Market

Jaga Kondisi Infrastruktur, Industri Minta Penerapan Batas Beban Bertahap

Aspek distribusi produk manufaktur yang berlebihan menjadi salah satu penyebab infrastruktur jalan lebih cepat rusak. Padahal anggaran pembangunan jalan sering berasal dari utang. Bagaimana pelaku industri menghadapi masalah ini?

Semen Indonesia Group (SIG) yang menjadi anggota Asosiasi Semen Indonesia (ASI) meminta agar pelaksanaan kebijakan Zero ODOL (Over Dimension Overload) dilakukan secara bertahap. ODOL dalam makna umum adalah kendaraan mengangkut muatan yang melebihi batas beban yang ditetapkan.

Dalam evaluasinya setelah mencoba menjalankan Zero ODOL, masih banyak kendala yang dihadapi pemimpin pasar (market leader) semen domestik ini. Salah satu yang masih menjadi kendala bagi SIG untuk menjalankan Zero ODOL ini adalah terkait penambahan truk angkutan. Apalagi pada saat penyesuaian terhadap mekanisme Zero ODOL itu banyak tambahan-tambahan yang dibutuhkan.

Hal itu disebabkan karena kapasitas armada itu akan turun separuh sehingga kapasitas angkutnya menjadi berkurang.

Kapasaitas Angkut Truk di Bawah 15 Ton 

“Yang tadinya rata-rata kita ngangkut 30 ton, nanti pada saat  Zero ODOL itu dijalankan maka sesuai dengan kapasitas truk sesuai dengan standarnya atau jumlah berat yang diizinkan (JBI), yang bisa diangkut itu hanya 12-15 ton saja, turun jauh sekali,” ujar Management Semen Indonesia Group, Achmad Nuril, Sabtu (9/9/2023) saat sosialisasi Sosialisasi Operasional Ekspeditur SIG.

Kondisi ini, kata Nuril, menyulitkan bagi SIG karena volume semen yang harus diangkut itu tidak turun. Sementara alat angkutnya harus turun 50 persen.  

“Nggak mungkin dong Semen Indonesia kemudian volumenya akan turun dari tahun lalu, kalau naik pasti. Sementara alat angkutnya harus turun 50 persen,” ucap Nuril.

“Artinya, hitung-hitungan wajar, kita akan butuh kendaraan itu dua kali lipat dan itu harus menambah kesiapan ongkos angkutnya sebanyak dua kali lipat juga,” tukasnya.

Namun demikian, kata Nuril, SIG saat ini sudah mencoba menjalankan Zero ODOL ini secara bertahap dengan mulai mengantisipasi kenaikan biaya operasional dengan melakukan beberapa langkah. Pertama, menyiapkan gudang-gudang yang memungkinkan di area-area tertentu, yang kemudian gudang itu akan menyebarkan di area itu.

“Harapannya, nanti dari pabrik, kita akan inject dengan kendaraan trailer yang volumenya gede ke gudang. Setahu saya, JBI trailer itu di kisaran 40 ton, dan 31 ton di tempelan,” jelas Nuril.  

“Dari gudang yang kita sudah siapkan di spesial area, semen-semen itu akan diangkut dengan memakai feeder atau kendaraan yang lebih kecil,” katanya.    

Pola seperti itu, menurut Nuril, akan membantu biaya operasional meski tidak turun terlalu ekstrim. “Tapi, kita setidaknya bisa menekan biaya lebih rendah lagi,” ungkapnya. 
 

Back to top button