Market

INILAHREWIND: Rupiah Terkapar di Lumbung Surplus Neraca Perdagangan

Tak tanggung-tanggung sebanyak 1.322 poin, nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS sepanjang 2022 (year to date). Padahal, neraca perdagangan menunjukkan tren surplus dalam 31 bulan beruntun.

Tergerusnya mata uang garuda itu salah satunya diperparah oleh para eksportir yang tak sabaran memarkirkan devisa hasil ekspor (DHE) mereka di dalam negeri.

“Di tengah neraca perdagangan yang 31 bulan beruntun surplus, eksportir yang memarkirkan DHE di dalam negeri tidak melakukannya dalam waktu yang lama,” kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede kepada Inilah.com di Jakarta, baru-baru ini.

Akibatnya, kondisi likuditas dolar AS di dalam negeri cenderung mengetat dibandingkan periode-periode sebelumnya.

Badan Pusat Satistik mencatat neraca perdagangan Indonesia kembali surplus US$5,16 miliar pada November 2022. Capaian ini mengalami surplus dalam 31 bulan beruntun.

Ketidaksabaran para eksportir memarkir dananya di dalam negeri, lanjut dia, lantaran selisih atau perbedaan yang lebar antara suku bunga deposito mata uang asing atau valuta asing (valas) perbankan nasional dengan perbankan di negara tetangga, seperti Singapura.

Berlaku 9 Desember 2022 hingga 31 Januari 2023, Lembaga Penjamin Simpanan menetapkan tingkat bunga penjaminan valas di bank umum sebesar 1,75 persen. Bandingkan dengan rata-rata bunga deposito dolar AS di perbankan Singapura di kisaran 2,95-3,86% untuk tenor satu bulan. Untuk tenor 12 bulan, bahkan bunga deposito menembus hingga 5,1%.

Karena itu, menurut Josua, para eksportir melihat tidak adanya insentif yang cukup besar bagi DHE yang diparkir lama di dalam negeri. “DHE memang masuk dari hasil ekspor tapi tidak lama parkirnya di dalam negeri, karena lebih suka parkir di perbankan luar negeri,” timpal Josua.

Dengan melemah di atas 1.300 poin, nilai tukar rupiah rontok 9,25% hingga saat ini berdasarkan kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor). Angka itu dihitung dari posisi 14.278 pada 31 Desember 2021 ke angka 15.601 pada 21 Desember 2022 (year to date).

Sepajang tahun, rupiah mencapai level terlemahnya di 15.742 pada 30 November 2022 dan terkuatnya di 14.270 pada 3 Januari 2022.

Jisdor adalah kurs referensi mata uang rupiah terhadap dolar AS yang disusun berdasarkan kurs transaksi valuta asing terhadap rupiah antarbank di pasar domestik. Ini dilakukan melalui sistem monitoring transaksi valuta asing terhadap rupiah di BI secara real time.

Lebih jauh Josua menjelaskan pemicu tergerusnya rupiah di 2022 dibandingkan tahun sebelumnya. Salah satunya adalah dolar AS yang menguat terhadap semua mata uang di dunia. “Pelemahan tajam rupiah terjadi pada September-Oktober 2022 ketika inflasi di Amerika Serikat (AS) berada di level tinggi,” papar dia.

Biro Statistik Tenaga Kerja AS mengumumkan, indeks harga konsumen (IHK) di Negeri Paman Sam pada Juni 2022 tumbuh 9,1% secara tahunan (year on year/yoy). Realisasi tersebut menjadi yang tertinggi dalam kurun 40 tahun terakhir.

Kondisi itu membuat tren kebijakan moneter dari The Fed masih cukup hawkish alias prokebijakan moneter ketat. Hal ini memicu sentimen negatif di pasar keuangan global. “Dolar AS pun pernah di level Rp15.700-an pada periode Oktober dan November 2022,” ungkap Josua.

Namun demikian, rupiah relatif stabil belakangan ini. Secara fundamental, Indonesia mengalami surplus neraca perdagangan selama 31 bulan beruntun, sejak Mei 2020.

“Itu sebetulnya bisa menjadi salah satu faktor yang menjaga momentum surplus neraca perdagangan dan pulihnya nilai tukar rupiah,” sambungnya.

Apalagi, jika eksportir cukup bersabar untuk menyimpan DHE lebih lama di dalam negeri. Sebab, inflasi cenderung terkendali dan tren pertumbuhan ekonomi dari kuartal I, II hingga III-2022 meningkat.

“Jadi memang pelemahan rupiah lebih karena faktor sentimen yang terjadi di pasar keuangan global dibandingkan faktor fundamental,” ucapnya.

Di pasar keuangan domestik, sambung dia, masih terjadi capital outflow di pasar obligasi. Sementara di pasar saham masih mencatatkan net capital inflow.

Bank Indonesia pun berjibaku untuk tetap berada di pasar, agar pelemahan rupiah tidak terlalu liar. BI melakukan triple intervention atau intervensi berlapis tiga, yakni di pasar domestik Surat Berharga Negara (SBN), pasar spot dolar-rupiah, dan pasar domestik derivatif alias non-deliverable forward atau NDF.

“Ketiga intervensi ini terus dilakukan agar bisa menjaga pelemahan rupiah ini, paling tidak (pelemahannya) sebanding dengan pelemahan mata uang Asia lainnya,” tuturnya.

Intervensi BI di pasar membuat posisi cadangan devisa tergerus menjadi US$134 miliar pada akhir November 2022 dari posisi akhir Januari 2022 sebesar US$141,3 miliar.

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 5,8 bulan impor atau 5,6 bulan impor sekaligus pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Dalam hitung-hitungan Josua, rupiah melemah 8,6% (year to date). Posisi ini realtif lebih baik dibandingkan dengan mata uang negara lain, seperti yuan China yang melamah 9% dan rupee India yang melemah lebih dari 10%. “BI menjaga agar pelemahan rupiah tidak jauh dari level fundamentalnya,” timpal dia.

Meski terhitung telat, pada Kamis (22/12/2022), BI meluncurkan instrumen operasi pasar valas baru yang diharapkan dapat membuat DHE banyak diparkir di dalam negeri lebih lama ketimbang di Singapura. Instrumen tersebut memberikan imbal hasil deposito valas yang kompetitif berdasarkan mekanisme pasar.

“Bank bisa pass-on simpanan DHE dari para eksportir. Jadi eksportir menyimpan dana ke perbankan, terus perbankan bisa pass-on ke BI dengan mekanisme pasar dan suku bunga atau imbal hasil yang menarik,” tutur Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Kamis (22/12/2022).

Ia mencontohkan jika rata-rata bunga deposit valas negara lain ada di angka 3,70%, BI akan menawarkan bunga kepada perbankan di kisaran 3,75-4,0% melalui lelang. “Bank akan tetap mendapatkan spread. Tergantung kondisi akan bergerak dari waktu ke waktu karena mekanisme pasar sesuai perkembangan yang ada dengan suku bunga dan daya tarik eksportir untuk ini,” ujar Perry.

Semoga para eksportir jadi betah menempatkan dananya lebih lama di dalam negeri, Pak Perry…!

Back to top button