Kanal

Jelang Duel Denny Siregar vs Habib Novel, Apa yang Boleh dan Dilarang Saat Tinju?

Ring tinju kini tidak hanya menjadi ajang olahraga prestasi tapi juga menjadi pembuktian gengsi, saling unjuk kekuatan demi memenangkan persaingan. Lihat saja beberapa artis memilih adu pukul di ring untuk membuktikan siapa pemenangnya. Tak kalah seru adalah tantangan Denny Siregar terhadap Habib Novel Bamukmin.

Tantangan duel muncul dari pegiat media sosial Denny Siregar terhadap Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PA 212 Habib Novel yang menyatakan siap meladeni tantangan itu. Belakangan, Denny meminta nilai dari pertarungan tersebut mencapai Rp500 juta dari semula Rp50 juta. Denny juga meminta lokasi duel berada di Pulau Bali pada 24 Mei 2022. Dia juga yang akan menyiapkan teknisnya. Entah jadi atau tidak pentas duel dua bintang yang selalu berseberangan pendapat itu, publik masih menunggunya.

Sebelumnya, publik juga menyaksikan duel di ring antara artis Vicky Prasetyo dengan Azka Corbuzier. Kini muncul tantangan duel tinju serupa dari pengacara terkenal Hotman Paris terhadap sesama pengacara lainnya Otto Hasibuan untuk menyelesaikan perseteruannya. Ada pula rencana naik ring antara Lord Rangga dengan Vicky Prasetyo.

Pertandingan tinju prestise seperti ini diramalkan bakal marak. Menyelesaikan masalah, entah itu berbalut hiburan atau semata-mata karena murni sebagai pembuktian siapa yang lebih jago menjadi alternatif menyelesaikan masalah.

Terlepas dari pro-kontra tentang maraknya duel ini, ada baiknya kita semua tahu apa sebenarnya olahraga tinju dan bagaimana aturan permainannya. Termasuk apa yang boleh dan yang tidak dilakukan saat berada di atas kanvas.

Olahraga Berbahaya

Sejak awal, tinju adalah olahraga kontak yang melelahkan di mana pemain, saling melemparkan pukulan untuk menjatuhkan atau menang berdasarkan poin. Sejarah olahraga tinju dimulai di Mesir sejak 3000 tahun SM (sebelum masehi). Olahraga yang masuk kategori seni bela diri itu mulai dikenal setelah diikutsertakan dalam Olimpiade kuno yang digelar orang-orang Yunani pada abad ke-7.

Ketika itu, tangan petinju dilapisi oleh kulit lembu. Lengan mereka juga dipakaikan bahan serupa sebagai pelindung. Bangsa Romawi turut mempopulerkan olahraga tinju yang identik dengan kekerasan, dengan cara yang lebih ekstrem. Para petinju yang saat itu bertarung di arena gladiator, harus menggunakan saung tangan bertabur logam. Kondisi itu membuat olahraga tinju menjadi pertarungan hidup mati di mana petarung yang kalah biasanya harus meregang nyawa.

Seiring waktu, aturan tinju terus mengalami penyempurnaan mengingat olahraga baku hantam ini juga berbahaya dan terus menimbulkan korban jiwa. Bahkan banyak kalangan pengamat dan medis meminta olahraga ini dihapuskan.

Sebenarnya sudah banyak aturan keamanan yang diterapkan dalam permainan tinju ini. Dari mulai perangkat yang digunakan hingga larangan memukul bagian-bagian tertentu terhadap musuh. Aturan ini pun terus mendapat penyempurnaan.

Aturan umum dalam olahraga tinju meliputi, petinju tidak boleh memukul di bawah ikat pinggang, menendang, menanduk, menggigit, mendorong, atau meludahi lawan. Petinju juga tidak boleh menyerang dengan kepala, lengan, atau siku. Tidak boleh juga memukul dengan sarung tangan terbuka, pergelangan tangan, atau backhand dan hanya melakukan pukulan dengan tinju tertutup.

Larangan lainnya adalah tidak boleh menyerang lawan dari belakang, terutama mengenai belakang kepala, leher, atau ginjal. Ketika wasit memberi isyarat untuk istirahat, petarung harus patuh, mundur selangkah, dan menahan diri untuk tidak melakukan pukulan. Petinju juga harus menahan diri untuk tidak terus menyerang saat lawan sudah roboh.

Seorang petinju yang sudah terjatuh dan roboh ke lantai memiliki 10 detik untuk bangkit sebelum dinyatakan kalah dengan KO. Semua pertandingan dinilai oleh tiga juri. Itulah sebagian aturan yang terus berubah guna melindungi petinju dari cedera fatal dan terbunuh. Setiap aturan juga berbeda terhadap kelas tinju apakah amatir atau profesional.

Daerah Larangan Memukul

Tinju bukanlah pertarungan jalanan. Sebagai sebuah cabang olahraga bela diri, tinju memiliki aturan yang mengikat. Kita tahu bahwa tinju merupakan olahraga keras sangat rentan terjadi cedera hingga kematian bila petinju memukul beberapa bagian tubuh yang tidak boleh diserang.

Ada beberapa bagian tubuh yang tidak boleh diserang dalam tinju karena berbahaya:

– Kepala bagian belakang
Pada kepala bagian belakang ada otak kecil yang mengatur keseimbangan tubuh. Karena itu, bila dipukul, bisa berbahaya bagi petinju. Sebagian besar kasus kematian petinju ketika bertarung di atas ring karena akibat pukulan di belakang kepala.

– Area tenggorokan
Tenggorokan adalah jalan bagi pernafasan yang jika dipukul akan membuat petinju kesulitan bernafas. Jika petinju melepaskan pukulan ke arah tenggorokan akan membuat lawannya gagal nafas

– Ulu Hati
Bagian ulu hati sangat rentan menyebabkan petinju cedera dalam. Pukulan pada ulu hati itu juga bisa membuat seorang petinju gagal napas. Karena itu sangat berbahaya.

– Rusuk
Tulang rusuk bila dipukul bisa menimbulkan patah tulang rusuk yang membuat petinju mengalami cedera dalam. Ketika petinju melepaskan pukulan ke bagian rusuk, lawan akan langsung jatuh karena pukulan keras.

– Kemaluan
Kemaluan itu jelas sangat bahaya jika terkena pukulan seorang petinju. Sesuai aturan, bagian kemaluan dilarang untuk dipukul atau diserang. Petinju yang melakukan pukulan ke bagian kemaluan akan terkena pemotongan angka.

Jadi Anda berminat melakukan tinju dengan rival? Pelajari aturan mainnya dan berlatihlah dengan benar bersama pelatih profesional. Apalah artinya sebuah kemenangan demi sebuah gengsi tetapi malah mencederai rawan atau malah Anda sendiri yang mengalami luka berkepanjangan. [ikh]

Back to top button