Hangout

Konflik Antarsuku di Indonesia yang Dipicu Masalah Ekonomi dan Hoax

Etnisitas digunakan sebagai masalah identitas budaya suatu kelompok, biasanya hal ini didasarkan pada nenek moyang, bahasa, dan tradisi budaya.

Mengutip indonesia.go.id, Indonesia memiliki lebih dari 300 kelompok etnik atau suku bangsa yang tersebar dari Sabang-Merauke.

Namun sayangnya, masalah etnis justru menjadi konflik utama terjadinya pertingkaian antar suku di berbagai belahan bumi.

Salah satunya adalah konflik antarsuku yang terjadi di Manipur, India yang menewaskan sedikitnya 60 korban jiwa dan 35.000 warga mengungsi.

Kerusuhan antar etnis ini terjadi karena adanya kecemburuan dan perbedaan pendapat antar dua suku, kelompok mayoritas Meitei dan kelompok minoritas Kuki.

Bentrokan antar suku terjadi saat kelompok minoritas Kuki menuntut hak istimewa, seperti hak untuk bertani di lahan hutan, pinjaman bank dengan bunga murah, akses ke fasilitas kesehatan dan pendidikan.

Menurut kelompok minoritas, suku Meitei pada dasarnya sudah mendapatkan hak istimewa dan lebih sejahtera dibandingkan Suku Kuki. Jika mereka menuntut hak-hak yang lebih istimewa tidak akan adil bagi suku minoritas yang berada di Churachandpur dan distrik-distrik sekitarnya.

Akhirnya bentrokan antar suku Meitei dengan suku Kuki terjadi di Manipur sejak awal Mei 2023. Berdasarkan CNBC, sebanyak 130 orang tewas dan 60.000 orang mengungsi.

Indonesia menjadi salah satu negara yang sering terjadi konflik antar suku di berbagai daerah. Perseteruan ini biasanya terjadi akibat kesalahpahaman, kecemburuan, dan rasa ketidakadilan yang dirasakan oleh satu kelompok.

Berikut daftar daerah yang sempat terjadi konflik antar suku di Indonesia.

1. Konflik di Yahukimo Papua

Konflik Di Yahukimo Papua, Konflik Antar Suku Di Indonesia - inilah.com
Photo: BBC

Konflik antar suku di Indonesia sempat terjadi di Yahukimo Papua. Berdasarkan pernyataan Koordinator Jaringan Damai Papua, Adriana Elisabeth kepada BBC News, konflik tersebut dipicu oleh kabar bohong.

Menurut Adriana, masalah yang terjadi di Yahukimo adalah konflik klasik yang merupakan sifat primordialisme antarsuku yang bermutasi dari kekerasan fisik di masa lalu menjadi perebutan birokrasi, ekonomi, dan lainnya.

Biasanya konflik ini terjadi jika di suatu daerah dipimpin oleh bupati dari Suku A, sedangkan suku yang dominan di daerah tersebut adalah suku B. Akhirnya, bupati tersebut mendapat tundingan tidak memperhatikan suku lain dan memprioritaskan sukunya sendiri.

Lokasi kerusuhan terjadi di Distrik Dekai ibu kota Kabupaten Yahukimo. Di kabupaten ini terdapat empat suku mayoritas, yaitu Yali, Hubla, Kimyal, dan Momuna (asal nama Yahukimo).

Dampak dari serangan tersebut menyebabkan enam orang meninggal dunia, 42 luka-luka, ribuan masyarakat mengungsi, tiga rumah dan satu hotel terbakar.

2. Tragedi Sampit

Konflik Sampit - inilah.com
Photo: Satujam

Tragedi Sampit adalah konflik antar suku Dayak dengan Madura yang terjadi di Pulau Kalimantan pada tahun 2001.

Konflik ini berawal dari pertumbuhan populasi migran Madura di Kalimantan yang memicu adanya kecemburuan dan persaingan ekonomi.

Namun permasalahan besar terjadi ketika salah satu rumah Dayak terbakar akibat serangan. Rumor yang beredar di Suku Dayak menyebut bahwa orang Madura yang melakukan aksi penyerangan.

Akhirnya, masyarakat Kalimantan mulai melakukan penyerangan balik kepada suku Madura dengan cara yang sama.

Profesor Usop dari Asosiasi Masyarakat Dayak mengklaim bahwa serangan yang dilakukan Suku Dayak merupakan bentuk pertahanan diri setelah beberapa warganya diserang.

Dia juga menjelaskan bahwa salah satu warga Dayak disiksa dan dibunuh oleh sekelompok warga Madura setelah sengketa judi di Desa Kerengpangi pada 17 Desember 2000.

Akhirnya perseteruan antara Suku Dayak dengan Madura terjadi. Dampak dari konflik antar suku ini mengakibatkan sedikitnya 300 orang meninggal dunia dan 1.355 orang Madura mengungsi kembali.

3. Kerusuhan Mei 1998

Kerusuhan Terbesar Di Indonesia Peristiwa Mei 1998 - inilah.com
Photo: BBC

Kerusuhan Mei 1998 menjadi sejarah kelam bagi Indonesia, pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) secara besar-besaran di kala itu.

