Market

Inilah Negara yang Gagal dan Berhasil Terapkan Redenominasi Mata Uang

Isu redenominasi rupiah semakin kencang pasca beredarnya pesan berantai melalui grup WhatApps (WA), menyatakan Bank Indonesia (BI) sudah mengedarkan mata uang versi redenominasi.

Namun, pihak BI buru-buru membantah kabar tersebut. Sejatinya, BI bersama Kementerian Keuangan (Kemenkeu) sudah sejak lama meletupkan wacana penyederhanaan uang rupiah (redenominasi) itu.

Jika Indonesia jadi meredenominasi rupiah, bukan berarti menjadi negara pertama. Karena, sejumlah negara sudah melakukannya. Bahkan mulai 1944, lantaran krisis ekonomi berat alias hiperinflasi.

Deretan Negara yang Melakukan Redenominasi Mata Uang

Banyak negara yang sudah menyederhanakan mata uangnya. Ada yang berhasil membuat mendongkrak ekonomi negaranya menjadi stabil, bahkan naik tinggi. Ada pula beberapa negara yang ekonominya malah merosot gara-gara redenominasi.

Negara-negara Berhasil Redenominasi

1. Hungaria

negara yang melakukan redenominasi mata uang
Mata uang Hungaria, forint (Foto: Istock)

Redenominasi paling signifikan dalam sejarah dunia terjadi di Hungaria pada tahun 1946. Saat itu, mata uangnya pengő diubah ke forint dengan nilai tukar 400 octillion menjadi 1.

Uang kertas denominasi tertinggi, ketika itu memiliki nilai 20 octillion (2×1027) pengős, dan nilai tukarnya hanya USD 0,0435.

Hungaria meredenominasi mata uangnya lantaran mengalami hiperinflasi paling parah yang tercatat dalam sejarah.

Ternyata itu bukan redenominasi pertama di negara ini. Setelah Perang Dunia I, krona Hungaria, yang merupakan mata uang nasional saat itu, mengalami inflasi yang sangat tinggi.

Dengan pinjaman dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pemerintah Hungaria menggantinya dengan pengő dengan perbandingan 12.500∶1.

Mata uang baru dipatok dengan standar emas, dan untuk beberapa waktu, menjadi yang paling stabil di negara tersebut.

Saat hiperinflasi berlanjut, pemerintah Hungaria memutuskan untuk mengganti mata uang yang terdepresiasi dengan forint pada Agustus 1946.

Saat ini, forint Hungaria tetap menjadi mata uang nasional negara tersebut dan dianggap sebagai mata uang yang relatif stabil.

2. Turki

Turki juga pernah memutuskan redenominasi pada 1 Januari 2005. Langkah itu diambil karena nilai tukar lira terhadap dolar AS, menukik tajam.

Mata uang lira (TL) diubah menjadi lira baru (YTL). Konversi mata uang lama ke baru yang dilakukan itu dengan menghilangkan sebanyak 6 angka nol, misal 1 YTL untuk 1.000.000 TL.

Pemerintah Turki sangat berhati-hati menggunakan langkah redenominasi. Turki membutuhkan waktu 7 tahun sebelum memutuskannya karena memperhatikan stabilitas perekonomian negeri mereka.

Dalam kurun waktu 7 tahun pula, Turki mulai menarik uang lira lama dan menggantinya dengan mata uang yang baru.

Selama redenominasi, awalnya banyak warganya yang masih kebingungan dalam transaksi dengan dua mata uang yang berbeda.

Stabilitas ekonomi dan tingginya pertumbuhan ekonomi Turki saat itu, membuat redenominasi berhasil di negara ini.

Meski demikian, beberapa tahun setelah sukses melakukan redenominasi, negara ini juga akhirnya dilanda krisis ekonomi parah.

Krisis ekonomi di Turki bahkan masih berlanjut hingga saat ini. Meski sudah menyederhanakan mata uangnya, lira kembali terjun bebas di hadapan dollar AS.

3. Ukraina

Ukraina melakukan redenominasi pada tahun 1996. Alasan Ukraina menyederhanakan mata uang karena hiperinflasi pada 1990-an, dampak pecahnya Uni Soviet.

Pemerintahnya melakukan penggantian mata uang Ukraina, kabovanets menjadi hryvnias dengan menyederhanakan 5 angka terakhir. Misalnya, 100.000 kabovantsiv diganti menjadi 1 hryvias.

Langkah redenominasi ini, mampu membuat ekonomi di Ukraina menjadi lebih stabil.

