NewsKanal

Inilah Karir dan Kontroversi Dudung Abdurachman yang Membawanya ke Kursi KSAD

Presiden Joko Widodo resmi melantik Letnan Jenderal TNI Dudung Abdurachman sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) di Istana Negara pada Rabu (17/11/2021). Langsung naik pangkat menjadi bintang empat, Dudung menggantikan Jenderal Andika Perkasa yang juga diambil sumpahnya sebagai Panglima TNI.

Perjalanan karir pria kelahiran Bandung, 19 November 1965 ini terbilang moncer dan sangat cepat. Ia baru saja menjabat sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) pada Mei 2021 lalu. Hanya dalam hitungan enam bulan berpindah posisi memegang tampuk tertinggi di Angkatan Darat.

Dudung memulai karir militer sejak lulus Akademi Militer (Akmil) pada 1988. Tercatat pernah menjadi Danton III, II, dan I di Kompi B Yonif 744/Satya Yudha Bakti. Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pernah menjadi (Danyon) infanteri yang paling garang ini, atau kini menjadi Yonif Raider Khusus 744/Satya Yudha Bhakti (SYB).

Ia juga pernah menjabat sebagai Dandim 0406/Musi Rawas, Dandim 0418/Palembang, Aspers Kasdam VII/Wirabuana (2010-2011). Dudung juga pernah menjabat sebagai Wakil Asisten Teritorial KSAD serta menjadi Gubernur Akmil (2018-2020).

Penerima jasa Bintang Kartika Eka Paksi Nararya (2003) ini setelah dari Gubernur Akmil kemudian berlabuh di Kodam Jaya Jakarta pada Juli 2020 sebagai Panglima Kodam. Suami dari Rahma Setyaningsih dengan tiga orang putra putri ini pun diangkat menjadi Pangkostrad pada Mei 2021.

Dudung juga mengalami beberapa pengalaman menarik. Saat bertugas di Aceh sebagai Danrindam, Ia pernah menceritakan pengalaman menariknya ketika berada daerah konflik. Saat itu, ada konflik dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Dudung selalu membekali anggotanya dengan dua setel kain kafan. Hal itu bertujuan untuk jaga-jaga ketika yang bersangkutan meninggal dunia saat baku tembak dengan GAM.

“Jika yang bersangkutan meninggal dunia, itu bisa diperlakukan dengan baik,” katanya, seperti ditulis Antara ketika itu.

Menurut Dudung, kala itu kondisi masyarakat Aceh sangatlah sulit karena itu berinisiatif meminta anggota pasukannya untuk berbagi. Meski beda paham, ia menganggap bahwa warga di sana adalah rakyat Indonesia juga.

“Saya bilang ke anak buah saya, kalian dapat beras 18 kilogram. Saya potong satu kilogram. Beras itu kamu kumpulkan, kemudian setiap patroli ketemu masyarakat, beras itu kamu kasihkan. Karena meski beda paham, mereka tetap rakyat kita,” ujar Dudung.

Pengalaman masa lalunya yang sempat ia ungkapkan adalah ketika sebelum menjadi tentara, Dudung kecil harus membantu memenuhi kebutuhan hidup keluarga, selepas sang ayah meningga ketika ia masih duduk di bangku SMP. Ia membantu sang ibu mencari uang dengan menjual koran dan kue di lingkungan Kodam III/Siliwangi, Jawa Barat.

Nama Dudung Abdurachman melambung ketika menjabat posisi Pangdam Jaya. Karirnya pun langsung melesat berbarengan dengan berbagai kebijakannya ketika itu yang mencuri perhatian publik.

Ada beberapa kontroversi yang mencuat yang kemudian membawanya ke kursi tinggi di Angkatan Darat itu di antaranya:

Baliho FPI dan Habib Rizieq

Pada November 2020, Dudung yang menjabat sebagai Pangdam Jaya memerintahkan anak buahnya mencopot baliho Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) ketika itu Muhammad Rizieq Shihab. Peristiwa ini terjadi saat Habib Rizieq hendak pulang dari Arab Saudi.

Saat itu, banyak simpatisan organisasi yang berdiri pada 1998 itu yang memasang baliho Rizieq di Jakarta. Namun, karena tak berizin, Satpol PP melakukan penertiban. Sedangkan TNI ikut serta membantu proses tersebut.

“Beberapa kali Satpol PP menurunkan, dinaikkan lagi. Perintah saya itu. Begini. Kalau siapapun di republik ini, ini negara hukum, harus taat kepada hukum, kalau masang baliho sudah jelas ada aturannya, ada bayar pajak, dan tempat ditentukan, jangan seenaknya sendiri, seakan akan dia paling benar,” kata Dudung saat itu.

Ancam Kalau Perlu Bubarkan FPI

Sikap kerasnya kepada FPI berlanjut. Ketika itu sebagai Pangdam Jaya, Dudung dengan tegas meminta membubarkan organisasi pimpinan Habib Rizieq Shihab itu bila perlu.

“Jangan seenaknya sendiri, seakan akan dia paling benar. Tidak ada itu. Jangan coba-coba pokoknya. Kalau perlu FPI bubarkan saja itu. Bubarkan saja,” ucap Dudung.

Usai pernyataan Dudung tersebut, selang 10 hari kemudian, pemerintah kemudian membubarkan FPI pada 30 Desember 2020. Pemerintah membubarkan FPI melalui Surat Keputusan Bersama enam menteri dan kepala lembaga melalui pengumuman pada 30 Desember 2020.

Pernyataan Semua Agama Benar

Setelah perseteruan dengan FPI mereda, Dudung kembali terkena sorot tak lama setelah menjadi Pangkostrad. Di depan para personel Yon Zipur 9 Kostrad dan Ibu Persit dalam kunjungan kerja di Bandung, ia meminta para prajurit menghindari fanatik belebihan pada suatu agama.

“Bijaklah dalam bermain media sosial sesuai dengan aturan yang berlaku bagi prajurit. Hindari fanatik yang berlebihan terhadap suatu agama, karena semua agama itu benar di mata Tuhan,” ucap Dudung.

Ucapannya itu menuai kritik. Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH M Cholil Nafis menyebut persepsi semua agama benar adalah kurang tepat. Cholil beralasan setiap pemeluk agama meyakini bahwa agama yang dianutnya adalah agama yang benar sesuai keyakinannya.

“Semua agama benar. Itu menurut Pancasila untuk hidup bersama di Indonesia. Tapi dalam keyakinannya masing-masing pemeluk agama tetap yang benar hanya agama saya. Nah, dalam bingkai NKRI kita tak boleh menyalahkan agama lain apalagi menodai. Toleransi itu memaklumi bukan menyamakan,” tulis KH Cholil Nafis di Twitter, pada 15 September silam.

Terlepas dari perjalanan karirnya yang cemerlang yang berbarengan dengan sejumlah kontroversi, sebagai KSAD baru, Dudung Abdurachman memiliki segudang tugas yang strategis. Terutama menyesuaikan rencana strategisnya dengan visi misi Panglima TNI. Juga membangun TNI yang mampu membangun kualitas prajurit TNI dan membaca ancaman baik radikalisme maupun separatisme serta menghadapi perang siber.

Selamat bertugas, Jenderal!

Back to top button