Market

Mendag Zulhas: Hadapi Perubahan Perdagangan Global, Gali Pasar Ekspor Potensial

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan, Indonesia perlu melihat potensi-potensi pasar baru di negara nontradisional. Hal tersebut penting dilakukan karena saat ini telah terjadi perubahan fundamental pada peta perdagangan global.

Hal tersebut disampaikan Mendag Zulhas saat menjadi pembicara dalam ‘Simposium Kementerian Pertahanan Tahun 2023: Geopolitik dan Geostrategis Global serta Pengaruhnya terhadap Indonesia Tahun 2023’ di kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Kamis (2/11/2023).

“Saat ini, telah terjadi perubahan fundamental pada peta perdagangan global. Pergeseran status ekonomi berbagai negara karena pertumbuhan dan perlambatan ekonomi pun terlihat. Akibatnya, terjadi perubahan kebijakan yang mendasar, perluasan dan pendalaman pasar, inovasi, juga penyesuaian di level bisnis atau usaha. Untuk itu, Indonesia perlu melihat potensi-potensi pasar baru di negara nontradisional,” urai Mendag Zulhas.

Menurut Mendag Zulhas, pergeseran status ekonomi terjadi di kawasan Afrika. Kawasan Afrika dulu merupakan kawasan belum berkembang, namun sekarang sudah berani mengajukan utang. “Artinya, ekonomi mereka tumbuh,” jelas Mendag Zulhas.

Orang nomor satu di Kementerian Perdagangan itu juga mengatakan, saat ini potensi pasar di negara-negara nontradisional sangat menjanjikan untuk dijajaki lebih jauh lagi. “Jika dilihat berdasarkan surplus perdagangan Indonesia dengan negara-negara mitra, surplus perdagangan dari negara-negara nontradisional saat ini mampu bersaing dengan surplus dari negara-negara tradisional,” imbuhnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2022 mencatat ada sepuluh negara penyumbang surplus perdagangan bagi Indonesia. Amerika Serikat menyumbang surplus terbesar yaitu US$16,56 miliar. Tetapi, Mendag Zulhas melihat nilai tersebut mulai disusul oleh surplus perdagangan Indonesia dengan India sebesar US$14,03 miliar. Capaian tersebut berhasil menempatkan India sebagai negara mitra dagang penyumbang surplus kedua terbesar bagi Indonesia. “Kita tidak bisa anggap enteng India lagi,” ujar Mendag Zulhas.

https://i3.wp.com/c.inilah.com/reborn/2023/11/perdagangan_global1_83415c3d92.jpg?ssl=1

Sementara itu, Filipina dari kawasan ASEAN menempati negara penyumbang surplus ketiga dengan nilai US$11,41 miliar. Peringkat keempat adalah Jepang dengan US$7,67 miliar, kelima Belanda USD$4,5 miliar, dan keenam Taiwan US$4,22 miliar. Peringkat ketujuh hingga kesepuluh secara berurutan diisi Pakistan dengan US$4,13 miliar, Bangladesh US$3,77 miliar, Vietnam US$3,66 miliar, dan Malaysia US$2,95 miliar.

“Pakistan kini menghasilkan surplus US$4,13 miliar. Bangladesh ternyata mampu menghasilkan surplus US$3,77 miliar. Dulu Barat begitu dominan, sekarang bergeser. Kita tidak bisa lagi sedikit- sedikit melihat ke Barat, ini kenyataan,” ujar Mendag Zulhas.

Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu juga menjelaskan, dari sisi pangsa pasar Indonesia dengan berbagai kawasan di dunia, perdagangan dengan kawasan Uni Eropa yang sudah berlangsung lama tercatat hanya menciptakan pangsa pasar sebesar 6,27 persen pada 2022. Pangsa pasar ini jauh di bawah pangsa pasar Indonesia ke ASEAN sebesar 21,04 persen dan kawasan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) yang sebesar 62,42 persen. Untuk itu, penting mencari peluang di pasar-pasar potensial yang baru.

“Pasar Barat masih merupakan mitra utama, tapi sekarang ada pasar-pasar emerging di Asia Selatan, Afrika, dan Asia Tengah yang sangat menjanjikan untuk Indonesia. Kita juga harus melihat potensi pasar yang baru. Kalau tidak, kita akan tertinggal. Misalnya kawasan Afrika dengan populasi 1,4 miliar sudah mampu membeli pakaian, itu pasar yang sangat besar potensinya. Juga Timur Tengah sebagai petrodolar,” kata Mendag Zulhas.

Untuk meningkatkan kinerja perdagangan dengan negara-negara nontradisional, Mendag Zulhas mengungkapkan perlunya menyelesaikan perjanjian-perjanjian dagang. Perjanjian-perjanjian tersebut akan memberi manfaat lebih bagi Indonesia dan negara mitra, khususnya pelaku usaha Indonesia dalam menjajaki pasar negara tujuan ekspor.

“Indonesia punya potensi ekspor yang besar sekali. Salah satu hal yang kita selesaikan adalah membuka tollway. Jalur-jalur hambatan perdagangan harus kita tembus melalui perjanjian perdagangan bilateral maupun regional, itu prioritas kita. Kalau tidak ada perjanjian dagang, produk kita akan kena tarif begitu tinggi,” kata Mendag Zulhas.
 

Back to top button