Peristiwa ini terjadi pada 13-15 Mei 1998 yang dipicu adanya kerusuhan rasial terhadap etnis Tionghoa di sejumlah kota, Jakarta, Medan, Palembang, Solo, Surabaya, dan kota lainnya.

Koordinator Investigasi dan Pendataan Tim Relawan, Sri Palupi menyimpulkan bahwa Kerusuhan Mei 1998 disebabkan oleh sentimen anti-Tionghoa yang sudah lama terjadi. Hal ini dimanfaatkan untuk memicu kericuhan akibat krisis moneter.

Pada saat itu beredar tuduhan bahwa etnis Tionghoa menjadi penyebab terjadinya krisis moneter. Rumor yang beredar di masyarakat berisi informasi palsi bahwa etnis Tionghoa melarikan uang rakyat ke luar negeri dan sengaja menimbun sembako supaya rakyat Indonesia kelaparan dan sengsara.

Terlebih lagi, perekonomian etnis Tionghoa yang tinggal di Indonesia terlihat lebih stabil dan strategis. Hal itulah justru menimbulkan kecemburuan dan kebencian masyarakat pribumi kepada etnis Tionghoa.

Dampak dari Kerusuhan Mei 1998 meninggalkan kerugian materil, fisik, dan psikis yang sangat besar. Dilansir dari elshinta.com, sebanyak 1.217 orang meninggal dunia, 91 orang luka, dan 31 orang hilang dalam peristiwa ini.

4. Konflik Antarsuku Aceh dan Jawa

Gerakan Aceh Merdeka Melawan Etnik Jawa - inilah.com
Photo: BBC

Konflik antara Aceh dan Jawa sudah ada sejak Kerajaan Samudera Pasai diserang oleh Kerajaan Majapahit di tahun 750-796 H. Perseteruan kembali terjadi setelah Aceh bergabung menjadi bagian Republik Indonesia.

Perseteruan pertama terjadi saat Dewan Menteri Republik Indonesia tidak memasukkan Aceh ke dalam 10 provinsi yang ditetapkan. Kedua, Aceh dijanjikan akan mendapat status “Daerah Istimewa” namun janji tersebut tidak pernah ditepati saat Soeharto berkuasa.

Kebencian rakyat Aceh semakin dalam saat ditemukan sumber cadangan minyak dan gas alam di Lhokseumawe. SDA tersebut dieksploitasi oleh perusahaan besar asal Amerika Serikat. Namun sebagai pemilik kawasan, mereka tidak pernah mendapatkan keuntungan dan hanya orang-orang Jawa saja-lah yang menikmati keuntungan tersebut.

Akhirnya, Hasan Tiro membentuk Aceh Sumatera Liberation Front (ASLNF) atau disebut dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) pada 4 Desember 1976 untuk melawan pemerintah Indonesia, yang didominasi oleh suku Jawa.

Perseteruan terjadi selama kurang lebih 30 tahun yang mengorbankan ribuan nyawa di kedua belah pihak. Namun konflik antar dua suku ini akhirnya berakhir pada Agustus 2005 saat GAM dan pemerintah Indonesia menandatangani perjanjian damai di Helsinki, Finlandia.

5. Kerusuhan Lampung Selatan

Kerusuhan Lampung Selatan - inilah.com
Photo: Kabar Damai

Bentrokan antar etnis sempat terjadi di Lampung Selatan setelah pemerintah mengadakan program transmigrasi. Program tersebut dimanfaatkan masyarakat Indonesia, salah satunya warga Bali yang masuk dan tinggal di Lampung Selatan.

Warga Bali membangun perkampungan bernama Balinuraga, Baliagung, dan Balinapal di Lampung Selatan. Kehidupan mereka awalnya baik-baik saja sampai terjadinya peristiwa saat rombongan pemuda dari Desa Balinuraga tidak sengaja menyerempet motor yang dinaiki dua gadis dari Warga Desa Agom.

Konflik terjadi saat salah satu warga yang menyaksikan peristiwa tersebut menyebarkan berita bahwa para pemuda Balinuraga telah melecehkan para gadis dari Desa Agom.

Akhirnya, sebanyak 50 warga Desa Agom menyerang Desa Balinuraga pada Sabtu malam, 27 Oktober 2012.

Kerusuhan Lampung Selatan berlangsung selama dua hari setelah kedua desa bersepakat untuk damai dan tidak saling menuntut secara hukum.

6. Perang Suku di Wamena, Papua

Konflik Antar Suku Di Indonesia Sempat Terjadi Di Perang Suku Di Wamena - inilah.com
Photo: Suara Papua

Peristiwa konflik antar suku di Papua sempat terjadi pada tahun 2022 lalu. Konflik ini melibatkan Suku Nduga dan Suku Lani Jaya di Kampung Wouma.

Perseteruan antar dua kelompok ini disebabkan oleh kasus pembunuhan warga Suku Nduga. Kasus tersebut menjadi alasan utama terjadinya konflik antar dua suku tersebut.

Dampak dari konflik ini menimbulkan banyak kerugian materil, fisik, dan psikis, sebanyak 10 warga meninggal dunia, 21 orang luka-luka, dan 40 rumah adat Honai terbakar.

Back to top button