Market

Harga Beras Tak Kunjung Turun, Ombudsman Sebut Proyek Bendungan Indramayu Pemicunya


Kenapa masalah beras tak kunjung tuntas? Anggota Ombudsman RI Yeka Hendra Fatika membeberkan biang keladi mahalnya harga beras sejak awal 2024 hingga kini.

“Jadi harga beras sekarang tinggi penyebabnya adalah karena permasalahan produksi benar-benar turun. Sejumlah daerah di Pulau Jawa mengalami gagal panen,” kata Yeka Jakarta, dikutip Kamis (29/2/2024).

Berdasarkan pantauan langsung di beberapa kecamatan di Indramayu, Jawa Barat, kata Yeka, mengalami gagal panen saat musim tanam gadu pada Oktober 2023. Ternyata karena ada pembangunan bendungan yang menyebabkan lima desa mengalami gagal panan (puso).  “Gagal panen juga bisa disebabkan serangan hama tikus, maupun wereng. Atau kekurangan air yang membuat tanaman menjadi rentan terhadap penyakit,” kata Yeka.

Kenaikan harga beras di awal tahun, menurut Yeka, merupakan faktor musiman yang acapkali berulang setiap Desember dan Januari. “Setiap tahun memasuki Desember-Januari pasti harga beras naik,” kata dia.

Kendati demikian, menurutnya, pada tahun ini kenaikan harga beras sudah di luar kewajaran karena sampai akhir Februari pun harga beras masih tinggi. Pada Februari 2023, harga gabah hanya Rp5.000-Rp6.000 per kilogram (kg). Sementara Februari 2024, melompat Rp8.300/kg. “Kalau sekarang start di Februari Rp8.300, nanti September bisa berapa harga gabah? Nah ini menjadi persoalan serius,” kata Yeka.

Dia melanjutkan, satu-satunya cara cepat untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri di kala tersandung masalah produksi ialah melakukan impor beras. Selain itu, kebijakan India yang menaikkan pajak ekspor menjadi 20 persen membuat harga beras global menjadi tinggi.

Meskipun dia mengakui impor beras RI ke India hanya sedikit sekitar 200.000 ton dan beras yang diekspor India hanya 6 persen dari total global. “Beras kita dari India itu sedikit jadi nothing sebetulnya. Tapi India juga kan ekspor ke tempat lain. Begitu India naikkan (pajak ekspor), itu mengguncang pasar internasional,” tuturnya.

Back to top button