News

Jumlah Rasio Nakes dengan Jemaah Haji 2023 Belum Optimal

Anggota Tim Pengawas (Timwas) Haji DPR RI, Ade Rezki Pratama menyebutkan belum optimalnya jumlah rasio tenaga kesehatan (nakes) yang bekerja sebagai dokter, perawat, dan apoteker dengan jumlah jemaah haji Indonesia yang mencapai 229.000 orang. Padahal, ada 66.943 total jemaah haji lanjut usia (lansia) yang diberangkatkan pada tahun ini. Jumlah ini mencapai sekitar 30% dari total jemaah haji Indonesia pada 2023.

“Kami menemukan para nakes di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) itu kewalahan dalam menangani pasien jemaah haji yang sakit, utamanya banyak yang sakit itu lansia,” kata Ade Rezki saat mengunjungi KKHI di Mekkah, Arab Saudi, baru-baru ini.

Kemudian, lanjut Anggota Komisi IX DPR ini, ada beberapa peningkatan kasus-kasus penyakit yang diderita oleh jemaah haji Indonesia, yakni penyakit diabetes, darah tinggi, dan ada juga pasien-pasien yang mengalami demensia (lupa ingatan). Hal ini sangat mempengaruhi kondisi jemaah haji Indonesia dalam beribadah.

Politikus Partai Gerindra ini menyebut total jemaah haji Indonesia yang meninggal per 29 Juni 2023  mencapai 220 orang. Ditambah lagi dengan insiden yang terjadi di Muzdalifah.

Oleh karena itu, kata Ade Rezki, pihaknya menekankan kepada pemerintah, khususnya Kementerian Kesehatan dan juga Kementerian Agama untuk terus memaksimalkan tenaga kesehatan untuk selalu dapat melakukan screening lebih awal.

“Supaya nanti kalau terdapat gangguan dan keluhan soal penyelenggaraan haji, kita dapat tindak lanjuti secara cepat dan tepat,” tutur Ade Rezki.

Legislator Dapil Sumbar II ini menambahkan, selain kekurangan nakes, Timwas Haji DPR juga mendengarkan banyak paparan dari pemerintah, khususnya dari Kementerian Kesehatan mengenai kekurangan jumlah obat-obatan.

Sebenarnya, ungkap dia, pemerintah melalui Kemenkes sudah memprediksi sejak awal. Namun ternyata, ada beberapa kasus-kasus yang muncul seperti penyakit demensia yang membuat pasokan obat-obatan semakin berkurang. Selain itu, petugas kesehatan Indonesia juga tidak bisa membeli obat-obatan tertentu di Arab saudi, karena obatnya spesifik hanya di Indonesia.

“Untuk mengatasi itu, akhirnya kita harus mendatangkan langsung obat-obatan dari negara kita dengan menitip petugas haji yang baru akan datang. Selain itu juga, karena obat-obatan di sini (Arab Saudi) mengandung psikotropika. Ditambah lagi dengan adanya kasus yang lumayan naik, terutama yang terkena demensia yang membuat para nakes kita agak kesulitan,” beber Ade Rezki.

Back to top button