Market

Fulusnya Terbatas, Ekonom Senior Tak Yakin Xinyi Investasi Rp170 Triliun di Rempang

Ekonom senior sekaligus pendiri Indef, Fadhil Hasan mengaku kurang yakin bahwa Xinyi Glass, anak usaha Xinyi Group serius investasi US$11,5 miliar atau setara Rp170 triliun di Pulau Rempang.

Dalam sebuah diskusi daring yang digelar Narasi Institute, beberapa waktu lalu, Fadhil tak yakin, Xinyi group punya fulus sebanyak itu. “Agak sulit bagi saya untuk percaya. Melihat laporan keuangannya saja, begitu,” kata Fadhil, dikutip Sabtu (23/9/2023).

Selanjutnya, dia menyarankan pemerintah untuk menunda pembangunan Rempang Eco City pasca bentrokan keras antara aparat gabungan dengan warga Rempang. “Saya kira, setop dulu. Kalau dipaksakan, konfliknya bisa makin parah. Kalau perlu tunggu presiden selanjutnya yang putuskan Rempang,” paparnya.

Dalam laporan keuangan konsolidasi Xinyi Glass Holdings Limited Tahun 2022, yang diaudit EY Ernst & Young’s, terbantahkan jika disebut Xinyi Group perusahan berkelas dunia dengan jangkauan pasar global yang dominan. Faktanya, 68 persen penjualan Xinyi Glass di pasar lokal China, bukan dunia.

Hasil audit juga mengungkapkan, nilai property plan equipment Xinyi Group hanya US$2,2 miliar dan sales revenue sebesar US$3,4 miliar. Sedangkan consolidate net cash flow hanya US$41 juta. Lalu bagaimana mungkin Xinyi Group bisa investasi hingga US$11,5 miliar?

Rendahnya kemampuan keuangan Xinyi sudah terbukti saat melakukan investasi tahap pertama di Kawasan Java Integrated and Industrial Port Estate (JIIPE) di Gresik, Jawa Timur pada 2022. Xinyi hanya mampu investasi US$700 juta dengan kelanjutan proyek. Sejauh ini, progress investasi industri kaca tak jelas. 

Hanya ada dua kemungkinan. Pertama, boleh jadi komitmen dan kemampuan investasi Xinyi Group, tidak sebesar itu. Kedua, bisa jadi pemerintah Cina turun tangan, menambah kesanggupan modal Xinyi Group.

Back to top button