Kanal

Jokowi, Presiden yang Paling Sibuk Siapkan Penggantinya

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi presiden yang paling sibuk saat menjelang masa akhir jabatannya. Bukan sibuk menyelesaikan target pembangunannya tetapi sibuk mempersiapkan siapa sang penggantinya. Ada apa di balik fenomena ini?

Peristiwa Selasa (2/5/2023) malam menegaskan tentang asumsi itu. Jokowi mengundang dan bertemu para ketua umum Parpol pendukung pemerintah. Ketua Partai yang hadir yakni Ketum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Muhamad Mardiono, Ketum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan (Zulhas), Ketum Gerindra Prabowo Subianto, Ketum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri serta Ketum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin).

Namun, Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh yang masih masuk dalam partai koaliasi pemerintahan Joko Widodo-Ma’ruf Amin tidak hadir. Ketua DPP Partai NasDem Charles Meikyansyah memastikan partainya tidak menerima undangan pertemuan itu. Padahal, dia menjamin NasDem bakal hadir jika menerima undangan.

Pertemuan itu katanya tidak membahas soal pilpres. Prabowo usai pertemuan mengaku tak ada pembahasan mendalam terkait dengan isu pencapresan atau koalisi besar atau ajakan ke Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). “Tadi kita nggak terlalu rinci [bahas politik]. Secara praktis tidak, tetapi ada titipan besar bahwa kita harus rukun, kita harus kompak, bisa kerja sama demi negara ini. Intinya itu demi bangsa dan negara,” tandas Prabowo.

Prabowo menjelaskan beberapa isi diskusi dari pertemuan tersebut. Menteri Pertahanan (Menhan) itu menekankan kembali kalau pertemuan ini adalah silaturahmi pascalebaran. “Hal-hal yang baik, tadi kita terutama intinya Lebaran. Kemudian beliau menyampaikan perkembangan terakhir bidang ekonomi, ramalan semua negara besar, ramalan World Bank, IMF, semua. Indonesia benar-benar punya potensi benar-benar untuk menjadi negara maju,” ujarnya.

Prabowo menyebut sikap optimistis dari Jokowi untuk mewujudkan visi Indonesia Maju selepas kepemimpinannya dapat terwujud oleh Presiden selanjutnya. “Bisa [jadi negara maju] sekarang saja kalau tidak salah GDP kita sudah US$1,5 triliun, diperkirakan sekarang ekonomi kita sudah ke 16 besar dan diperkirakan kita sangat mungkin menjadi ekonomi keempat terbesar di dunia kalau kita pandai memanfaatkan keadaan. Jadi itu titipan beliau kepada kita-kita. Saya kira itu intinya,” tuturnya.

Sementara Airlangga Hartarto menyebut dalam pertemuan lebih dari 2,5 jam itu benar-benar tidak membahas Pemilu 2024, sebab hal tersebut merupakan isu internal masing-masing partai. “Kami bicara konten bicara isi pembangunan. Jadi kalau masalah [politik dan strategi pemilu] itu masing-masing partai,” jelas Ketum Partai Golkar itu.

Tak bisa lepas dari politik Pilpres

Meskipun tak bicara soal politik dan pencapresan, namun tetap saja nuansa kepentingan politik sangat kental dalam pertemuan itu. Tidak diundangnya Partai Nasdem, yang jelas-jelas masih partai koalisi pemerintah sudah menyisyaratkan ada latar belakang politik dalam pertemuan tersebut. Semua tahu bahwa Partai Nasdem mengusung Anies Baswedan sebagai calon presiden.

Padahal partai lain dalam koalisi pendukung pemerintah memilih capres yang berbeda-beda. Gerindra telah memutuskan mengusung Prabowo Subianto yang didukung oleh PKB. Keduanya tergabung dalam koalisi Kebangkitan Indonesia Raya. Sementara PDIP mengusung Ganjar Pranowo sebagai capres, didukung oleh PPP. Sementara Golkar dan PAN sudah menggadang-gadang Airlangga Hartanto sebagai calon presiden.

