Market

Kemiskinan Membeludak, Ekonom Ingatkan Ancaman Stunting

Ekonom senior, Anthony Budiawan menyebut meningkatnya angka stunting indikasi tingginya angka kemiskinan di Indonesia.

“Angka stunting atau gangguan pertumbuhan pada 2022 mencapai 21,6 persen. Dengan angka kemiskinan 183,7 juta jiwa, atau 68 persen dari populasi. Jadi bukan seperti data BPS sebesar 9,57 persen, atau hanya 26,36 juta jiwa per September 2021,” kata Anthony yang juga Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS), Jakarta, Senin (22/5/2023).

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo mengakui, stunting menjadi masalah gizi terbesar pada balita di Indonesia.  Indonesia dengan sumber daya alam dan kekayaan bumi yang beragam, ternyata tidak menjadikan negara yang bebas dari masalah kurang gizi.

Pada 2019, misalnya, jumlah kasus stunting di Indonesia mencapai 29,67 persen, atau lebih tinggi dari dari angka standar Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), yaitu 20 persen. Atau setara dengan 9 juta balita Indonesia mengalami stunting. “Satu dari tiga bayi yang dilahirkan terdiagnosis stunting,” ungkapnya.

Berdasarkan data BKKBN, Hasto mengatakan, permasalahan terbesar dalam pengentasan stunting adalah masih kurangnya tingkat kesadaran masyarakat akan bahaya stunting itu sendiri.

Menurut Hasto, stunting dapat dicegah dengan memastikan kesehatan calon ibu dan janin serta memastikan anak mendapat asupan gizi seimbang di 1.000 hari pertama kehidupannya.

Salah satu kunci utama dalam mencegah stunting adalah dengan memperbanyak konsumsi protein hewani. Keunggulan protein hewani adalah memiliki komposisi asam amino esensial lebih lengkap dibandingkan protein nabati. Selain itu protein hewani juga kaya akan mikronutrien seperti vitamin B12, vitamin D, zat besi, dan zinc.

Pangan sumber protein hewani belum menjadi prioritas belanja rumah tangga. Survei Sosial Ekonomi Nasional pada Maret 2022 mencatat, belanja terbesar kelompok masyarakat 20 persen ekonomi terbawah ialah makanan dan minuman jadi sebesar 24,5 persen, beras 19,99 persen, rokok 11,3 persen, sayuran 9,25 persen, ikan dan makanan laut 7,04 persen, serta telur dan susu 4,65 persen.

Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Produk Bernutrisi untuk Ibu dan Anak (APPNIA), Vera Galuh Sugijanto akan terus mendukung program pemerintah dalam menangani stunting. Dari sisi industri, sudah dilakukan berbagai dukungan dalam bentuk ketersediaan layanan dan akses terhadap bahan pangan bergizi dan berkualitas.

“Visi dan misi APPNIA sendiri adalah untuk membantu peningkatan status gizi masyarakat khususnya ibu dan anak dalam 1.000 hari pertama kehidupan. Caranya melalui layanan dan akses terhadap bahan pangan bergizi dan berkualitas dengan tetap mendukung program pemerintah, termasuk program penurunan prevalensi stunting, melalui berbagai program yang sesuai dengan etika usaha,” tegas Vera.

Masalah stunting ini, kata dia, tidak bisa dianggap remeh, sebab berpotensi memperlambat perkembangan otak anak dan meningkatkan risiko penyakit kronis di kemudian hari. Seperti obesitas, diabetes, dan hipertensi.

Dia mengatakan, APPNIA senantiasa mendukung pemenuhan gizi di Indonesia, guna mencapai visi Generasi Emas 2045. Di mana, Generasi Emas 2045 akan menjadi kekuatan utama bangsa Indonesia untuk menjadi bangsa yang besar dan maju pada 2045. Untuk itu, generasi Indonesia wajib sehat dengan kemampuan intelegensi yang kuat. Hanya bisa terwujud bila asupan nutrisinya cukup bagus.

Namun, kata Vera, semua pasti menyadari dan mengalami betapa pencapaian visi ini mengalami tantangan yang luar biasa dan sangat tidak mudah. Sehingga, masyarakat pun harus berupaya mendukung pertumbuhan manusia Indonesia menjadi seutuhnya. Dan itu membutuhkan persyaratan, salah satunya pemenuhan gizi yang optimal pada anak.

Vera memaparkan bahwa pihaknya pun secara konsisten melakukan inovasi, peningkatan mutu dan fortifikasi produk demi mendukung program pemenuhan zat gizi masyarakat.

Disampaikan Vera, beberapa perusahaan anggota APPNIA berkolaborasi dengan pemerintah dan berbagai pemangku kepentingan, melakukan berbagai program berkelanjutan di tingkat komunitas. Berupa program edukasi, peningkatan kapasitas, maupun intervensi pemenuhan gizi yang dilakukan di berbagai daerah.

“Karena kami sadar bahwa gizi yang baik, didukung dengan gaya hidup sehat dan edukasi kesehatan yang menyeluruh akan menciptakan anak Indonesia yang sehat, tangguh, cerdas, serta terbebas dari stunting,” tegas Vera.

Sejauh ini, anggota APPNIA telah menjalankan berbagai kegiatan dalam upaya percepatan perbaikan gizi dan penurunan stunting, sekaligus mendukung pemenuhan kebutuhan gizi remaja, ibu hamil dan ibu menyusui.

Anggota APPNIA secara konsisten melakukan inovasi, peningkatan mutu dan fortifikasi produk dengan berbagai vitamin dan mineral pendukung sesuai kebutuhan seperti fortifikasi zat besi, yodium, zinc, vitamin A, asam folat, dan zat gizi lainnya.

Back to top button