Market

Lanjutkan Tren Surplus, Neraca Perdagangan November 2023 Surplus US$2,41 Miliar


Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan bahwa neraca perdagangan Indonesia periode November 2023 mencatatkan surplus sebesar US$2,41 miliar.

Surplus periode ini terdiri atas surplus nonmigas sebesar US$4,62 miliar dan defisit migas US$2,21 miliar. Ia pun menyampaikan, surplus November 2023 melanjutkan tren surplus dari bulan-bulan sebelumnya.

“Surplus untuk periode November 2023 tercatat sebesar US$2,41 miliar. Surplus November 2023 disumbang sektor nonmigas yang surplus US$4,62 miliar dan migas yang defisit US$2,21 miliar. Surplus November 2023 melanjutkan tren surplus seperti pada bulan-bulan sebelumnya,” ujar Mendag Zulhas.

Ia menjelaskan, berdasarkan negara mitra dagang, surplus perdagangan Indonesia bulan November 2023 terjadi dengan beberapa negara. Di antaranya, dengan India yang tercatat sebesar US$1,54 miliar, Amerika Serikat (AS) US$1,03 miliar, dan Filipina US$0,80 miliar.

Sedangkan, negara penyumbang defisit perdagangan terbesar pada November 2023 adalah Singapura dengan US$0,88 miliar, Australia US$0,53 miliar, dan Thailand US$0,18 miliar.

Secara kumulatif, Mendag Zulhas mengatakan, neraca perdagangan Indonesia periode Januari-November 2023 mencatatkan surplus sebesar US$33,63 miliar. Surplus tersebut disumbang surplus sektor nonmigas US$51,64 miliar dan defisit sektor migas sebesar US$18,01 miliar.

“Capaian surplus perdagangan periode November 2023 menopang surplus perdagangan Indonesia periode Januari-November 2023 menjadi US$33,63 miliar,” ungkap Mendag Zulhas.

Kinerja Ekspor Nonmigas ke Uni Emirat Arab Meningkat

Dari sisi ekspor, nilai ekspor Indonesia pada November 2023 mencapai US$22 miliar, turun sebesar 0,67 persen dibanding September 2023 (MoM). Penurunan ekspor ini didorong turunnya ekspor nonmigas sebesar 0,29 persen dan ekspor migas sebesar 6,38 persen MoM.

Penurunan ekspor di November 2023 terjadi pada hampir seluruh sektor kecuali pertambangan yang masih naik 0,27 persen MoM. Sektor migas menjadi sektor yang turun terdalam sebesar 6,38 persen, diikuti ekspor sektor pertanian yang turun sebesar 0,82 persen dan sektor industri pengolahan yang turun sebesar 0,43 persen MoM.

Pada November 2023, beberapa produk utama nonmigas yang ekspornya turun antara lain ampas/sisa industri makanan (HS 23) yang turun 27,80 persen; nikel dan barang daripadanya (HS 75) turun 17,16 persen; tembaga dan barang daripadanya (HS 74) turun 16,91 persen; bahan kimia anorganik (HS 28) turun 15,24 persen; serta kopi, teh, dan rempah-rempah (HS 09) turun 11,19 persen MoM.

Namun, di tengah penurunan ekspor tersebut, terdapat beberapa produk utama nonmigas yang ekspornya naik. Produk tersebut di antaranya timah dan barang daripadanya (HS 80) yang naik 41,09 persen; barang dari besi dan baja (HS 73) naik 19,83 persen; logam mulia, perhiasan/permata (HS 71) naik 10,05 persen; pakaian dan aksesorinya (bukan rajutan) (HS 62) naik 9,16 persen; serta pakaian dan aksesorinya (rajutan) (HS 61) naik 9,13 persen MoM.

Negara utama tujuan ekspor nonmigas Indonesia pada November 2023 adalah China dengan nilai ekspor mencapai US$5,41 miliar (turun 6,44 persen), India US$2,01 miliar (naik 7,03 persen), dan AS US$1,94 miliar (naik 6,45 persen MoM).

Ditinjau dari penurunan ekspornya, beberapa pasar tujuan utama ekspor nonmigas Indonesia dengan penurunan terbesar di antaranya Spanyol yang turun 57,01 persen, Turki turun 49,18 persen, Rusia turun 20,80 persen, Hong Kong turun 19,26 persen, serta Pakistan turun 15,28 persen MoM.

Sedangkan, negara mitra dagang dengan peningkatan ekspor nonmigas Indonesia tertinggi antara lain Swiss yang naik 32,10 persen, Korea Selatan naik 30,95 persen, Belanda naik 18,26 persen, Jerman naik 17,82 persen, dan Malaysia naik 13,97 persen MoM.

