Market

Kritisi Bunga Utang RI, Ini Argumen Said Didu dan Yustinus Prastowo

Setiap di sosial media ada yang mengkritisi kebijakan moneter pemerintahan Joko Widodo, khususnya Kementerian Keuangan, Juru Bicara Menteri Keuangan, Yustinus Prastowo selalu muncul membeberkan duduk persoalan dari sudut pandang berbeda. Kali ini terlibat adu data soal bunga utang dengan Muhammad Said Didu yang rajin mengkritik kebijakan Jokowi melalui akun twitternya.

Setelah mengkritisi kebijakan Jokowi soal kedekatannya dengan pemerintah China dalam menggarap proyek strategis dan ambisius seperti IKN, Said Didu menyayangkan beban bunga dari utang luar negeri Indonesia. Menurutnya bunga utang Indonesia lebih tinggi dibandingkan negara lain, termasuk sesama negara ASEAN.

Mantan sekretaris Menteri BUMN ini, memberi contoh untuk bunga utang Thailand hanya dua persen sedangkan Indonesia 5,75 persen. Ini baru dibandingkan dengan negara ASEAN. Bahkan bunga utang Indonesia tertinggi di nomer 45 dari 66 negara.

“Mari kita jujur, kita buka semua data bunga utang berbabagai Negara-bkn dipilih2 yg bunga utangnya lbh tinggi dari Indonesia :
1) tinggi bunga utang Indonesia di Peringkat 45 dari 66 Negara.
2) jauh lbh mahal dari Ngara2 ASEAN. Spt Thailand yg bunganya hanya 2% (Indonesia 5,75 %),” begitu cuitan Said Didu akhir pekan lalu.

Said Didu tak lupa menunggah juga tabel tentang utang luar negeri beberapa negara. Isinya nama negara, peringkat utang dari lembaga rating, tingkat bunga dan total nilai utangnya, yang bersumber dari worldgovermentbonds.com.

Mungkin untuk menguatkan kritikannya yang sudah diunggah terlebih dulu pada 24 Juli 2023 lalu. “Bu Menkeu yth, sebaiknya kita jujur saja bhw lakunya SBN utang yg Ibu terbitkan krn bungnya tinggi – sktr 2 kali lipat dari bunga surat utang yg diterbitkan negara lain. Bunga utang yg tinggi tsb ditanggung oleh rakyat dan dinikmati oleh Asing. Kok seakan Ibu bangga?,”

Dengan unggahan tersebut, Juru Bicara Menteri Keuangan, Yustinus Prastowo pun menanggapinya pada 28 Juli 2023. “Kalau diajak jujur2an tentu sepakat, Pak Didu. Ini data yg kami punya: Membandingkan dengan peers supaya apel dg apel. Bunga SBN kita masih relatif rendah. Jangan hobi framing hanya menanggung bunga utang, di saat pemanfaatan utang juga produktif untuk kemakmuran rakyat.”

Dalam balasan itu, Prastowo juga melengkapinya dengan tampilan gambar dengan judul “Kondisi Pasar Surat Berharga Negara” perbandingan yield peer countries. Menurut dia, jika bicara sejarah, periode 2005-2014 rata-rata yield di angka 9,429 persen (tertinggi pernah 21,107 persen).

Data yang diunggah Jubir Menkeu merupakan angka yang merekam untuk periode 2015-Mei 2023 rata-rata yield di angka 7,235 persen (tertinggi pernah 9,798 persen). “Trennya lebih rendah, demi menekan cost of fund,” cuitan balasan Prastowo.

Kunjungan Presiden Jokowi ke China pada pertengahan pekan lalu, membuat netizen di sosmed ramai membicarakan soal utang Indonesia ke China untuk menggarap proyek infrastruktur strategis seperti proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung.

Apalagi dengan kunjungan Jokowi ke China lagi maka dikaitkan dengan kemungkinan Presiden Jokowi menambah utang lagi ke China untuk proyek IKN. Mereka khawatir Indonesia akan memiliki beban berat untuk membayar utang.

Biaya proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) kian membengkak. Biaya yang awalnya diprediksi US$ 6,071 miliar itu melonjak jadi US$ 7,5 miliar atau setara Rp 117,75 triliun (kurs Rp 15.700).

Bengkak biaya ini akan ditanggung Konsorsium Indonesia, Konsorsium China, serta pinjaman dari China Development Bank (CDB).

Back to top button