Market

Rupiah Jeblok, Pedagang Elektronik Melihat Masa Depan Semakin Gelap

Selasa, 01 Nov 2022 – 20:17 WIB

Pedagang elektronik tertimpa tangga gara-gara mahalnya dolar AS.

Mencermati semakin anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, David Widjaja, pemilik toko elektronik di kawasan Cinere, Depok, Jawa Barat, hanya bisa menarik nafas panjang. Menjelang tutup tahun, bayangannya benar-benar gelap.

“Akhir tahun kayaknya gelap mas. Dolar AS naik terus, elektronik pasti naik harga. Tapi mau dinaikkan berapa lagi. Lha, daya beli saat ini, terus melemah. Kayaknya cuan tidak besar-besar,” ungkap David kepada Inilah.com, Selasa (1/11/2022).

Kegalauan David masuk akal. Dalam penutupan perdagangan Selasa (1/11), nilai tukar dolar AS dibanderol Rp15.623. Atau turun 30 poin yang setara 0,19 persen dari posisi Rp15.598 per US$ pada penutupan perdagangan Senin (31/10/2022). Lantaran sebagian besar bahan baku produk elektronik adalah impor, berdampak kepada harga jualnya.

Menaikkan harga ketika daya beli masih lemah, menurut David, sama halnya dengan bunuh diri. Harga belum naik saja, penjualan sepi. “Apalagi kalau harga naik, semakin sepi penjualan. Saat ini, jangan bicara untung. Bisa balik modal saja sudah untung,” tutur David.

Sejatinya, kata David, harga jual produk elektronik sudah naik pada April lalu. Lantaran pemerintah menetapkan kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 11 persen. “Saat itu, rata-rata naik kurang dari 10 persen. Ya sekitar 7 persen. jadi kalau mau kita naikkan, berat juga ke kitanya mas,” tuturnya.

Di tengah sitausi sulit, David tak mati akal. Dia menawarkan diskon khusus untuk produk elektronik yang dijualnya. Selain itu, dia menggandeng banyak perusahaan pembiayaan. “Akan tetapi, konsumen sekarang pinter-pinter. Mereka mau nyicil juga mikir bunganya berapa. Apalagi Bank Indonesia, katanya mau naikkan lagi suku bunga acuan. Kayaknya memang gelap tahun ini mas,” pungkas David.

Back to top button