Market

Lewat Ekspor Ritel, Batik Boyolali Laris di Singapura dan Malaysia

Achmad Latief, pengrajin batik paruh baya asal Boyolali, Jawa Tengah, tidak pernah bermimpi, hasil karyanya bisa dinikmati masyarakat di luar negeri. Semuanya berkat transformasi digital yang begitu kuat di tanah air.

Kerja kerasnya berbuah manis, meski memulai bisnis dari bangkrut, kemudian hidup lagi. Kini, bisnis yang ditekuninya tidak bicara puluhan atau ratusan juta. Namun sudah miliaran rupiah.

“Alhamdulillah sekarang sudah banyak pelanggan ekspor saya di Singapura dan Malaysia. Saya senang bisa memperkenalkan produk dalam negeri ke dunia luar, ya, bangga banget rasanya karena nggak pernah nyangka bisa ada yang tertarik beli di luar negeri. Waktu itu penjualan ekspor perdana ke Malaysia,” tutur pemilik Toko Zahra 27 itu, dikutip Kamis (10/8/2023).

Kesuksesan Achmad Latif sebagai pejuang usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), tidak datang begitu saja. Bak durian jatuh dari pohonnya.
Sebelum berhasil mendapatkan omzet miliaran dan menjangkau pasar luar negeri, Achmad terlebih dulu menjalani perjalanan bisnis yang berliku dan penuh tantangan.

Pada 2008, dia membuka usaha batiknya sendiri di salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Jakarta. Namun, kios batik milik Achmad harus ditutup total pada saat pandemi COVID-19. Akhir 2020, dia memutuskan membuka toko online-nya di marketplace dengan pertimbangan pangsa pasar yang luas dan menjangkau seluruh Indonesia.

Meskipun awalnya kebingungan menjalankan bisnis online-nya, namun, dengan semangat pantang menyerah, Achmad belajar dengan giat hingga mampu memahami seluk-beluk berjualan secara digital.

Pelan tapi pasti, omzetnya meningkat, dan prestasi yang ia raih menjadi semangat untuk terus berkembang. Pada akhir 2021, usaha Achmad mulai membaik dengan omzet yang terus meningkat dari puluhan juta hingga ratusan juta.

Pria itu pun berhasil membangun gudang dan rumah produksi di Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pada Ramadan lalu, Toko Zahra 27 mampu menyentuh omzet hingga miliaran rupiah.

Tidak puas dengan kesuksesan di pasar dalam negeri, Achmad juga memanfaatkan program Ekspor Shopee untuk mengembangkan pasar internasional.

Produk batik buatannya merambah pasar di Singapura dan Malaysia, membawa kebanggaan tersendiri dalam kiprahnya sebagai pejuang UMKM. “Sebagai penjual batik, ya, saya bangga sekali produk saya bisa dibeli oleh orang luar negeri, terutama pelanggan kami di Singapura dan Malaysia. Karena memang semudah itu, jadi, saya bisa jual ratusan produk per bulan. Jadi, sayang sekali kalau tidak dimanfaatkan,” kata Achmad.

Shopee merupakan satu-satunya e-commerce yang memungkinkan pelaku usaha kecil untuk dapat menembus pasar ekspor melalui mekanisme cross border commerce.

Program itu merupakan sebuah gebrakan besar bagi pelaku UMKM lokal karena memberikan kemudahan bagi pegiat UMKM lokal seperti Achmad untuk bisa mengekspor produknya ke mancanegara dengan mekanisme yang sangat mudah.

Back to top button