News

Ibunda Nahel Yakin Rasialisme Jadi Motif Penembakan Anaknya oleh Polisi Prancis

Ibu dari pemuda 17 tahun bernama Nahel, yang beberapa hari lalu tewas ditembak oleh polisi Prancis, mengatakan bahwa dia yakin rasialisme menjadi motif kematian putra tercintanya.

Dalam wawancara yang disiarkan pada saluran TV France 5, ibunda Nahel, Mounia, mengatakan bahwa petugas polisi itu ‘melihat wajah seorang Arab, seorang anak kecil’, dan ‘ingin mengambil nyawanya’.

Mounia mengatakan dia tidak berniat menyalahkan seluruh institusi penegak hukum, dia hanya menuntut seorang petugas polisi yang membunuh putranya.

“Saya tidak menyalahkan (institusi) polisi. Saya menyalahkan satu orang: orang yang merenggut nyawa anak saya,” katanya seperti dikutip kantor berita Anadolu Agency, Jumat (30/6/2023).

Rasialisme Polisi

Nahel ditembak mati oleh polisi pada Selasa (27/6/2023) di daerah pinggiran Paris, Nanterre, setelah dia melanggar undang-undang lalu lintas dan menolak menepi, menurut jaksa.

Jaksa pada Kamis (29/6/2023) mengatakan bahwa petugas yang membunuh Nahel itu telah didakwa dengan pembunuhan secara disengaja dan ditahan dalam penahanan pra-sidang.

Pengacara polisi tersangka pembunuhan, Laurent-Franck Lienard, mengatakan kepada BFMTV bahwa kliennya merasa ‘hancur’ serta meminta ‘maaf dan pengampunan dari keluarga korban’.

“Dia tidak bangun pada pagi hari untuk membunuh orang. Dia tidak ingin membunuh,” tambahnya.

Kerusuhan pecah di Prancis pada Kamis malam usai kematian Nahel yang tewas ditembak polisi. Para pengunjuk rasa mencoba membakar balai kota di Clichy di daerah pinggiran kota Paris, menurut rekaman video yang beredar di media sosial.

Kerusuhan tersebut mendorong otoritas setempat untuk memberlakukan jam malam. Di Meudon –9,1 kilometer dari pusat kota Paris– misalnya, jam malam berlaku mulai pukul 22.00 sampai 06.00, kata wali kota setempat.

Jean-Didier Berger, wali kota Kota Clamart, yang terletak 8,7 kilometer dari pusat kota Paris, juga memutuskan untuk memberlakukan jam malam mulai pukul 22.00 hingga 06.00 sampai hari Senin (3/7/2023).

Valerie Pecresse, Presiden Dewan Regional Île-de-France, juga mengumumkan bahwa layanan bus dan trem di dalam dan sekitar Paris dihentikan setelah pukul 22.00 pada Kamis untuk melindungi karyawan dan penumpang.

Back to top button