Market

Rupiah Melemah Rp16 Ribu/US$, Syarief Hasan: Inflasi Tinggi di Depan Mata


Wakil Ketua MPR, Syarief Hasan menyoroti pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS (US$) hingga Rp16.000/US$. Pemerintah perlu siapkan mitigasi dampak pelemahan ini.

“Hal ini tentu berdampak langsung pada perekonomian nasional, terutama bagi pelaku UMKM dan masyarakat pada umumnya. Jika tren ini terus berlanjut, maka ujungnya mengarah pada inflasi (imported inflation),” tegas Syarief dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Senin (15/4/2024).

Tak hanya itu, dengan melemahnya rupiah, kata dia, maka akan menekan neraca perdagangan, harga barang-barang impor melambung, akhirnya kenaikan harga di tingkat konsumen. Jika ini terjadi pada komoditas pangan, maka lagi-lagi rakyat akan menanggung mahalnya harga pangan.

“Apalagi dengan tren peningkatan impor beras yang merupakan kebutuhan pokok rakyat,” kata politikus Partai Demokrat itu. 

Ia menyebut dengan volume impor beras saja yang direncanakan sebesar 3 juta ton pada 2024, kenaikan harga beras akan terjadi, bahkan sangat mungkin mengarah pada krisis pangan.

“Ini terlihat dari realisasi impor beras yang telah mencapai 828.420 ton sepanjang Januari-Februari 2024. Sementara di sisi lain, pelemahan kurs ini juga akan berakibat pada kenaikan suku bunga acuan sehingga beban kredit umkm bertambah, baik dari sisi biaya maupun kemampuan bayar,” ucap Syarief.

Belum lagi, di tengah kian memanasnya situasi geopolitik di Timur Tengah, maka inflasi di sektor negeri juga bisa saja terjadi apabila Indonesia masih ketergantungan pada impor minyak.

“Dengan tekanan pada kedua komoditas pokok ini, maka ini akan menjadi sumber instabilitas baru pada transisi kepemimpinan politik yang masih dinamis,” tuturnya.

“Saya meminta ini disikapi dengan segera dan terukur. Benar bahwa pertumbuhan Indonesia masih berada diatas 5 persen sepanjang 2023, menandaskan fundamental ekonomi masih solid,” lanjutnya.

Selain itu, ia menekankan agar utang luar negeri yang semakin bertumpuk, agak direm. Karena akan berdampak kepada kemampuan fiskal negara. 

“Dengan berbagai perkembangan global tsb kian tidak berkepastian pada 2024 ini, mengakibatkan berbagai gejolak ekonomi eksternal menjadi ancaman yang nyata bagi masa depan nasional,” tandasnya.
    
 

Back to top button