Market

Demi Ekosistem Baterai Mobil Listrik, Bahlil Batasi Smelter Nonenergi Hijau

Pemerintah berencana untuk membatasi pembangunan fasilitas pemurnian (smelter) yang tidak berorientasi pada produk energi hijau. Ini dilakukan demi mendorong ekosistem baterai mobil listrik.

Menteri Investasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menegaskan hal itu. “Ke depan kita akan melakukan pembatasan terhadap pembangunan smelter yang tidak berorientasi pada green energy,” kata Bahlil Lahadalia di kawasan Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat (13/1/2023).

Bahlil menjelaskan, saat ini sudah banyak smelter yang memproduksi Nikel Pig Iron (NPI) yang masuk dalam kategori pioneer. Di sisi lain cadangan bijih nikel sebagai bahan baku terbatas sehingga penggunaannya diprioritaskan untuk produk dengan nilai tambah yang lebih tinggi.

“Sekarang lebih dorong dengan hilirisasi yang nilai tambahnya bisa sampai dengan 80 hingga 100 persen. Itu yang akan kita lakukan,” kata Bahlil Lahadalia.

Dalam rapat terbatas mengenai ekosistem pembangunan mobil listrik dan industri baterai mobil listrik, Bahlil mengatakan bahwa saat ini ekosistem itu sudah mulai berjalan.

Pembangunan pabrik komponen baterai yakni prekursor katoda oleh LG di Batang mulai berjalan pada semester pertama tahun 2024. Perusahaan asal Korea Selatan itu melakukan investasi sebesar 9,8 miliar dolar AS untuk produksi komponen baterai listrik dari hulu sampai hilir.

Angka tersebut setara Rp148,58 triliun mengacu pada kurs rupiah Rp15.161,55 per dolar AS.

Adapun pemerintah terus mewujudkan ekosistem kendaraan listrik, kata dia, karena kendaraan listrik menjadi solusi untuk menurunkan emisi gas rumah kaca dan menghemat subsidi BBM yang selama ini membebani APBN.

Hingga Desember 2022 pengguna Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) atau Electric Vehicle (EV) masih relatif lebih rendah dibandingkan kendaraan yang menggunakan Internal Combustion Engine (ICE).

Per Desember 2022 penjualan motor listrik mencapai 15 ribu unit, sementara mobil listrik sebesar 8 ribu unit. Angka ini masih jauh dibandingkan total penjualan kendaraan ICE 2019 hingga 6,5 juta unit motor dan 1 juta unit mobil, mengacu pada data Asosiasi Industri Sepeda motor Indonesia (AISI) dan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo).

Back to top button