Partai-partai yang hadir juga termasuk yang mewacanakan koalisi partai besar. Karena itu tak heran pengamat menilai pertemuan ini untuk memperlancarkan pembentukan koalisi partai besar. Koalisi yang belum terbentuk secara resmi ini disebut-sebut telah mempersiapkan Prabowo Subianto sebagai capresnya.

Sebelum pertemuan ini, Jokowi juga terlihat sangat sibuk terlibat dalam isu-isu pencapresan. Dari mulai menyebut-nyebut dukungan kepada calon presiden hingga terlibat dalam wacana koalisi besar. Sejak tahun lalu, Jokowi sudah memunculkan nama-nama tokoh capres bahkan terkesan seperti meng-endorse tokoh-tokoh tersebut.

Misalnya dengan menyebut sosok pemimpin berambut putih sebagai calon presiden dan kemudian terbukti keluarnya keputusan DPP PDI Perjuangan kepada Ganjar Pranowo. Jokowi juga sempat terang-terangan mendukung Prabowo Subianto sebagai calon presiden. Elektabilitas Prabowo Subianto semakin menanjak usai di-endorse oleh Jokowi di beberapa kesempatan. Jokowi juga ingin menunjukkan Prabowo merupakan sosok yang pantas untuk meneruskan programnya.

Mengapa Jokowi tidak menyebut-nyebut Anies Baswedan padahal diusung oleh partai koalisi pemerintahannya yakni Nasdem? Anies Baswedan, dianggap tidak sejalan dengan fatsun politik presiden Jokowi. Jokowi, PDI Perjuangan dan partai koalisi pendukung pemerintah lainnya mulai menjaga jarak ketika Nasdem mengumumkan Anies Baswedan sebagai capres.

Sibuk carikan penggantinya

Melihat fenomena kerja keras Jokowi di penghujung masa jabatannya ini tak heran jika kemudian muncul pertanyaan apa maksud dari semua ini? Orang awam saja bisa melihat bahwa Jokowi tengah berusaha untuk menciptakan legacy atau warisan pemimpin berikutnya.

Jokowi tampaknya sedang berusaha menjadi the real king maker di Pemilu nanti dan menciptakan ‘All Jokowi’s Men’ di Pilpres 2024. Tak hanya mengkonsolidasikan para elit partai, tapi juga para relawannya untuk mendukung calon presiden yang ia persiapkan.

Ini berbeda dengan presiden-presiden sebelumnya yang terlihat tidak ingin terlalu terlibat soal siapa pengganti pada periode berikutnya. Biasanya presiden ketika menjelang berakhirnya masa jabatannya, sibuk menuntaskan program dan janji-janjinya yang belum sempat diselesaikan.

Tentu saja ini tidak terlepas dari keinginan Jokowi agar presiden mendatang bisa meneruskan kebijakan yang telah diambilnya selama menjabat. Beberapa proyek besar belum selesai seperti pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) hingga proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung. Ganjar dan Prabowo bisa dinilai sebagai sosok yang paling pas untuk melanjutkan program-programnya.

“Jokowi sangat berkepentingan, karena agenda utamanya adalah bagaimana legacy-nya seperti IKN dilanjutkan, makanya ada istilah ‘All Jokowi’s Men’ itu merujuk kedua capres Ganjar dan Prabowo,” ujar Ali Rif’an, Direktur Eksekutif Arus Survei Indonesia dalam sebuah kesempatan,

Pesannya jelas, Jokowi ingin menyampaikan kepada publik bahya dirinya adalah penentu bandul sosok capres di Pilpres 2024. Rencana besar pembangunannya tak mau diganggu atau dibatalkan dengan kehadiran sosok pemimpin yang tidak sejalan dengan keinginannya.

Back to top button