Hangout

Mengenal Demensia Frontotemporal yang Bruce Willis Alami

Aktor Bruce Willis baru saja mendapatkan diagnosa mengalami demensia frontotemporal. Lantas, apa itu demensia frontotemporal?

Kondisi tersebut adalah istilah umum untuk sekelompok gangguan otak yang terutama mempengaruhi lobus frontal dan temporal otak. Area otak ini umumnya terkait dengan kepribadian, perilaku dan bahasa, seperti mengutip dari mayoclinic, Jakarta, Jumat (17/02/2023).

Pada demensia frontotemporal, bagian dari lobus ini menyusut (atrofi). Tanda dan gejala bervariasi, tergantung pada bagian otak mana yang terpengaruh.

Beberapa orang dengan demensia frontotemporal mengalami perubahan dramatis dalam kepribadian mereka dan menjadi tidak pantas secara sosial, impulsif atau acuh tidak acuh secara emosional, sementara yang lain kehilangan kemampuan untuk menggunakan bahasa dengan benar.

Demensia frontotemporal dapat salah didiagnosis sebagai masalah kejiwaan atau sebagai penyakit Alzheimer. Tetapi demensia frontotemporal cenderung terjadi pada usia yang lebih muda daripada penyakit Alzheimer.

Demensia frontotemporal sering dimulai antara usia 40 dan 65 tetapi juga terjadi di kemudian hari. FTD adalah penyebab sekitar 10 pesen sampai 20 persen kasus demensia.

Gejala

Tanda dan gejala demensia frontotemporal dapat berbeda dari satu orang ke orang lain. Tanda dan gejala semakin memburuk dari waktu ke waktu, biasanya selama bertahun-tahun.

Kumpulan tipe gejala cenderung terjadi bersamaan, dan orang mungkin memiliki lebih dari satu kumpulan tipe gejala.

Perubahan perilaku

Tanda paling umum dari demensia frontotemporal melibatkan perubahan ekstrim dalam perilaku dan kepribadian. Ini termasuk:

1. Perilaku sosial yang semakin tidak pantas

2. Kehilangan empati dan keterampilan interpersonal lainnya, seperti memiliki kepekaan terhadap perasaan orang lain

3. Kurangnya penilaian

4. Hilangnya hambatan

5. Kurang minat (apatis), yang bisa disalahartikan sebagai depresi

6. Perilaku kompulsif berulang, seperti mengetuk, bertepuk tangan, atau menampar bibir

7. Penurunan kebersihan pribadi

8. Perubahan kebiasaan makan, biasanya makan berlebihan atau lebih menyukai makanan manis dan karbohidrat

9. Memakan benda yang tidak bisa dimakan

10. Secara kompulsif ingin memasukkan sesuatu ke dalam mulut.

Masalah bicara dan bahasa

Beberapa subtipe demensia frontotemporal menyebabkan masalah bahasa atau gangguan atau kehilangan kemampuan berbicara. Afasia progresif primer, demensia semantik, dan afasia agrammatik progresif (tidak lancar) semuanya dianggap sebagai demensia frontotemporal.

Masalah yang ditimbulkan oleh kondisi tersebut antara lain:

1. Meningkatnya kesulitan dalam menggunakan dan memahami bahasa tulis dan lisan, seperti kesulitan menemukan kata yang tepat untuk digunakan dalam ucapan atau penamaan objek

2. Kesulitan menamai sesuatu, mungkin mengganti kata tertentu dengan kata yang lebih umum seperti “itu” untuk pena

3. Tidak lagi mengetahui arti kata

4. Memiliki ucapan ragu-ragu yang mungkin terdengar seperti telegrap

5. Membuat kesalahan dalam konstruksi kalimat.

Gangguan motorik

Subtipe yang lebih jarang dari demensia frontotemporal dicirikan oleh masalah gerakan yang mirip dengan yang terkait dengan penyakit Parkinson atau amyotrophic lateral sclerosis (ALS).

Masalah terkait motorik mungkin termasuk:

1. Tremor/ Getaran

2. Kekakuan

3. Kejang atau kedutan otot

4. Koordinasi yang buruk

5. Kesulitan menelan

6. Kelemahan otot

7. Tertawa atau menangis yang tidak pantas

8. Jatuh atau masalah berjalan.

Penyebab

Pada demensia frontotemporal, lobus frontal dan temporal otak menyusut. Selain itu, zat tertentu menumpuk di otak. Apa yang menyebabkan perubahan ini biasanya tidak diketahui.

Ada mutasi genetik yang dikaitkan dengan demensia frontotemporal. Tetapi lebih dari separuh orang yang mengalami demensia frontotemporal tidak memiliki riwayat demensia dalam keluarga.

Baru-baru ini, para peneliti telah mengkonfirmasi genetika bersama dan jalur molekuler antara demensia frontotemporal dan amyotrophic lateral sclerosis (ALS). Namun, penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk memahami hubungan antara kondisi ini.

Faktor risiko

Risiko Anda terkena demensia frontotemporal lebih tinggi jika Anda memiliki riwayat keluarga dengan demensia. Tidak ada faktor risiko lain yang diketahui.

Back to top button