Market

Manufaktur dan Pertanian Berat, Ekonomi 2024 Bisa 5 Persen: Itu Mujur


Tahun depan, kalangan analis dan ekonom menyebut perekonomian semakin ambles. Seiring memburuknya proyeksi ekonomi global di 2024.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economic (CORE), Mohammad Faisal meramalkan, perekonomian Indonesia sulit tumbuh di kisaran 5 persen pada 2024.

“Jadi akan sedikit melambat dibandingkan tahun ini yang diprediksi sebesar 5 persen. Konsumsi rumah tangga relatif stabil, tapi ada kecenderungan sedikit melemah,” kata Faisal dalam CORE Indonesia Economic Outlook 2024 di Jakarta, Selasa (12/12/2023).

Ia mengatakan, pelemahan konsumsi pada 2024 berpotensi dialami kelompok masyarakat menengah ke bawah. Karena, menurunnya upah riil akibat pelemahan aktivitas ekonomi di sektor industri manufaktur, pertanian, dan perdagangan yang menyerap banyak tenaga kerja.

Selain itu, inflasi bahan pangan yang diperkirakan lebih tinggi dari inflasi secara umum juga diperkirakan akan berdampak signifikan terhadap kelompok masyarakat menengah ke bawah.

Pada 2024, CORE memprediksi inflasi akan mencapai 2,5 sampai 3 persen secara tahunan.

Surplus neraca dagang diperkirakan akan berlanjut pada 2024, tetapi nilai surplusnya lebih kecil dari tahun 2023, karena penurunan nilai dan volume ekspor.

Penurunan ekspor disebabkan oleh pelemahan harga komoditas global dan penurunan permintaan dari negara mitra dagang utama Indonesia, yakni Tiongkok, yang kegiatan ekonominya sedang melemah karena krisis properti.

“Surplus neraca dagang kami prediksi akan berlanjut, tapi nilainya lebih rendah dari surplus di 2023. Ekspor melemah sejalan dengan pelemahan harga komoditas dan pelemahan permintaan dari mitra dagang utama yakni Tiongkok,” kata Faisal.

Di sisi lain, Faisal memandang Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah (PR) untuk menjaga neraca perdagangan jasa yang pada kuartal II 2023 masih mengalami defisit sebesar 4,7 miliar dolar AS.

“Sektor jasa perjalanan yang biasanya menjadi penyumbang surplus kita, sekarang defisit, karena ternyata setelah pandemi, lebih banyak wisatawan dalam negeri yang keluar negeri daripada wisatawan mancanegara berwisata ke dalam negeri,” kata Faisal.

Back to top button