Hangout

Ngeri! Ada Superbug, Bakteri dan Jamur Kebal Antibiotik

Perkembangan penyakit makin mengerikan akhir-akhir ini. Setelah COVID-19 yang menimbulkan korban jiwa lebih dari 6,5 juta orang, kini muncul bakteri yang menakutkan dunia. Angka pertumbuhan kasus ini terus menanjak dimulai di India menyebar ke berbagai negara hingga jutaan kasus.

Infeksi bakteri yang kebal terhadap antibiotik ini pertama kali dilaporkan oleh dokter di Rumah Sakit Kasturba di Maharashtra, India barat. Bakteri penyebab ini disebut dengan infeksi kuman super atau superbug.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) mengungkapkan, infeksi akibat bakteri yang kebal antibiotik ini mencapai 2,8 juta kasus pada 2019 lalu. Sebanyak 35.000 di antaranya berakibat fatal. Namun, Jurnal Kedokteran Lancet justru menyebut, infeksi superbug ini telah mengakibatkan 1,27 juta kasus kematian pada tahun yang sama, di seluruh dunia. Sementara di India, statistik pemerintah menyebut ada 700.000 orang di negeri itu meninggal setiap tahun karena kebalnya infeksi terhadap obat.

Apa sebenarnya superbug ini dan mengapa bisa berkembang pesat? Pakar kesehatan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Profesor Zubairi Djoerban dalam cuitan di Twitter mengungkapkan, superbug adalah infeksi bakteri yang tidak mempan dengan antibiotik atau disebut pandemic of antibiotics-resistant superbugs.

“Kumannya macam-macam. Ada yang disebut Staphylococcus aureus dan Acinetobacter baumannii yang keduanya ini menyebabkan pneumonia,” kata Profesor Zubairi. Efek dari infeksi kuman tersebut pasien harus dipasang ventilator dan berisiko meninggal. Bahkan didapati juga beberapa kasus yang menunjukan bakteri resistan terhadap antibiotik yang kuat bernama Carbapenem.

Data menunjukkan bahwa setahun terakhir telah terjadi kenaikan 10 persen yang resisten dan ini menjadi masalah berat di dunia, khususnya di India. Ia menjelaskan, resistan terhadap antibiotik sebenarnya masalah natural, yang menjadi masalah besar adalah ketika angka kejadiannya amat dipercepat oleh salah guna antibiotik. “Salah guna yang dimaksud adalah antibiotik yang digunakan tidak pada tempatnya. Misalnya infeksi virus, tapi dikasihnya antibiotik,” kata Profesor Zubairi.

Ia mengatakan bahwa pada awal pandemi Covid-19 banyak sekali pasien mendapat antibiotik macam-macam dan menyebabkan perubahan dalam resistansi kuman. Akibat dari resistan ini pasien menjadi lebih lama saat dirawat di rumah sakit dan biaya yang dikeluarkan juga akan semakin besar.

“Dus, resistan terhadap antibiotik bisa terjadi di mana pun. Bisa di India, Amerika, Indonesia, dan ke siapa saja. Tidak tergantung usia. Contohnya di India tadi. Artinya dari bayi baru lahir sampai usia lanjut ya berisiko resistan terhadap antibiotik,” kata Profesor Zubairi sembari mengingatkan untuk lebih hati-hati dalam memakai antibiotik.

Sementara mengutip BBC, superbug merujuk ke infeksi kuman super, bakteri dan jamur, yang resistan terhadap obat, termasuk antibiotik umum. Padahal antibiotik umum, dianggap sebagai garis pertahanan pertama melawan infeksi parah.

Di laman lembaga penyakit AS, CDC, ada 18 jenis superbug dengan tiga kategori yakni mendesak, serius dan mengancam. Salah satunya adalah escherichia coli, yang umumnya ditemukan di usus manusia atau hewan yang terkontaminasi.

Lalu ada pula klebsiella pneumoniae, yang dapat menginfeksi paru-paru menyebabkan pneumonia, dan menyerang lapisan otak yang menyebabkan meningitis. Serta staphylococcus aureus yang mematikan, bakteri bawaan makanan yang dapat ditularkan melalui tetesan udara atau aerosol.

Namun yang paling mengkhawatirkan adalah munculnya acinetobacter baumannii. Patogen yang resisten terhadap banyak obat ini menyerang paru-paru pasien yang menggunakan alat bantu hidup di unit perawatan kritis.

Apa Saja Gejala Terinfeksi Superbug?

Pada dasarnya, semua orang dapat terinfeksi superbug. Namun, ini akan lebih berisiko bagi orang yang punyai sistem kekebalan tubuh lemah, seperti orang dengan penyakit kronis ataupun kanker.

Infeksi superbug pada beberapa kasus tidak menimbulkan gejala apapun. Seseorang yang sehat bisa saja membawa bakteri ataupun jamur superbug, lalu menyebarkannya pada orang yang rentan. Meskipun tidak menunjukkan gejala apa-apa, infeksi akan terus berkembang dan semakin parah. Namun, ada beberapa gejala yang umumnya dialami oleh orang yang terinfeksi organisme superbug yang menular, seperti demam, kelelahan, diare, batuk dan pegal-pegal.

Mengutip Healthline, superbug tidak hanya bakteri, juga jamur yang resistan terhadap obat. CDC menyebut, ada 18 jenis superbug yang ‘menyeramkan’. Ke-18 jenis bakteri dan jamur ini terbagi menjadi 3 kategori, mendesak, serius, dan mengancam.

Banyaknya jenis organisme yang termasuk dalam superbug, maka gejala yang muncul juga berkaitan dengan organisme mana yang menyerang seseorang. Contohnya bakteri Neisseria gonorrhoeae contohnya, bakteri penyebab penyakit seksual menular gonore ini ketika menyerang, tidak akan menimbulkan gejala apapun, sampai infeksi sudah pada tingkat yang parah. Seperti layaknya perkembangan penyakit gonore pada umumnya.

Yang pasti superbug tidak akan bisa diobati dengan antibiotik. Jika Anda memiliki infeksi superbug, pengobatan akan tergantung pada bakteri atau jamur yang menyebabkan infeksi. Namun, dokter kemudian akan mengirim spesimen dari tubuh pasien ke laboratorium sehingga teknisi laboratorium dapat menentukan obat antibiotik atau antijamur mana yang efektif melawan superbug yang menginfeksi Anda.

Back to top button