4. Rumania

Pemerintah Rumania juga mengambil kebijakan redenominasi pada tahun 2005. Ini dilakukan demi mengatasi inflasi yang tinggi di tahun 1990-an.

Mata uang Rumania Lei (ROL) diganti menjadi Leu (RON) dengan memangkas 4 angka di belakang. Contoh 10,000 Lei menjadi 1 Leu. Cara tersebut, membuat nilai mata uang Rumania pada tahun 2002 stabil.

Namun di diantara negara yang berhasil keluar dari krisis ekonomi parah, ada juga negara yang harus menelan pil pahit gara-gara memangkas sederet angka nol di belakang nilai mata uang.

Negara-negara Gagal Redenominasi

1. Brasil

Istockphoto 1036287232 612x612 - inilah.com
Mata uang Brasil, cruzado (Foto: Istock)

Negeri Samba ini telah melakukan redenominasi sebanyak enam kali. Pertama kali, Brasil memangkas nol dalam mata uangnya pada 1986. Namun, Brasil harus gagal. Tidak menyerah, Brasil mengulang kembali pada 1994.

Brasil kemudian mengganti mata uangnya dari cruzeiro menjadi cruzado. Namun, kurs mata uangnya justru terdepresiasi secara tajam terhadap dolar AS, hingga mencapai ribuan cruzado untuk setiap dolar AS.

Kegagalan karena pemerintah Brasil tidak mampu mengelola inflasi yang pada waktu itu mencapai 500 persen per tahun.

Presiden Nicolas Maduro, di tengah hiperinflasi, kembali memangkas lima angka nol dalam mata uang Brasil. PendahulunMaduro, Chavez, juga menghapus tiga angka nol dari Bolívar pada 2008, tetapi itu gagal mencegah hiperinflasi.

2. Rusia

Rusia pernah meredenominasi mata uangnya, namun upaya mengganti mata uang lama tak berjalan sesuai rencana. Di awal redenominasi, nilai tukar kurs mata uang rubel Rusia sempat terjun bebas.

Negeri Beruang Putih itu kurang melakukan sosialisasi masif penggunaan mata uang baru dan penarikan bertahap mata uang lama.

Kondisi keuangan negara yang sulit juga berkontribusi pada kegagalan redenominasi. Namun, politisi dan media Rusia justru menyatakan redenominasi sukses.

3. Korea Utara

Pada 30 November 2009, pemerintah Korea Utara meredenominasi ulang mata uang negara itu, won. Korea Utara membatasi  jumlah uang kertas lama dan menukarnya dengan uang kertas baru.

Redenominasi Pyongyang berarti 100 won sekarang bernilai 1 won.

Namun, Korea gagal mengeksekusi redenominasi tersebut. Kegagalan ini dipicu, stok mata uang baru yang terbatas. Ketika warga hendak menggantikan uang lama won ke uang baru, stok uang baru tidak tersedia.

Banyak kalangan menilai, redenominasi mata uang won Korea Utara dilakukan di waktu yang kurang pas, karena saat itu tengah dilanda krisis.

4. Zimbabwe

Banknotes Of Zimbabwe After Hyperinflation - inilah.com
Mata uang Zimbabwe (Foto: Istock)

Zimbabwe melakukan tiga kali redenominasi. Karena hiperinflasi yang parah.

Pada awalnya, kurs dollar Zimbabwe kedua adalah 250 ZWN hingga US$1. Tetapi ketika inflasi melebihi 1.000%, mencapai 30.000 ZWN hingga 1 USD pada 2007.

Pada 2008, mata uang itu didenominasi kembali lagi, dengan nilai 10 miliar ZWN (dolar ke-2) ke 1 ZWR baru (dolar ke-3). Pada saat itu, nilai ZWN turun menjadi sekitar 688 miliar per US$1.

Kemudian, pada November 2008, hiperinflasi mencapai tingkat bulanan sebesar 79,6 miliar persen.

Jadi, pada tahun 2009, redenominasi ketiga memotong 12 nol dari nilai nominal ZWR. Nilai tukarnya adalah 1.000.000.000.000 ZWR untuk 1 dollar keempat baru (ZWL).

Terakhir, pada April 2009, pemerintah Zimbabwe baru memutuskan untuk mendemonstrasikan dolar Zimbabwe dan melegalkan beberapa mata uang asing, seperti rand Afrika Selatan, dolfar AS, euro, yuan China, dan lain-lain.

Baca berita dan artikel menarik lain Inilah.com di Google News.

Back to top button