Mendag Zulhas juga menyebut, pada November 2023, Uni Emirat Arab merupakan salah satu negara mitra dagang Indonesia dengan peningkatan ekspor nonmigas sebesar 2,73 persen MoM. Ia menilai, peningkatan ekspor tersebut dimungkinkan setelah implementasi Indonesia-United Arab Emirates Comprehensive Economic Partnership Agreement (IUAE-CEPA).

“Peningkatan ekspor nonmigas Indonesia ke PEA ini terjadi pascaimplementasi IUAE-CEPA pada 1 September 2023. Beberapa produk ekspor nonmigas Indonesia ke PEA yang meningkat di November 2023 di antaranya lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15), mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS 85), kertas, karton dan barang daripadanya (HS 48), serta kendaraan dan bagiannya (HS 87),” kata Mendag Zulhas.

Ditinjau dari kawasannya, pelemahan ekspor terbesar terjadi ke beberapa kawasan seperti Asia Barat yang turun 66,45 persen, Eropa Selatan turun 32,76 persen, dan Eropa Utara turun 32,69 persen MoM. Di sisi lain, pertumbuhan ekspor tertinggi terjadi ke beberapa kawasan seperti Afrika Utara yang naik 58,42 persen, Amerika Tengah naik 48,64 persen, dan Eropa Barat naik 23,35 persen MoM.

Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia selama Januari-November 2023 sebesar US$236,41 miliar, turun 11,83 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu (YoY). Penurunan nilai ekspor kumulatif tersebut disebabkan melemahnya ekspor nonmigas sebesar 12,47 persen dan menurunnya ekspor migas sebesar 0,67 persen YoY.

Jelang Nataru, Impor Periode November 2023 Meningkat

Nilai impor Indonesia pada November 2023 tercatat sebesar US$19,59 miliar. Nilai ini meningkat 4,89 persen dibanding bulan sebelumnya (MoM). Peningkatan ini didorong kenaikan impor nonmigas sebesar 4,08 persen dan migas sebesar 8,79 persen MoM.

Peningkatan impor periode November 2023 terjadi pada seluruh golongan penggunaan barang. Kenaikan impor tertinggi terjadi pada golongan barang konsumsi yang sebesar 10,54 persen, diikuti barang modal sebesar 6,97 persen dan bahan/baku penolong sebesar 3,60 persen MoM.

“Impor biasanya meningkat pada November karena produsen akan mempercepat produksi untuk Desember yang menyebabkan impor bahan baku/penolong dan barang modal meningkat. Peningkatan impor di November 2023 ini sejalan dengan peningkatan aktivitas manufaktur Indonesia, terlihat dari Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang tercatat sebesar 51,7 poin,” kata Mendag Zulhas.

“Angka tersebut naik bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 51,1 poin. Selain itu, karena untuk persiapan Natal dan Tahun Baru (Nataru), impor barang konsumsi juga meningkat di November,” imbuhnya.

Pada November 2023, produk dengan peningkatan impor terbesar adalah sayuran (HS 07) yang melonjak 92,01 persen; bijih logam, terak dan abu (HS 26) naik 87,27 persen; pupuk (HS 31) naik 76,58 persen; ampas dan sisa industri makanan (HS 23) naik 31,98 persen; serta gula dan kembang gula (HS 17) naik 26,61 persen MoM.

Sementara itu, produk dengan kontraksi impor terdalam antara lain logam mulia dan perhiasan/permata (HS 71) yang turun 54,11 persen, kapas (HS 52) turun 17,17 persen, bahan bakar mineral (HS 27) turun 12,67 persen, bahan kimia anorganik (HS 28) turun 12,63 persen, serta filamen buatan (HS 54) turun 6,31 persen MoM.

Berdasarkan negara asal, impor nonmigas Indonesia bulan November 2023 didominasi dari China, Jepang, dan Thailand dengan total pangsa 48,43 persen dari total impor nonmigas. Sementara itu, negara utama asal impor dengan peningkatan impor nonmigas tertinggi pada bulan November 2023 adalah Pakistan yang naik 399,22 persen, diikuti Afrika Selatan naik 214,65 persen, Uni Emirat Arab naik 73,57 persen, Rusia naik 53,42 persen, dan Oman naik 49,76 persen MoM.

Secara kumulatif, nilai impor Indonesia selama periode Januari-November 2023 mencapai US$202,78 miliar, turun 6,80 persen dibandingkan periode Januari-November 2022 (YoY). Penurunan ini disebabkan melemahnya impor nonmigas sebesar 5,57 persen dan migas sebesar 12,78 persen MoM.

Back to top button