan laut.

Krakatao Kaldera - inilah.com
Photo: VolcanoCafe

Dilansir dari Britannica.com, pada tanggal 20 Mei 1883 salah satu kerucut di kaldera aktif dan menimbulkan awan abu mencapai ketinggian 10 km. Bahkan suara ledakannya terdengar hingga 160 km jauhnya. Namun aktivitas kerucut itu berhenti di akhir bulan Mei.

Di tanggal 19 Juni, gunung kembali aktif dan menjadi paroksismal pada 26 Agustus 1883. Akhirnya letusan pertama Gunung Krakatau terjadi pada jam 1 siang.

Letusan itu membentuk abu vulkanik yang mengirimkan awan gas panas beserta puing-puing hingga ketinggian 15 mil.

Dua puluh satu jam berikutnya terjadi serangkaian ledakan yang semakin kuat. Puncak ledakan terbesar terjadi sekitar jam 10 pagi pada tanggal 27 Agustus. Letusan itu melontarkan abu sekitar 50 mil ke udara dan terdengar hingga Perth, Australia yang berjarak sekitar 2.800 mil dari lokasi.

Pasca letusan, tercatat lebih dari 36.000 orang meninggal dunia karena terkena reruntuhan tephra (batuan vulkanik) dan gas vulkanik panas yang dihasilkan oleh letusan.

Tak sedikit juga korban yang meninggal karena tenggelam akibat tsunami yang dibuat oleh Gunung Krakatau yang membuat tembok air setinggi 120 kaki dan menyapu bersih 165 desa di sekitar Jawa dan Sumatra.

Saking besarnya tembok tsunami ini membuat kapal uap Berouw tenggelam hampir satu mil ke pedalaman Sumatra. Semua awak kapal meninggal dunia.

Letusan Gunung Krakatau yang terjadi pada 1883 ini memiliki daya ledak sebesar 200 megaton. Bahkan getaran letusannya terasa di seluruh dunia.

Pasca terjadinya letusan, wilayah di sekitar gunung mengalami kegelapan selama dua setengah hari karena puing-puing dan abu yang melayang di udara menghalangi jalan sinar matahari.

Bahkan debu-debu halus itu juga membuat warna matahari terbenam berubah menjadi merah kejinggaan. 

Hebatnya, letusan gunung ini dapat menjangkau ke stratosfer hingga membuat bulan berubah warna menjadi biru di malam hari.

Gunung Krakatau mulai tenang dan kondusif pada 28 Agustus 1883 hingga Desember 1927. Di tahun 1928 terjadi sebuah getaran baru yang membangun kerucut baru yang membentuk pulau kecil. 

Sejarah Anak Krakatau - inilah.com
Photo: Al Jazeera

Kerucut baru itu kemudian dinamakan Anak Krakatau karena posisinya yang dekat dengan gunung berapi mematikan itu. Sekarang gunung tersebut berdiri di ketinggian 300 meter di atas permukaan laut.

Dampak Letusan Gunung Krakatau di Dunia

Anak Gunung Krakatau - inilah.com
Photo: Volcano Discovery

Letusan Gunung Krakatau yang terjadi pada tahun 1883 memiliki kekuatan sebesar 200 megaton TNT. Sebagai perbandingan, bom yang menghancurkan kota Hiroshima di Jepang pada tahun 1945 memiliki kekuatan sebesar 20 kiloton.

Dengan kata lain, kekuatan letusan Gunung Krakatau 10.000 kali lebih dashyat daripada bom Hiroshima.

Letusan dahsyat itu mengirim enam mil kubik batu, abu, debu, dan puing-puing ke udara dan membentuk awan tebal yang menurunkan suhu di area terdekat. 

Bahkan penelitian selanjutnya menemukan bahwa penurunan suhu yang terjadi selama beberapa tahun ini terjadi secara global.

Perubahan iklim bahkan terjadi ribuan mil dari Indonesia. Salah satu negara yang berdampak adalah Amerika Serikat dimana jumlah curah hujan di Los Angeles mencapai 38,18 inci setelah letusan Krakatau terjadi. Curah hujan itu menjadi rekor tertinggi di kota Los Angeles.

Fakta-Fakta Gunung Krakatau

Berikut adalah lima fakta menarik tentang Gunung Krakatau yang harus Anda ketahui:

1. 1883 Bukan Peristiwa Letusan Pertama Gunung Krakatau

Banyak orang yang tahu sejarah meletusnya Gunung Krakatau terjadi pada tahun 1883. Namun jauh sebelum itu, para pelaut Belanda melaporkan melihat Krakatau meletus di tahun 1680. Bukti pernyataan itu diketahui dari aliran lahar yang ditemukan pada abad ke-19.

2. Rogier Verbeek Seorang Geologis yang Mendokumentasikan Letusan Gunung Krakatau

Rogier Verbeek - inilah.com
Photo: historyhit.com

Semua orang harus berterima kasih kepada Rogier Verbeek yang telah mendokumentasikan dan mencatat sejarah letusan Gunung Krakatau yang terjadi pada tahun 1883.

Rogier Verbeek adalah seorang ahli geologi asal Belanda yang tinggal di Jawa untuk melakukan penelitian geologi di wilayah tersebut.

Setelah letusan terjadi, dia melakukan perjalanan ke daerah yang terkena dampak, menyusun laporan saksi mata, dan secara pribadi mengamati kehancuran yang ditimbulkan oleh Gunung Krakatau.

Hasilnya, dia membuat laporan setebal 550 halaman dan diterbitkan oleh pemerintah Hindia Belanda di tahun 1885. Data dan studi yang dia buat sangat membantu ilmu vulkanologi modern selanjutnya.

3. Suara Ledakan Terbesar Sepanjang Sejarah

Letusan terdahsyat krakatau terjadi pada pukul 10:02 tanggal 27 Agustus 1883. Tahapan letusan terakhirnya bisa terdengar ribuan mil jauhnya di Australia Barat dan Mauritius.

Bahkan gelombang suara diibaratkan dapat mengelilingi dunia sebanyak 7 kali dalam 5 hari berikutnya.

4. Pulau Krakatau Hampir Hancur Seluruhnya

Sebelum Dan Sesudah Letusan Gunung Krakatau - inilah.com
Photo: Historyhit.com

Letusan gunung berapi yang mencapai 200 megaton ini ternyata hampir membuat seluruh pulau Krakatau dan beberapa pulau disekitarnya hancur. Gunung berapi ini sendiri runtuh dan menjadi kaldera, cekungan yang terbentuk setelah ruang magma kosong.

5. Warna Matahari Terbenam yang Tidak Biasa

Debu halus, belerang dioksida, dan aerosol yang meletus ke stratosfer mengitari khatulistiwa selama 13 hari. Dampak dari debu dan abu ini di udara ini membuat matahari dan bulan berganti warna.

Tiga bulan setelah letusan, partikel-partikel ini menyebar ke garis lintang yang lebih tinggi dan menyaring jumlah sinar matahari yang akan menyinari bumi.

Hasil dari fenomena ini membuat matahari terbenam berwarna merah yang spektakuler dan terlihat cerah di seluruh Amerika Serikat dan Eropa. Fenomena matahari terbenam ini terjadi selama 3 tahun lamanya.

Kumpulan Foto Gunung Krakatau Zaman Dulu

Erupsi Krakatau 1883 - inilah.com
Photo: The Straits Times
Gunung Krakatau Zaman Dulu - inilah.com
Photo: Discover Magazine

Back to top button